Jejak Tokoh
Namanya Diusulkan Alumni FK Unsrat Jadi Nama RSUD Provinsi Sulut, Ini Jejak Arnold Mononutu
Ada tiga sosok nama yang diusulkan yakni Prof Arnold Mononutu, dr Marie Thomas dan Prof Dr DS Kapoyos.
Penulis: Jumadi Mappanganro | Editor: Jumadi Mappanganro
Di akademi ini, Mononutu bergaul dengan para pelajar seperti Ahmad Subardjo, Bung Hatta, hingga Cipto Mangunkusumo.
Di Belanda, Arnold Mononutu juga aktif memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui Perhimpunan Indonesia.
Melalui organisasi inilah, ia makin akrab dengan Mohammad Hatta yang kemudian hari tampil sebagai Wakil Presiden RI.
Tiba di Tanah Air sepulang dari Belanda, Arnold Mononutu bergabung di Partai Nasionalis Indonesia (PNI) bersama Soekarno pada 1927.
Ia juga terlibat dalah Kongres Pemuda II yang melahirkan Sumpah Pemuda itu.
Pada kongres itu, Arnold Mononut mewakili Persatuan Minahasa.
Saat itu Arnold sudah menguasai tiga bahasa asing yakni Inggris, Belanda, dan Prancis.
Saat Indonesia merdeka, Arnold Mononutu kemudian dipercaya menjabat Menteri Penerangan pada tiga kabinet pemerintahan yakni:
1. Menteri Kabinet RI Serikat (1949-1950)
2. Kabinet Sukiman Suwirjo (1951-1952)
3. Kabinet Wilopo (1952-1953).
Ia salah satu toko yang hadir pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda 1949, dalam dalam kapasitasnya sebagai Wakil Ketua Parlemen Negara Indonesia Timur (NIT).
Selepas menjabat Menteri Penerangan, Arnold Mononut dipercaya menjadi Duta Besar RI yang pertama untuk RRT (1953-1955).
Pada 1960-1965, Arnold Mononutu diangkat menjadi Rektor Universitas Hasanuddin yang pertama.
Setahun kemudian, lelaki yang juga dijuluki Ayam Jantan dari Indonesia Timur itu mendapatkan Bintang Mahaputra Utama.
Atas jasa-jasanya itulah Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional.
Arnold Mononutu meninggal di Jakarta pada 5 September 1983 dalam usia 86 tahun.
Ia dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/manado/foto/bank/originals/rsud-provinsi-sulut-fhgf.jpg)