Muhammadiyah
Profil KH Ahmad Dahlan, Sosok Pendiri Muhammadiyah
Muhammadiyyah lahir pada 18 November 1912/8 Dzullhijjah 1330. KH Ahmad Dahlan adalah sosok di balik lahirnya Muhammadiyah.
Beliau mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Perkumpulan ini berdiri pada tanggal 18 November 1912.
Sejak awal, KH. Ahmad Dahlan telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik, tetapi bersifat sosial dan terutama bergerak di bidang pendidikan.
Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini sempat mendapatkan pertentangan dan perlawanan, baik dari keluarga maupun masyarakat sekitarnya.
Bahkan, ada pula orang yang hendak membunuh beliau.
Namun rintangan-rintangan tersebut dihadapinya dengan sabar.
Keteguhan hatinya untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaruan Islam di tanah air bisa mengatasi semua tantangan tersebut.
Pada tanggal 20 Desember 1912, KH. Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda agar organisasinya mendapatkan status badan hukum.
Permohonan itu baru dikabulkan pada tahun 1914 melalui Surat Ketetapan Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914.
Namun, izin itu hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta dan organisasi hanya boleh bergerak di daerah Yogyakarta.
Pemerintah Hindia Belanda khawatir akan perkembangan organisasi ini sehingga kegiatannya pun dibatasi.
Walaupun ruang gerak Muhammadiyah dibatasi, tetapi di daerah lain seperti Srandakan, Wonosari, dan Imogiri telah berdiri cabang Muhammadiyah.
Hal ini jelas bertentangan dengan keinginan Pemerintah Hindia Belanda.
Untuk menyiasatinya, maka KH. Ahmad Dahlan menganjurkan agar cabang-cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta memakai nama lain, misalnya Nurul Islam di Pekalongan, Al-Munir di Makassar, dan di Garut dengan nama Ahmadiyah.
Adapun di Solo berdiri perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh Fathonah (SATF) yang mendapat bimbingan dari cabang Muhammadiyah.