Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Digital Activity

Kisah Mineshia Lesawengen Teliti Komunitas Game Online Disasar Politisi, Lulus Kuliah Tanpa Skripsi

Karena saya dan tim ikut Program Kreativitas Mahasiswa(PKM) dan dijanjikan pihak kampus , jika proposal kita lolos pendanaan itu kita dibebaskan,

Penulis: Ryo_Noor | Editor: Handhika Dawangi
Kolase Tribun Manado
Kisah Mineshia Lesawengen ini dibeber dalam Podcast Tribun Manado, bersama Host Finneke Wolajan. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Tiga mahasiswa Universitas Sam Ratulangi, Mineshia Lesawengen, Deo Rawis, dan Febriyanto Arifin berpartisipasi dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).

Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Politik Pemerintahan Unsrat ini mengerjakan penelitian yang dibiayai pemerintah bersaing dalam seleksi Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional.

Hasilnya mereka lolos ke tingkat nasional, berhasil mengerjakan penelitian berjudul Political and Marketing Electabilities: Studi Dampak Game Online sebagai Media Marketing Politik terhadap elektabilitas kandidat Pilkada Gubernur di Sulewesi Utara.

Baca juga: Masih Ingat Nassar? Lama Ditutupi, Terungkap Alasan Cerai dengan Muzdalifah, Ngaku Merasa Dihina

Baca juga: Heboh Minta Bantuan ke Jokowi dan Megawati, Sahabata Dorce Gamalama Bongkar Fakta Sesungguhnya

Baca juga: 6 Cara Memasak Tanpa Minyak Goreng

Atas upaya itu, Universitas Sam Ratulangi membebaskan mereka untuk tak perlu lagi membuat skripsi untuk lulus sarjana.

Kisah Mineshia Lesawengen ini dibeber dalam Podcast Tribun Manado, bersama Host Finneke Wolajan.

Kenapa anda bisa lulus kuliah tanpa ujian skripsi?

Karena saya dan tim ikut Program Kreativitas Mahasiswa(PKM) dan dijanjikan pihak kampus , jika proposal kita lolos pendanaan itu kita dibebaskan untuk tidak ikut Kuliah Kerja Terpadu, dan ini lolos pekan ilmiah nasional, itu tidak lagi mengikuti ujian skripsi. Jadi tim lolos sampai ke pekan ilmiah nasional, dan selesai studi lebih cepat tanpa ujian skripsi, karena skripsi kita diambil dari karya ikut lomba dalam PKM itu. Itu karya ilmiah target luaran kami artikel ilmiah.

Bisa dijelaskan lebih detail apa itu PKM?

PKM itu Program Kreativitas Mahasiswa, ini program unggulan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Ristek Dikti, sudah lama programnya. Sejak masuk kampus, sudah tahu program ini, nanti ikutnya semester 6. Pekerjaannya dari Januari sampai Oktober.

Lolos 4 tim, dari yang lolos pendanaan 29 tim. Jadi apply lalu lolos pendanaan dari pemerintah, kemudian ikut PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional). Ada beberapa skema, ada PKM riset, saya dan tim ikut PKM riset, ada uang ikut bidang kewirausahaan, pengembangan IPTEK, gagasan tertulis, dan lolos dari Unsrat ke PIMNAS itu yang ikut PKM Riset, dari MIPA dan FISIP

Apa riset yang anda kerjakan?

Kami mengambil riset tentang game online yang dijadikan sebagai media marketing politik. Judulnya Political and Marketing Electabilities: Studi Dampak Game Online sebagai Media Marketing Politik terhadap elektabilitas kandidat Pilkada Gubernur di Sulewesi Utara. Studi kasusnya kita ambil di Pilkada 2020 di Sulut yang baru lewat.

Apa kesimpulan hasil penelitian?

Di sini memperlihatkan bahwa memang sikap politik anak milenial itu ditentukan karena pertemanan dalam komunitas. Bisa karena satu komunitas, ini sangat mempengaruhi faktor emosional mereka. Sehingga pada momentum Pilkada kemarin kesukaan sama dalam game online, kemudian membentuk komunitas game online. Komunitas inilah yang disasar oleh politisi, dan menjadi sarana kampanye kesukaan mereka pada game online. Karena faktor emosional sesama teman, kan bermain online ini, objek penelitian kami game PUBG, mau main game ini kan harus membentuk komunitas. Ada 5-7 orang bermain. Di situ karena kedekatan minat yang sama mempengaruhi pilihan mereka.

Kami meneliti 3 Paslon di Pilkada Gubernur, namun yang diteliti hanya yang menang (Olly Dondokambey-Steven Kandouw), petahana. menggaet komunitas anak milenial.

Komunitas game online ini sudah terbentuk, tidak hanya mengikuti turnamen yang digelar oleh calon kepala daerah gubernur. Dari wawancara kami, mereka (calon) menggaet semua komunitas yang ada di kabupaten/kota. Sampai di final itu ada 16 komunitas perempuan dan laki-laki itu digaet, tidak hanya bermain, tapi disuguhkan pendidik politik, visi misi dari kandidat ini sebelum bermain. Jadi kita melihat game online itu sebagai marketing politik untuk anak milenial.

Pemilih pemula di Sulut cukup banyak, dan kesukaan milenial ini ada pada game online, jadi ini sesuatu menarik untuk kemudian menjadi bahan penelitian kami.

Sejauh apa komunitas game online ini kemudian mengenal kandidat kepala daerah? Apa mereka konsern dengan visi misi calon?

Anak milienial tidak semua yang akan search visi misi calon, tapi karena kedekatan, faktor pertemanan, tiap hari ketemu main game online, jadi saling mempengaruhi. Saat ini kalau kita melihat kontestasi politik baik pemilu maupun pilkada masih kurang anak milenial, tapi sekarang saya ikuti perkembangan di media sosial, parpol dan kandidat itu banyak menggunakan milenial menjadi motor penggerak, banyak milenial parpol sekarang. Itu strategi politik.

Kami sempat mewawancarai tim pemenang, dan kalau ingin memenangkan kontestasi politik harus melihat pasar dan minat pasarnya di mana, dan pasar ini banyak milenial dan kesukaan anak milenial ini ada pada hal-hal menarik lagi booming salah satunya game online.

Ngapain mikirin kebijakan politik, kebijakan publik, hidup kita kan gini. Sikap bodo amat.

Bagaimana cerita awalnya hingga kemudian ikut PKM?

Cuma coba saja, PD (Pembantu Dekan) 3 whatsApp saya, sarankan ikut minat menulis, mengembangkan menulis, itu juga bertepatan dengan pemilihan mahasiswa berprestasi. Kaprodi (Kepala Program Studi), dan Kejur (Ketua Jurusan) juga ikut PKM. Setelah hubungi teman terbentuk tim, awalnya kita susah dapat topik, lalu menyamakan persepsi ambil penelitian sesuai bidang ilmu dan saya ditunjuk sebagai ketua tim, dan tentunya bidang saya sosial politik. Apa yang menarik ini, karena mau lulus PKM harus sesuatu yang kreatif dan menarik. Cerita panjang, anggota tim satu mundur, ada sesuatu yang memang tidak lanjut. Minimal mesti 3 orang, saya panggil Deo masuk, dia bisa sama-sama, kerja tim. Saya pikir bersama komitmen bisa maju, walaupun hanya coba-coba. Buat proposal dan bersyukur kita dapat dosen ahli dalam kepemiluan dr Ferry Liando. Sudah pengumuman saya tidak tahu, di telepon WD (Wakil Dekan) 3, selamat proposal lolos pendanaan. Waktu itu saya ada situasi ikut magang, bagaimana ini sudah lulus, tanggung juga. Sudah dibiayai negara. Awalnya coba - coba kemudian saya punya ambisi, lulus tanpa ujian skripsi memudahkan saya yang punya latar belakang bukan dari anak orang kaya, kalau pun ujian skripsi butuh biaya.

Penelitian ini dibiayai pemerintah, kami berkomitmen kita harus punya ambisi lolos.tanggung kita cuma ikut PKM sudah dapat pendanaan.

Kita bisa membantu orang tua kita dengan cara ini, tidak perlu membuang biaya mengurus skripsi nanti. Kita ambisi sekali, walaupun banyak saingan

Berapa peserta yang ikut dalam PKM ini?

Yang ikut 6.000 yang lolos itu 600-an, 10 persen. Saingan banyak, dari kampus-kampus besar, kita baru pertama kali ikut.

Bagaimana kemudian mendapat ide untuk penelitian?

Baca berita, ada Paslon membuat turnamen game online dengan menggaet komunitas game online. kita langsung cocokologi saja, pemilih milenial di Sulut banyak. Kita pakai DPT 2019 dirilis KPU. Diskusi kita start. (ryo)

Berita Terkait Digital Activity

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved