G30S PKI
Mayjen DI Pandjaitan Dipukul Saat Berdoa, Ditembak Pakai Seragam Lengkap, Ini Hasil Autopsi
Kebiadaban PKI terhadap sang Jenderal diungkap Catherine Panjaitan, anak sulung Jenderal DI Panjaitan yang menyaksikan peristiwa tragis kala itu.
Pandjaitan menjabat sebagai Komandan Batalyon di Resimen IV Riau berpangkat Mayor setelah TKR diresmikan
Diangkat menjadi Kepala Pertahanan Kota Pekanbaru, pada akhir 1945
Dia menjadi Komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi pada 1948,.
Pandjaitan diangkat menjadi Pimpinan Perbekalan Perjuangan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) saat Belanda melancarkan aksi Agresi Militer Belanda II
Pandjaitan diangkat menjadi Kepala Staf Operasi Tentara dan Teritorium (T&T) I Bukit Barisan di Medan saat kedaulatan Indonesia diakui oleh Belanda
Prestasi
Pandjaitan mengikuti kursus militer Atase (Milat) atau sebuah jabatan di lingkungan kedutaan besar suatu negara pada 1956
Ia ditugaskan menjadi Atase Militer RI di Bonn, Jerman Barat. Ketika jabatannya berakhir, ia pun kembali ke Indonesia.
Saat menjabat sebagai Asisten IV Men/Pangad, ia mencatat prestasi sendiri.
Pandjaitan berhasil membongkar rahasia pengiriman senjata dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT) untuk Partai Komunis Indonesia (PKI).
Dari situ maka diketahui bahwa senjata-senjata tersebut diselundupkan dalam peti-peti bahan bangunan yang akan dipakai dalam pembangunan gedung Conefo (Conference of the New Emerging Forces).
Senjata tersebut diperlukan PKI yang sedang giat-giatnya mengadakan persiapan untuk mempersenjatai Angkatan kelima.
Angkatan kelima adalah unsur pertahanan keamanan Republik Indonesia yang merupakan gagasan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Akhir Hidup
Pada 1 Oktober 1965 dini hari, eksekutor Gerakan 30 September atau G30S memaksa masuk ke kediaman Pandjaitan di Jalan Hasanudin, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.