Digital Activity
Kisah Mineshia Lesawengen Teliti Komunitas Game Online Disasar Politisi, Lulus Kuliah Tanpa Skripsi
Karena saya dan tim ikut Program Kreativitas Mahasiswa(PKM) dan dijanjikan pihak kampus , jika proposal kita lolos pendanaan itu kita dibebaskan,
Penulis: Ryo_Noor | Editor: Handhika Dawangi
Komunitas game online ini sudah terbentuk, tidak hanya mengikuti turnamen yang digelar oleh calon kepala daerah gubernur. Dari wawancara kami, mereka (calon) menggaet semua komunitas yang ada di kabupaten/kota. Sampai di final itu ada 16 komunitas perempuan dan laki-laki itu digaet, tidak hanya bermain, tapi disuguhkan pendidik politik, visi misi dari kandidat ini sebelum bermain. Jadi kita melihat game online itu sebagai marketing politik untuk anak milenial.
Pemilih pemula di Sulut cukup banyak, dan kesukaan milenial ini ada pada game online, jadi ini sesuatu menarik untuk kemudian menjadi bahan penelitian kami.
Sejauh apa komunitas game online ini kemudian mengenal kandidat kepala daerah? Apa mereka konsern dengan visi misi calon?
Anak milienial tidak semua yang akan search visi misi calon, tapi karena kedekatan, faktor pertemanan, tiap hari ketemu main game online, jadi saling mempengaruhi. Saat ini kalau kita melihat kontestasi politik baik pemilu maupun pilkada masih kurang anak milenial, tapi sekarang saya ikuti perkembangan di media sosial, parpol dan kandidat itu banyak menggunakan milenial menjadi motor penggerak, banyak milenial parpol sekarang. Itu strategi politik.
Kami sempat mewawancarai tim pemenang, dan kalau ingin memenangkan kontestasi politik harus melihat pasar dan minat pasarnya di mana, dan pasar ini banyak milenial dan kesukaan anak milenial ini ada pada hal-hal menarik lagi booming salah satunya game online.
Ngapain mikirin kebijakan politik, kebijakan publik, hidup kita kan gini. Sikap bodo amat.
Bagaimana cerita awalnya hingga kemudian ikut PKM?
Cuma coba saja, PD (Pembantu Dekan) 3 whatsApp saya, sarankan ikut minat menulis, mengembangkan menulis, itu juga bertepatan dengan pemilihan mahasiswa berprestasi. Kaprodi (Kepala Program Studi), dan Kejur (Ketua Jurusan) juga ikut PKM. Setelah hubungi teman terbentuk tim, awalnya kita susah dapat topik, lalu menyamakan persepsi ambil penelitian sesuai bidang ilmu dan saya ditunjuk sebagai ketua tim, dan tentunya bidang saya sosial politik. Apa yang menarik ini, karena mau lulus PKM harus sesuatu yang kreatif dan menarik. Cerita panjang, anggota tim satu mundur, ada sesuatu yang memang tidak lanjut. Minimal mesti 3 orang, saya panggil Deo masuk, dia bisa sama-sama, kerja tim. Saya pikir bersama komitmen bisa maju, walaupun hanya coba-coba. Buat proposal dan bersyukur kita dapat dosen ahli dalam kepemiluan dr Ferry Liando. Sudah pengumuman saya tidak tahu, di telepon WD (Wakil Dekan) 3, selamat proposal lolos pendanaan. Waktu itu saya ada situasi ikut magang, bagaimana ini sudah lulus, tanggung juga. Sudah dibiayai negara. Awalnya coba - coba kemudian saya punya ambisi, lulus tanpa ujian skripsi memudahkan saya yang punya latar belakang bukan dari anak orang kaya, kalau pun ujian skripsi butuh biaya.
Penelitian ini dibiayai pemerintah, kami berkomitmen kita harus punya ambisi lolos.tanggung kita cuma ikut PKM sudah dapat pendanaan.
Kita bisa membantu orang tua kita dengan cara ini, tidak perlu membuang biaya mengurus skripsi nanti. Kita ambisi sekali, walaupun banyak saingan
Berapa peserta yang ikut dalam PKM ini?
Yang ikut 6.000 yang lolos itu 600-an, 10 persen. Saingan banyak, dari kampus-kampus besar, kita baru pertama kali ikut.
Bagaimana kemudian mendapat ide untuk penelitian?
Baca berita, ada Paslon membuat turnamen game online dengan menggaet komunitas game online. kita langsung cocokologi saja, pemilih milenial di Sulut banyak. Kita pakai DPT 2019 dirilis KPU. Diskusi kita start. (ryo)