Seleksi Kepegawaian di KPK
Kader PKS Pertanyakan Pilihan Pancasila atau Al Quran di TWK Pegawai KPK, Minta Presiden Batalkan
Polemik pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sudah dipolisitisir partai politik. Terakhir Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Polemik pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sudah dipolisitisir partai politik. Terakhir Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Al Muzzammil Yusuf memberikan pendapatnya terkait persoalan yang sedang hangat diperbincangkan tersebut.
Simpulannya anggota DPR RI Al Muzzammil Yusuf meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membatalkan permberlakuan Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) terhadap seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) di berbagai instansi, termasuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Belajar dari KPK, TWK dinilai betentangan dengan amanat konstitusi.
Menurutnya, TWK yang diselenggarakan Badan Kepegawaian Negara (BKN) berisi pertanyaan yang sangat sensitif dan keyakinan agama seseorang.

"Beberapa pekan terakhir ini polemik kita sangat tajam dan mendalam tentang TWK yang dilakukan oleh Badan Kepegawaian Nasional (BKN) terhadap calon ASN KPK."
"Masalahnya telah menarik perhatian publik yang begitu luas, terutama pada pertanyaan dalam tes tersebut yang sangat sensitif bahkan menyangkut keyakinan beragama seseorang,” ucap Al Muzzamil, dikutip dari laman dpr.go.id, Senin (31/5/2021).
Ia menyebutkan satu contoh pertanyaan TWK yang sempat diberikan kepada pegawai KPK, yakni memilih antara Pancasila atau Al-Qur'an.
Lanjutnya, pertanyaan itu dilontarkan BKN untuk memberantas adanya paham radikalisme.
Namun, kenyataannya alasan BKM ini malah menciptakan bahaya yang lebih besar.
Pertanyaan itu dinilai mengabaikan sikap negawaran para pendiri negara Indonesia terdahulu.
Baca juga: Masih Ingat Lisa Wanita Cantik Wajahnya Rusak Disiram Air Keras Suami? Kini Jadi Pengusaha Sukses
Baca juga: KABAR Gracia Indri, Wajah Tirusnya Kini jadi Sorotan, Penampilan Bikin Pangling Saat di Belanda
“Dengan alasan tersebut BKN tentu telah merasa menyelamatkan negara dan pemerintah dari bahaya besar. Padahal yang sesungguhnya terjadi, BKN telah menciptakan bahaya yang lebih besar."
"Pertama, mengabaikan sikap negarawan founding fathers kita yang arif bijaksana, menyandingkan Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa dengan Sila Ketiga, Persatuan Indonesia dengan harmoni didalam Pancasila,” ucap politisi Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.
Kedua, lanjut Al Muzzammil, BKN telah menginjak-nginjak amanat konstitusi UU 1945.
Tepatnya, Pasal 29 ayat 1 dan 2 dimana negara menjamin setiap memeluk agama sesuai kepercayaan masing-masing.
“Maka niat BKN untuk memerangi radikalisme agama berubah menjadi kebijakan terorisme terhadap keyakinan umat beragama, khususnya umat Islam yang dikonfrontir untuk memilih Pancasila atau Al Quran."