Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Virus Corona

Terungkap Perusahaan Amerika di China yang Lakukan Penelitian di Lab Wuhan

Keberadaan awal virus Corona atau Covid-19 hingga kini masih simpang siur. Namun, banyak yang beranggapan bahwa virus ini

Editor: Aswin_Lumintang
Facebook
WHO umumkan Virus Corona jenis baru yang lebih berbahaya dari varian Delta dan sulit dikendalikan. 

"Virus yang mereka buat diuji kemampuannya untuk menginfeksi tikus yang direkayasa untuk menampilkan reseptor tipe manusia di sel tikus. Saat mereka bekerja pada virus corona terkait SARS, mereka melakukan proyek paralel pada saat yang sama pada virus terkait MERS, virus corona yang menyebabkan Sindrom Pernafasan Timur Tengah," jelas Ebright.

Ahli Biologi Molekuler lainnya, Alina Chan dari Broad Institute mengatakan dokumen itu juga menunjukkan bahwa EcoHealth Alliance mengetahui tentang risiko bekerja dengan virus corona.

"Mereka prihatin dengan ilmuwan lapangan yang berhubungan dekat dengan kelelawar yang terinfeksi virus corona dan produk sampingan dari aktivitas mereka, juga yang digigit," kata Chan.

Ia menjelaskan bahwa perusahaan bahkan mencatat kasus gigitan, namun tidak jelas dari dokumen apakah catatan itu disimpan.

Perlu diketahui, kelelawar merupakan salah satu pelaku utama yang menjadi sumber munculnya Covid-19.

Penyakit yang saat ini menyerang seluruh planet dan menginfeksi ratusan juta orang di dunia ini, secara genetik mirip dengan virus yang ditemukan pada mamalia tersebut.

EcoHealth Alliance pun menyebut temuan ini 'kurang penting', karena perusahaan ini hanya mengajukan hibah untuk melakukan penelitian yang menurut AS penting.

Seperti yang diungkapkan Manajer Komunikasi EcoHealth Alliance, Robert Kessler.

Setelah penelitian pertama, pendanaan dihentikan pada April 2020 oleh pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump.

Namun kemudian penelitiannya diluncurkan pada Agustus 2020 dan diberi judul 'Memahami Risiko Munculnya Virus Zoonosis pada Hotspot Penyakit Menular di Asia Tenggara'.

Kali ini bertujuan untuk meningkatkan dan menyebarkan sumber daya di kawasan Asia, jika terjadi wabah penyakit menular baru di masa depan.

Temuan oleh The Intercept ini mengikuti publikasi laporan yang diperintahkan Presiden AS Joe Biden kepada badan intelijen AS tentang asal-usul Covid-19.

POTUS (President of The United States) itu sebelumnya mengumumkan pada 27 Agustus lalu bahwa temuan agen mata-mata tidak menunjukkan hasil yang meyakinkan.

Mayoritas memang menilai teori 'kebocoran lab China' sebagai hal yang 'tidak mungkin', namun masih ada beberapa diantaranya yang menganggap dugaan itu tidak dapat dikesampingkan.

Sementara China telah berulang kali membantah anggapan bahwa salah satu laboratoriumnya yang secara rutin bekerja dengan virus corona secara keliru direkayasa atau tidak sengaja melepaskan patogen mematikan ke alam liar.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Perusahaan Amerika yang Didanai AS Disebut Meneliti Virus Corona di Lab Wuhan Sejak 2014, https://www.tribunnews.com/internasional/2021/09/08/perusahaan-amerika-yang-didanai-as-disebut-meneliti-virus-corona-di-lab-wuhan-sejak-2014?page=all.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak

Sumber: Tribunnews
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved