Muhammadiyah
Profil KH Ahmad Dahlan, Sosok Pendiri Muhammadiyah
Muhammadiyyah lahir pada 18 November 1912/8 Dzullhijjah 1330. KH Ahmad Dahlan adalah sosok di balik lahirnya Muhammadiyah.
Dalam hal ini, paham keislaman di sebagian besar dunia Islam saat itu masih bersifat ortodoks (kolot).
Ortodoksi ini dipandang menimbulkan kebekuan ajaran Islam, jumud (stagnasi), serta dekadensi (keterbelakangan) umat Islam.
Oleh karena itu, pemahaman keagamaan yang statis ini harus diubah dan diperbarui melalui gerakan purifikasi atau pemurnian ajaran Islam dengan kembali kepada al-Qur’an dan al-Hadits.
Pada tahun 1888 KH. Ahmad Dahlan pulang ke kampung halamannya.
Sepulangnya dari Mekah, beliau diangkat menjadi Khatib Amin di lingkungan Kasultanan Yogyakarta.
Pada tahun 1902‒1904, beliau menunaikan ibadah haji untuk kedua kalinya yang dilanjutkan dengan memperdalam ilmu agama kepada beberapa guru di Mekah.
Sepulang dari Mekah, beliau menikah dengan Siti Walidah, yakni saudari sepupunya sendiri, anak Kiai Penghulu Haji Fadhil.
Kelak, Siti Walidah dikenal sebagai Nyai Ahmad Dahlan, seorang pahlawan nasional dan pendiri Aisyiyah (organisasi kewanitaan Muhammadiyah).
Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan memiliki enam orang anak, yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, serta Siti Zaharah.
Selain itu, KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah.
Beliau juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kiai Munawwir Krapyak.
KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putra dari perkawinannya dengan Ibu Nyai Aisyah (adik Ajengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah.
Beliau pernah pula menikah dengan Nyai Yasin yang berasal dari Pakualaman, Yogyakarta.
Pada tahun 1912, KH. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah untuk mewujudkan cita-cita pembaruan Islam di nusantara.
Beliau ingin mengadakan suatu pembaruan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam.