Berita Sangihe
Pesta Adat Tulude 2022 Sukses Digelar Masyarakat Sangihe
Turut dihadiri oleh peserta sidang Majelis Pekerja Lengkap (MPL) Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Pemerintah Pusat dan Pemerintah Sulut.
Penulis: Nelty Manamuri | Editor: Rizali Posumah
Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID – Upacara Adat Tulude dan Hari Ulang Tahun (HUT) Daerah Sangihe ke 597 berlangsung meriah di Rumah Jabatan Bupati Kepulauan Sangihe, Senin (31/1/2022).
Turut dihadiri oleh peserta sidang Majelis Pekerja Lengkap (MPL) Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara.
Berbagai prosesi adat dan seni budaya Sangihe disajikan bagi para undangan dan masyarakat dan tentunya tetap menerapkan protokol kesehatan.
Bupati Jabes Ezar Gaghana mengatakan bahwa upacara adat Tulude dalam rangka Hari Jadi Sangihe di tahun 2022 ini dirasakan sangat istimewa.
Itu karena dihadiri peserta sidang MPL-PGI dan Gubernur Sulut yang diwakili Badan perbatasan Propinsi Sulut Jetty Puluh.
Dijelaskan pula bahwa pesta adat Tulude memiliki makna yang mendalam. Karena didalamnya terkandung tiga hal penting.
Ketiga hal penting itu yakni mensyukuri segala berkat dan anugerah Tuhan yang telah dikaruniakan sepanjang tahun berlalu.
Kemudian memohon ampun atas segala kesalahan serta semua dosa yang pernah dan telah dilakukan dalam perjalanan waktu menjalani hari-hari kehidupan disepanjang tahun silam.
Serta menyerahkan dan memohon penyertaan Tuhan dalam kelanjutan hidup dan pengabdian di tahun baru yang sedang dijalani saat ini.
“Melalui momentum ini juga kita mengucap syukur dan berterima kasih dalam rahmatnya serta memohon untuk meluputkan dari pandemi Covid-19.
Karena itu hanya kepada Dialah kita memanjatkan syukur dan doa,” tambah Bupati.
Sementara itu, Gubernur Sulawesi Utara yang diwakili oleh Dr. Jety Puluh mengapresiasi atas pelaksanaan upacara itu yang konstruktif serta sangat bernuansa religi dan pelestarian budaya.
"Tulude merupakan warisan leluhur yang sangat menarik. Juga merupakan warisan budaya yang penuh makna dan syarat nilai-nilai keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,” kata Puluh.
Sehingga menurutnya upacara adat Tulude merupakan harta yang tidak ternilai dari Tuhan di masyarakat Nyiur Melambai (sebutan untuk Sulut, red), terlebih khusus Nusa Utara.
Karena jika tidak melestarikannya, maka Tulude akan punah, dilupakan dan hanya menjadi kenangan dalam catatan sejarah.