Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Lawan Covid19

Gangguan Kesehatan Mental Naik Selama Pandemi, Ini Penjelasan Pentingnya Adaptasi dengan Covid-19

Seperti yang diketahui saat ini Indonesia sudah mengalami penuruan terkait kasus Covid-19.

Editor: Glendi Manengal
KONTAN
Ilustrasi Adaptasi di masa pandemi Covid-19 

TRIBUNMANADO.CO.ID  - Seperti yang diketahui saat ini Indonesia sudah mengalami penuruan terkait kasus Covid-19.

Namun pandemi Covid-19 belum diketahui kapan akan selesai.

Terkait hal tersebut seluruh masyarata harus beradaptasi dengan Covid-19.

Berikut ini penjelasannya terkait Adaptasi kebiasaan baru di masa pandemi Covid-19.

Baca juga: Kecelakaan Maut Pukul 18.00 Wita, Seorang Perempuan Tewas Mengenaskan, Scoopy Tabrakan dengan Truk

Baca juga: Sosok Pangkostrad Dudung Abdurachman Digadang Sebagai Calon KSAD Pengganti Jenderal Andika Perkasa

Baca juga: BACAAN ALKITAB Efesus 4:28-29 - Bertobat dan Jadilah Berkat

Ketua Terpilih Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) M. Adib Khumaidi dalam dialaog FMB9 yang digelar virtual, Selasa (2/11/2021).
Ketua Terpilih Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) M. Adib Khumaidi dalam dialaog FMB9 yang digelar virtual, Selasa (2/11/2021). (Tribunnews.com/Rina Ayu)

Adaptasi diri di masa pandemi Covid-19 penting dilakukan.

Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) M. Adib Khumaidi menyatakan saat ini pandemi di Indonesia tengah berada dalam fase relaksasi.

Meski kasus Covid-19 terkesan melandai namun masyarakat harus tetap sadar bahwa pandemi belum selesai.

Ada beberapa upaya pengendalian pandemi tetap dapat dilakukan dalam fase relaksasi.

Diantaranya tetap disiplin protokol kesehatan untuk mencegah penularan, percepatan vaksinasi, serta membiasakan diri beradaptasi dengan perilaku baru.

“Yang penting dipahami masyarakat adalah kesadaran dan deteksi diri,” ujar Adib dalam Dialog Produktif Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) - KPCPEN yang digelar virtual, Selasa (2/11/2021),

Awareness (kesadaran) dan self assessment (deteksi diri) adalah bagian dari upaya kesehatan sosial yang berdampingan sama pentingnya dengan kesehatan fisik dan mental.

“Bila kita ingin menjaga keluarga maka mulai dari diri kita dulu. Keluarga ikut, maka kita dapat turut melindungi masyarakat," jelas dr Adib.

Kemudian saat kesadaran sudah muncul maka fungsi pengawasan internal tumbuh dalam tiap individu.

Di sinilah terjadi perubahan perilaku masyarakat untuk beradaptasi terhadap Covid-19.

“Adaptasi kebiasaan baru termasuk dengan menghindari hal-hal yang memungkinkan kita terpapar,” tambah Adib.

Ia menyatakan kunci penanganan pandemi ada di masyarakat.

Masyarakat harus menjadi garda terdepan agar dapat menjalankan fungsi skrining komunitas dan triase komunitas.

"Masyarakat jangan lengah, tetap jaga protokol kesehatan. Jaga kesehatan dan daya tahan tubuh. Sampaikan ke semua pihak, pandemi belum selesai. Bila ada gejala Covid-19, segera lapor,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Anggota Satgas Penanganan COVID-19 Sub Bidang Mitigasi, Falla Adinda juga menyoroti pentingnya kemampuan setiap individu untuk menilai diri sendiri (self assessment) sebagai upaya melindungi diri dari risiko terpapar virus di masa pandemi.

“Semakin tinggi jam terbang kita dalam pandemi, akan semakin baik pula kemampuan kita menilai situasi sekitar,” kata Falla yang juga seorang dokter ini.

Seperti menjauhi tempat yang berpotensi adanya penularan atau menilai kapan aman untuk membuka masker.

Selain itu, Falla menegaskan salah satu pemicu pertambahan kasus adalah
peningkatan mobilitas.

Pemerintah ujarnya, juga telah meniadakan cuti dalam Nataru untuk mencegah mobilitas yang berlebihan.

“Energi euforia akhir tahun bisa dialihkan ke hal-hal yang lebih aman. Kita harus waspada bahwa pandemi masih ada, potensi kenaikan kasus selalu ada. Dibutuhkan kerja sama semua pihak, terutama mulai dari diri sendiri untuk mencegah penularan,” ungkap Falla.

Selain menjaga kesehatan fisik, upaya mempertahankan kesehatan mental juga sangat pentingdalam situasi sulit seperti pandemi.

Selama Pandemi Gangguan Kesehatan Mental Meningkat

Co-Founder Pijar Psikologi, Regis Machdy mengungkapkan gangguan kesehatan mental secara general dan juga depresi meningkat 6 persen di Indonesia selama masa pandemi covid-19.

Bahkan pasien yang berkunjung ke psikolog meningkat 3 kali lipat selama pandemi dibandingkan sebelum adanya pandemi, dengan berbagai kasus.

Seperti karena kehilangan keluarga terdekat, kehilangan pekerjaan, dan karena kehidupan yang berubah total.

“Dari kita yang hidup aktif, tiba-tiba harus diam seolah-olah terkerangkeng. Jadi sebenarnya ada banyak sekali faktor,” kata Regis di dialog produktif FMB9, ‘Prokes Dilanggar Semua Rugi’, Selasa (2/11/2021).

Ia berujar kesehatan fisik dan kesehatan mental adalah dua hal yang sama sekali tidak bisa dipisahkan.

Angka ini tentunya sesuatu yang menyedihkan, kendati faktanya hidup akan selalu menemukan yang namanya ketidakpastian.

“Program kami memang terkait kesehatan mental, utamanya terkait pandemi. Misalkan, kami cukup sering berdialog dengan teman-teman lewat webinar membahas kesepian selama masa pandemi,” ujarnya.

Regis mengatakan pihaknya menemukan banyak isu orang-orang yang merasa kesepian, hingga orang-orang yang mengalami gangguan tidur selama menyelenggarakan webinar.

Banyak masyarakat yang tidak sadar bahwa beraktivitas dan terkena sinar matahari itu membantu mengaktifkan hormon melatonin yang membantu seseorang tertidur.

Namun selama pandemi, dengan dibatasinya pergerakan membuat tubuh tidak bisa mengaktifkan hormon tersebut.

“Ketika pandemi, tubuh kita semacam konslet, bingung karena tidak ada hormon yang membantu menidurkan kita,” ujarnya.

Oleh karenanya, pihaknya banyak membantu masyarakat untuk memberikan edukasi yang berkaitan dengan gangguan tidur maupun gangguan yang terkait kesehatan mental selama pandemi covid-19.

Pihaknya juga membuka ruang konsultasi yang berkaitan dengan kesehatan mental.

“Selain edukasi, waktu awal pandemi kami juga membuka konsultasi gratis untuk 50 kuota per minggu. Tapi yang konsultasi sampai 200, jadi over kuota. Untungnya Lembaga seperti kami bukan hanya pijar, sehingga kalau penuh kami kabarkan kalau ada layanan lain juga untuk masyarakat yang membutuhkan,” ujarnya.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Gangguan Kesehatan Mental di Indonesia Meningkat 6 Persen Selama Masa Pandemi.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Pentingnya Kemampuan Adaptasi Diri di Masa Pandemi Covid-19.

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved