Berita Manado
4 Tempat Bersejarah di Manado Wajib Dikunjungi, Ada Gereja hingga Gedung Perjuangan Hak Perempuan
Berikut beberapa tempat bersejarah di Kota Manado yang wajib dikunjungi
TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Kota Manado, Sulawesi Utara sudah dikenal karena sektor pariwisatanya karena memiliki keindahan alam.
Padahal tak hanya keindahan alam, Manado juga memiliki beberapa tempat bersejarah.
Karena banyaknya tempat bersejarah di Kota Manado, bahkan ada beberapa yang masih belum diketahui hingga kini.
Berikut beberapa tempat bersejarah di Kota Manado yang wajib dikunjungi:
1. Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) Sentrum Manado dan tugu Perang Dunia II
Letaknya yang berada di tengah kota, membuat GMIM Sentrum dan Tugu Perang Dunia II selalu berhasil menarik perhatian.
Gereja yang berada di Jalan Sarapung Nomor 1, Lawangirung, Pinaesaan, Wenang, Kota Manado, Sulut ini berdiri sejak tahun 1677 dan merupakan peninggakan Belanda tertua di Manado.
Dulu awalnya GMIM Sentrum bernama Oude Kerk yang berada di bawah binaan Indische Kerk atau gereja negara.
Namun karena tidak puas dengan kehidupan rohani yang diurus negara akhirnya terbentuklah Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM) pada tahun 1993.

Hal tersebut membuat gereja-gereja di Manado, Bitung, dan Minahasa berdiri sendiri dengan nama GMIM.
Saat sudah pendudukan Jepang, GMIM Sentrum Manado menjadi markas Manado Syuu Kiri Sutokyop Kyookai (MSKK).yang kemudian hancur dibom pada masa Perang Dunia II.
Karena kejadian tersebut, akhirnya dibangunlah Tugu Perang Dunia II.
Kemudian pada tahun 1952 GMIM Sentrum Manado dibangun kembali dengan arsitektur khas Gereja Protestan Belanda dengan bentuk khasnya, yaitu persegi sebagai simbol mata angin.
Hingga kini, GMIM Sentrum Manado sudah beberapa kali direnovasi.
Pada tahun 1995, Ratu Beatrix dan Pangeran Claus Van Amsberg dari Belanda pernah mengunjungi GMIM.
2. Patung Alexander Andries Maramis
Patung A A Maramis ini terletak di Jalan A A Maramis, Paniki Bawah, Mapanget, Manado, Sulut.
Kini, keturunan Maramis sudah menetap di Jakarta dan tidak ada yang tersisa di Manado.
Agar jasanya terus dikenang, dibangunlah patung A A Maramis ini.
Tempatnya yang kecil dan agak masuk membuat keberadaan patung A A Maramis tak banyak diketahui orang.

Padahal, lokasi tempat patung A A Maramis tersebut dulunya diyakini merupakan rumah masa kecil pahlawan Indonesia, A A Maramis.
A A Maramis merupakan salah satu pahlawan asal Sulut yang turut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Ia merupakan salah satu anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Sembilan.
Saat merumuskan dasar negara, A A Maramis memperjuangkan pergantian sila pertama yang berbunyi "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya" dalam Piagam Jakarta.
Setelah kemerdekaan berhasil diperjuangkan, A A Maramis menjadi Menteri Negara yang kemudian menjadi Menteri Keuangan (Menkeu) menggantikan Samsi Sastrawidagda.
Selain itu, A A Maramis pernah menjadi Duta Besar (Dubes) di Filipina, Finlandia, Jerman Barat, dan Uni Soviet.
Pada 8 November 2019 akhirnya A A Maramis dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo.
Penghargaan tersebut diterima oleh cucu A A Maramis, Joan Maramis di Istana Negara.(*)
3. Gedung PIKAT
Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunannya atau disingkat PIKAT didirikan oleh Maria Josephine Catherine Maramis atau Maria Walanda Maramis.
PIKAT dibentuk pada 8 Juli 1917 saat Maria pindah ke Manado dari Maumbi, Minahasa Utara (Minut) untuk mengikuti suaminya yang bernama Yoseph Frederik Calusung Walanda.

Awalnya, PIKAT didirikan sebagai forum diskusi pendidikan anak yang kemudian meluas sebagai wadah memajukan perempuan Minahasa.
Setelah setahun berdiri, PIKAT bahkan berhasil mendirikan Huishound School PIKAT (Sekolah Rumah Tangga PIKAT) khusus untuk anak-anak perempuan di Minahasa yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi.
Sekolah ini bahkan tidak dipungut biaya.
Keberadaan PIKAT sendiri masih ada hingga saat ini, dan gedung terletak di Jalan Ahmad Yani, Titiwungen Selatan, Sario, Manado, Sulut.
4. Jalan Roda (Jarod)
Jalan Roda atau yang lebih dikenal sebagai Jarod merupakan salah satu tempat ngopi favorit di Kota Manado.
Rupanya, Jarod sendiri merupakan tempat bersejarah.
Pada masa Perang Dunia I dan Perang Dunia II, Jarod sering dilewati pedati yang ditarik sapi atau kuda dari pedalaman Minahasa.

Pedati tersebut mengangkut hasil bumi yang akan dipasarkan di Kota Manado dan beberapa daerah seperti Ternate.
Sembari menunggu tuannya mengangkut hasil bumi, para supir pedati memarkirkan pedati mereka di area yang sekarang dinamakan Jarod karena pedati dalam bahasa lokal disebut "roda".
Di Jarod inilah para supir pedati beristirahat sembari bersosialisasi dan minum kopi.
Saat ini, Jarod menjadi destinasi wisata kuliner jika turis lokal, nasional, maupun mancanegara berkunjung ke Manado.
Ada puluhan kedai kopi yang juga menjajakan berbagai menu khas Manado.
Masyarakat dari kalangan bawah, menengah, dan atas sering berkumpul di Jarod membahas mulai dari perkembangan sosial, politik, dan ekonomi.(*)
Baca juga: Doa Pagi Hari dan Ibadah yang Bisa Dilakukan Agar Diberi Kelancaran Beraktivitas
Baca juga: ABK Asal Tompaso Minahasa Berhasil Pulang Setelah Dipekerjakan Tidal Layak di Kapal Ikan Asing
Baca juga: Sosok Agithia Mirza Pilot Pesawat Rimbun Air yang Jatuh di Papua, Berpengalaman, Eks Penerbang TNI