Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

G30S PKI

Pengakuan Saksi G30S PKI: ''Pak Untung dan Pak Latief Pamitan dengan Soeharto Mau Nyulik Jenderal''

Pengakuan dari seorang mantan anggot pasukan Cakrabirawa, Ishak Bahar (87) saat peristiwa Gerakan 30 September atau G30S PKI 1965.

Editor: Frandi Piring
Via Kompas.com/Koleksi pribadi Nani Nurrachman Sutojo
Pengakuan saksi G30S PKI 1965. Kolonel Latief dan Letkol Untung bertemu Soeharto sebelum culik Dewan Jenderal. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - “Baik Pak Untung dan Pak Latief itu pamitan dengan Suharto mau nyulik jenderal,” ungkap Ishak Bahar dengan yakin.

Pengakuan dari seorang mantan anggot pasukan Cakrabirawa, Ishak Bahar (87) saat peristiwa Gerakan 30 September atau G30S PKI 1965.

Ishak Bahar menjadi saksi dalam aksi penculikan hingga pembantaian Dewan Jenderal di Lubang Buaya (daerah Pondok Gede Jakarta).

Tepat hari ini, 56 tahun yang lalu, sebuah aksi pemberontakan yang disebut-sebut ulah dari Kaum Komunis yang bersatu dalam Partai Komunis Indonesia ( PKI ).

Tujuh perwira TNI yang dituding sebagai “ Dewan Jenderal ” diculik oleh Batalion Pasukan Pengawal Presiden Cakrabirawa yang diketahui terafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Malam 30 September 1965, para perwira TNI ini disiksa dan dibantai dalam sebuah sumur tua di daerah Lubang Buaya, Pondok Gede, Jakarta.

Buntut dari peristiwa ini, setidaknya 500.000 orang yang dituduh PKI atau simpatisannya, dieksekusi massal di berbagai penjuru Indonesia.

Ada juga yang dipenjara dan diasingkan sebagai tahanan politik selama puluhan tahun tanpa pernah diadili sebagaimana layaknya warga negara.

Salah satu saksi hidup yang mengetahui secara rinci kronologi peristiwa pada malam mencekam itu adalah Ishak Bahar (87), warga Kelurahan Kalikabong, Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.

Lansia yang pernah menyandang pangkat terakhir Sersan Mayor (serma) itu saat peristiwa G30S bertugas sebagai Komandan Regu Pengawal Istana Batalion Cakrabirawa.

“Saya pendidikan di Komando Pasukan Khusus (Kopassus) terus bertugas di pengawal Istana tahun 1964. Waktu Soekarno pidato di Konferensi Asia Afrika, saya yang mengawal presiden ke Aljazair,” kata Ishak saat berbincang di rumahnya, Rabu (29/9/2021).

Ishak mengungkapkan, keterlibatan dirinya dalam tragedi G30S adalah hal yang tidak pernah ia duga sebelumnya.

Dia merasa terjebak dalam pusaran politik yang menjungkirbalikkan nasibnya dari seorang patriot yang terhormat menjadi pesakitan berlabel pengkhianat negara.

Masih jelas di ingatan, saat Letkol Untung, pimpinan Ishak di Batalion Cakrabirawa memberi perintah untuk ikut bersamanya.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved