Ferry Liando
Pengamat Sulut Ferry Liando Sebut Pergerakan Buruh Sangat Dibutuhkan di Negara Demokrasi
Ferry Liando katakan, di kegiatan yang berlangsung di Ruang SH Sarundajang Kantor Walikota Bitung dirinya membahas terkait pergerakan buruh.
Penulis: Christian_Wayongkere | Editor: Rizali Posumah
TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado – Dr Ferry Daud Liando akademisi sekaligus pengamat politik dan pemerintahan, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) mendapat satu kehormatan sebagai salah satu panelis pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional dalam Seminar Nasional dan Bedah Buku ‘Rekson Silaban Pergerakan Tanpa Batas’.
Kepada tribunmamado.co.id Senin (31/5/2021), Ferry Liando bilang, dalam kegiatan yang berlangsung di Ruang SH Sarundajang Kantor Walikota Bitung pekan lalu dirinya membahas terkait pergerakan buruh.
Sosok buruh sangat lekat dengan Rekson Silaban.
Rekson Silaban merupakan Ketua Majelis Panasehat Organisasi KSBSI.

Menurut Ferry Liando pergerakan buruh sangat dibutuhkan di Negara Demokrasi termasuk Indonesia sangatkah dibutuhkan.
“Pergerakan ini dimaksudkan agar tidak terjadi kekuasaan negara yang otoriter, tidak terjadi oligarki dan mencegah terjadinya klientilisme,” kata Ferry Liando, Senin (31/5/2021).
Menurut Ferry Liando, di negara-negara yang demokrasinya maju, negara tersebut selalu memberikan ruang khsusus bagi pergerakan buruh.
Agar penguasa tidak berlaku dengan sewenag-wenang tanpa kontrol.
Di Indoensia termasuk Sulut pergerakan buruh terkesan terhambat sehingga tujuan yang diharapkan yaitu kesejahteraan buruh belum optimal.
Hambatan itu disebabkan kebanyakan para elit-elit pergerakan banyak terlibat kepentingan politik praktis sehingga melemahkan semangat gerakan.
“Saat pilakda banyak Partai Politik (parpol) yang merayu elit-elit pergerakan, sehingga kekompakan mereka terpecah-pecah. Elit-elit gerakan sangat sulit masuk di arena kekuasaan karena ketidakkompakan itu,” jelasnya.
Di lembaga-lembaga politik malahan sebagain besar telah dikuasai kelompok pemodal.
Para pemodal menempatak kaki tangan mereka diparlemen agar kelak kepentingan Pemodal lebih diutamakan ketimbang kepentingan buruh.
Hadirnya buku berjudul -Pergerakan Tanpa Batas-yang ditulis Marim purba menjadi pemicu agar peregerakan perjuangan buruh di Sulut terkonsoidiasi kembali.
Apalagi di Sulut telah didominasi oleh pekerja-pekerja dari luar negeri dan luar daerah.