Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

G30S PKI

Pantas AH Nasution Jadi Target Utama G30S PKI, Pengaruh Besar Sang Jenderal di TNI Jadi Penyebabnya

Nasution merupakan target utama dalam operasi tersebut. Hal itu berkaitan dengan sikap dan pandangannya terhadap Partai Komunis Indonesia (PKI)

Penulis: Gryfid Talumedun | Editor: Gryfid Talumedun
wikipedia
Pantas AH Nasution Jadi Target Utama G30S PKI, Pengaruh Besar Sang Jenderal di TNI Jadi Penyebabnya 

TRIBUNMANADO.CO.ID - AH Nasution atau Abdul Haris Nasution, perwira TNI lolos dari serangan Gerakan 30 September 1965 atau G30SPKI.

Abdul Haris Nasution adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang merupakan salah satu tokoh TNI AD yang menjadi sasaran dalam peristiwa G30S PKI.

Abdul Haris Nasution adalah putra kedua dari pasangan H Abdul Halim Nasution dan Zahara Lubis.

Ia lahir pada 3 Desember 1918 di Kotanopan, Sumatera Utara.

Pengakuan Saksi G30S PKI: Pak Untung dan Pak Latief Pamitan dengan Soeharto Mau Nyulik Jenderal

Profil AH Nasution, Selamat dari Kekejaman <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/g30s-pki' title='G30S PKI'>G30S PKI</a>, Sembunyi di Kedutaan Irak

Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution merupakan salah satu perwira tinggi AD yang lolos dari peristiwa maut G30SPKI.

Padahal, Nasution merupakan target utama dalam operasi tersebut.

Hal itu diketahui berkaitan dengan sikap dan pandangannya terhadap Partai Komunis Indonesia (PKI).

Terlebih, Nasution merupakan Menteri Pertahanan dan Keamanan yang merangkap sebagai Wakil Panglima Besar Komando Tertinggi saat itu.

Pengaruhnya dalam tubuh TNI dianggap masih sangat besar.

Saat disergap pasukan Cakrabirawa di kediamannya, Nasution berhasil meloloskan diri.

Perjalanan Karier Abdul Haris Nasution

Setelah berhasil menempuh pendidikan, dirinya kemudian menjadi guru di Bengkulu dan Palembang.

Pada masa itu, Abdul Haris Nasution mulai dikenal dengan nama Pak Nas.

Namun, ternyata pekerjaan sebagai guru kurang cocok baginya.

Nasution mulai tertarik dengan militer dan mengikuti Corps Opleiding Reserve Officieren (CORO) KNIL atau Korps Pendidikan Perwira Cadangan di Bandung, pada 1940-1942.

Kisah Brigjen Achmad Sukendro Jenderal TNI yang Selamat dari Bidikan G30S PKI

Kiprah Abdul Haris Nasution di Militer

Profil Jendral AH Nasution, Pahlawan yang Lolos dari Penculikan Gerombolan  PKI - Mantra Sukabumi

Dilansir dari buku 100 Tokoh yang Mengubah Indonesia, Abdul Haris Nasution dikenal sebagai penggagas Dwifungsi ABRI.

Selain itu, dirinya juga dikenal sebagai peletak dasar perang gerilya.

Gagasan perang 1 gerilya dituangkan di dalam bukunya yang fenomenal yaitu Strategy of Guerrilla Warfare.

Abdul Haris Nasution dianggap sebagai sosok yang bisa mengambil jarak terhadap kekuasaan.

Meski mengaku mengagumi Soekarno, namun dirinya tidak menyangkal kalau sering terlibat konflik dengan presiden pertama RI ini.

Nasution adalah sosok yang berani terang-terangan menentang komunis.

Pada tahun 1948, dirinya memimpin pasukan Siliwangi menumpas pemberontakan PKI di Madiun.

Setelah Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Nasution bergabung dengan militer Indonesia yang kemudian dikenal sebagai Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Jenderal AH Nasution Target Utama G30S PKI

Dalam peristiwa berdarah Gerakan 30 September 1965 atau G30SPKI, Jenderal AH Nasution disebut sebagai target utama dalam operasi tersebut.

Pasukan Cakrabirawa diminta membawa Nasution dan enam Jenderal lainnya ke kawasan Lubang Buaya dalam keadaan hidup atau mati.

Hampir dua pleton sendiri yang dikerahkan untuk menyeret Nasution ke Lubang Buaya.

Itu merupakan jumlah pasukan lebih banyak daripada penjemput enam jenderal lainnya.

Agus Salim menyebut, Nasution sebenarnya merupakan target utama.

Hal itu berkaitan dengan posisinya di TNI yang disinyalir cukup berpengaruh sebagai seorang jenderal senior.

Lolos Karena Tidak Bisa Tidur

Malam hari pada 30 September hingga dini hari 1 Oktober 1965, diceritakan bahwa udara malam pada saat itu sangat panas.

Hal itulah yang membuat Jenderal Nasution tak dapat memejamkan matanya untuk tertidur lelap karena terlalu banyak nyamuk.

Namun, hal tersebut justru menjadi salah satu alasan dirinya berhasil lolos.

Disebutkan bahwa dini hari, Nasution dan istrinya, Yohana Sunarti serta putri bungsu mereka Ade Irma Suryani mendadak dikejutkan oleh suara desingan senjata.

Pasukan Cakrabirawa dengan beringas memberondong siapa pun yang ditemuinya di rumah Nasution yang terletak di Jalan Teuku Umar, Gondangdia, Menteng, Kota Jakarta Pusat.

Mereka datang dan ditugaskan untuk menyeret Nasution ke kawasan Lubang Buaya dalam kondisi hidup atau mati.

Nasution Berhasil Lolos

Karena belum tertidur dan menyadari kedatangan pasukan itu, sang istri yakni Yohana Sunarti dengan sigap langsung menggendong Ade Irma yang masih berusia 5 tahun dan meminta Pak Nas sapaan akrab Nasution untuk melarikan diri.

Nasution pun akhirnya berhasil kabur dengan melompat tembok rumahnya dari belakang.

Sementara pasukan Cakrabirawa terus mencari keberadaan Nas di setiap sudut rumahnya.

Mereka memberondong rumah Nasution dengan tembakan.

Saat inilah, anak bungsu Nasution tertembak di dekapan sang ibu.

Pasukan penjemput Nasution yang diketahui dipimpin Djahurup akhirnya hanya mendapati orang yang posturnya mirip dengan Nasution.

Ia adalah ajudan Nasution, Pierre Andreas Tendean yang berpangkat Letnan Satu Zeni.

Pierre kemudian dibawa oleh para penyerang yang berpacu dengan waktu menuju ke Lubang Buaya.

Ia dibunuh dan jasadnya dimasukan ke dalam sumur tua.

Nasution Keluar dari Persembunyian

Melansir dari laman Liputan6, disebutkan jika saat melarikan diri Nasution pergi ke rumah Duta Besar Irak.

Nasution kembali ke rumah setelah 2 jam bersembunyi.

Ia kemudian bersembunyi di rumah tetangga hingga pukul 06.00 WIB pada 1 Oktober 1965.

Sembari tertatih-tatih, dia kembali ke rumahnya melompat melalui pagar.

Dia kemudian meminta ajudan dan iparnya untuk membawanya ke Departemen Pertahanan dan Keamanan.

Komandan Staf Markas Besar AD (Kostrad), Letkol Hidajat Wirasondjaja, Mayor Sumargono, dan iparnya, Bob Sunarjo Gondokusumo kemudian mengantarnya menggunakan mobil.

Pada hari yang sama, Nasution, mengirimkan kabar kepada Panglima Kostrad Mayor Jenderal Soeharto mengenai keadaannya. Nasution kemudian dibawa ke Makostrad untuk mengatur siasat penumpasan pemberontak G30S.

Kemudian, pada 4 Oktober 1965, ajudannya yakni Lettu Pierre Tendean dan enam jenderal TNI AD ditemukan di sebuah sumur berdiameter 75 sentimeter dan kedalaman 12 meter dalam keadaan tidak bernyawa di Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Terima penghargaan Jenderal Besar

Bersama dengan Soeharto dan Soedirman, Nasution lantas menerima pangkat kehormatan Jenderal Besar yang dianugerahkan pada tanggal 5 Oktober 1997 ketika ulang tahun ABRI.

Kemudian pada Mei 1946, dirinya diangkat menjadi Panglima Regional Divisi Siliwangi yang memelihara keamanan Jawa Barat.

Nasution juga mengembangkan teori perang teritorial yang akan menjadi doktrin pertahanan Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada masa depan. *

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved