Calon Panglima TNI
Saat Mantan Pengawal dan Ajudan Jokowi Bersanding Kembali dan Menjabat Pucuk Pimpinan TNI-Polri
Jenderal Listyo Sigit Prabowo sempat menjadi ajudan Presiden Jokowi pada 2014 silam. Saat itu, Jenderal Andika Perkasa menjadi Danpaspampres.
Penulis: Gryfid Talumedun | Editor: Gryfid Talumedun
TRIBUNMANADO.CO.ID - Presiden Joko Widodo telah mengirimkan Surat Presiden terkait nama calon Panglima TNI baru pilihannya, untuk menggantikan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto yang akan segera pensiun.
Nama Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Andika Perkasa akhirnya dipilih Jokowi.
Publik mulai mengenal nama Jenderal Andika Perkasa saat menjabat sebagai Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat.
Bintangnya kian moncer saat Jokowi kemudian melantiknya sebagai Komandan Pasukan Pengamanan Presiden.
Saat itu ia mulai bekerja setelah tiga hari Jokowi dilantik sebagai presiden.
• Jokowi Pilih Calon Panglima TNI Sebelum Berangkat ke LN, Momen Jenderal Andika di Bandara jadi Tanda
Panglima TNI saat itu Jenderal Moeldoko mengatakan pengangkatan Jenderal Andika Perkasa itu karena keinginan Jokowi.
Ia Komandan Paspampres, menggantikan Mayor Jenderal Doni Monardo.
Ia diketahui pernah memimpin di satuan penanggulangan teror (Gultor), hingga bergabung di proyek intelijen antiteror bernama Charlie.
Jenderal Andika Perkasa memimpin unsur paling elit di Kopassus bernama Detasemen 81/Gultor.
Pada pertengahan 1988, Jenderal Andika Perkasa yang masih berpangkat Letnan Dua, juga tergabung bersama 134 personel Kopassus lain untuk ikut proses seleksi proyek Charlie.
Mengikuti latihan yang menguras fisik dan kemampuan berpikir, Andika akhirnya terpilih ke dalam 35 personel yang meraih lencana kualifikasi kontraterorisme pada Januari 1989.
Charlie adalah sandi untuk proyek intelijen teknis pada Detasemen Gultor. Proyek ini digagas oleh Luhut Binsar Pandjaitan yang saat ini menjabat Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.
Situs Kemaritiman menyebut proyek ini menghasilkan tentara terbaik dari yang terbaik. Orang dekat Luhut menyebut proyek itu menjadi pertemuan awal bosnya dengan Andika.
Dengan dipilihnya Jenderal Andika Perkasa sebagai Calon tunggal Panglima TNI, maka pemejang jabatan tertinggi di dua satuan kekuatan negara merupakan dua orang yang dulunya sama-sama berada di samping Jokowi.
Sebelumnya Jenderal Listyo Sigit Prabowo tersebut mulai dekat dengan Jokowi saat ia menjabat sebagai Kapolres Solo pada 2011.
Saat itu, Jokowi masih menjabat sebagai Wali Kota Solo.
Setelah Jokowi terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta ada 2012, dan kemudian menjadi Presiden RI pada 2014, nama Listyo dinilai tetap ada di dekat lingkaran Jokowi.
Listyo menjadi ajudan pertama Jokowi sebagai Presiden.
Ia kemudian menempati jabatan itu selama dua tahun, dari 2014 hingga 2016.
Sejak saat itu, karirnya semakin moncer.
Beberapa waktu lalu, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyebut pertemuannya dengan KSAD Jenderal Andika Perkasa sebagai momen reunian.
Pertemuan tersebut berlangsung di Mabes TNI AD, Jakarta Pusat.
Sigit mengatakan, dirinya pernah tugas bersama Andika di daerah.
“Sore hari ini saya reuni. Karena kita pernah melaksanakan tugas bersama,” kata Sigit di Mabes TNI AD, Jakarta Pusat, Selasa (2/2).
Diketahui, Listyo sempat menjadi ajudan Presiden Jokowi pada 2014 silam.
Saat itu, Jenderal Andika menjadi Danpaspampres.
Profil Jenderal Andika Perkasa
Andika Perkasa lahir di Bandung, Jawa Barat, 21 Desember 1964.
Andika Perkasa adalah menantu Mnatan Kepala BIN AM Hendropriyono.
Selama bertugas menjadi prajurit TNI AD, Andika Perkasa banyak menghabiskan waktunya untuk pendidikan.
Dalam kurun waktu 2003 hingga 2011, ia berada di Washington DC, Amerika Serikat untuk memperoleh pendidikan militer.
Dilansir Kompas.com, Andika Perkasa pernah mengenyam pendidikan Strata 1 (S1) jurusan Ekonomi di dalam negeri.
Sementara gelar Strata 2 (S2) dan Strata 3 (S3), Andika Perkasa mendapatkannya saat melanjutkan pendidikan ke Amerika Serikat.
Andika Perkasa adalah lulusan dari The George Washington University, National Defense University, serta Harvard University.
Ia pun memiliki tiga gelar S2, yakni MA, MSc, dan MPhil, serta satu gelar S3 PhD.
Sementara di bidang kemiliteran, Andika Perkasa adalah lulusan Akademi Militer pada 1987.
Setelah lulus dari Akmil, Andika bergabung dengan jajaran korps baret merah, Kopassus.
Kariernya dimulai sebagai komandan peleton hingga berangsur-angsur naik menjadi Dansub Tim 2 Detasemen 81 Kopassus (1991).
Kemudian Den 81 Kopassus (1995), Danden-621 Yon 52 Grup 2 Kopassus (1997), Pama Kopassus (1998), dan Pamen Kopassus (1998).
Pada 2002, Andika diangkat menjadi Danyon 32 Grup 3/Sandha Kopassus.
Kembali bertugas dalam waktu singkat, ia kemudian dimutasi menjadi Kepala Seksi Korem 051/WKT Dam Jaya.
Belum genap setahun, ia dimutasi dan menjabat sebagai Pabandya A-33 Direktorat A Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI.
Pada 8 November 2013, Andika diangkat menjadi Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat dan pangkatnya dinaikkan menjadi brigadir jenderal.
Dua hari setelah Jokowi dan wakil presiden saat itu, Jusuf Kalla dilantik, Andika ditunjuk sebagai Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).
Pangkatnya naik menjadi mayor jenderal.
Dua tahun ia mengawal Presiden Jokowi, pada 2016 Andika diangkat sebagai Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) XII Tanjungpura.
Jabatan itu ia emban kurang lebih selama dua tahun.
Pada 2018, dia diangkat sebagai Komandan Komando Pembina Doktrin, Pendidikan, dan Latihan Angkatan Darat (Dankodiklatad).
Pangkatnya dinaikkan menjadi letnan jenderal.
Tak menunggu waktu lama, Andika kemudian dipercaya menjabat sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad).
Ia menggantikan Letjen Eddy Rahmayadi yang mundur untuk maju pada pemilu gubernur Sumatera Utara.
Pada November 2018, Andika Perkasa diangkat menjadi KSAD menggantikan Jenderal TNI Mulyono.
Selain menjadi KSAD, Andika Perkasa juga ditunjuk sebagai Wakil Ketua Komite Pelaksana Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pada Agustus 2020.
(Tribunmanado/Gryfid)