Jejak Tokoh
Namanya Diusulkan Alumni FK Unsrat Jadi Nama RSUD Provinsi Sulut, Ini Jejak Arnold Mononutu
Ada tiga sosok nama yang diusulkan yakni Prof Arnold Mononutu, dr Marie Thomas dan Prof Dr DS Kapoyos.
Penulis: Jumadi Mappanganro | Editor: Jumadi Mappanganro
TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Sejumlah alumni Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) mengusulkan tiga kandidat nama sosok untuk dijadikan nama RSUD Provinsi Sulut.
Rumah sakit ini berada di Jalan Bethesda, Kota Manado, Sulawesi Utara.
Ketiga sosok dimaksud yakni Prof Arnold Mononutu, dr Marie Thomas dan Prof Dr DS Kapoyos.
Usulan itu disampaikan sejumlah dokter senior sekaligus alumni FK Unsrat di Gedung DPRD Sulut, Selasa (4/5/2021) lalu.
Alasan mereka mengusulkan, hingga saat ini RSUD Provinsi Sulut belum memiliki nama resmi.
Sementara ketiga sosok kandidat yang mereka usulkan dinilai banyak berjasa bagi Sulut, terutama di bidang kesehatan.
Lalu siapakah Prof Arnold Mononutu?
Dikutip dari beberapa sumber, ia memiliki nama panjang Arnoldus Isaac Zacharias Mononutu.
Lahir di Manado, 4 Desember 1896.
Arnold Mononutu adalah sosok yang pertama kali mengumumkan nama Batavia menjadi Jakarta.
Ayahnya adalah elite Minahasa yang bekerja sebagai pegawai keuangan pemerintah Hindia Belanda.
Arnold Mononutu mendapat banyak kesempatan mengenyam pendidikan sejak muda.
Tamat dari Hollandsch-Inlandsche School (HIS), ia melanjutkan ke Middelbare Handels School di Jakarta hingga 1920.
Ia kemudian ke Belanda untuk studi perbandingan kesusastraan Inggris, Belanda dan Prancis (1920-1924).
Juga belajar di Akademi Hukum Internasional di Vradespaleis, Den Haag.
Di akademi ini, Mononutu bergaul dengan para pelajar seperti Ahmad Subardjo, Bung Hatta, hingga Cipto Mangunkusumo.
Di Belanda, Arnold Mononutu juga aktif memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui Perhimpunan Indonesia.
Melalui organisasi inilah, ia makin akrab dengan Mohammad Hatta yang kemudian hari tampil sebagai Wakil Presiden RI.
Tiba di Tanah Air sepulang dari Belanda, Arnold Mononutu bergabung di Partai Nasionalis Indonesia (PNI) bersama Soekarno pada 1927.
Ia juga terlibat dalah Kongres Pemuda II yang melahirkan Sumpah Pemuda itu.
Pada kongres itu, Arnold Mononut mewakili Persatuan Minahasa.
Saat itu Arnold sudah menguasai tiga bahasa asing yakni Inggris, Belanda, dan Prancis.
Saat Indonesia merdeka, Arnold Mononutu kemudian dipercaya menjabat Menteri Penerangan pada tiga kabinet pemerintahan yakni:
1. Menteri Kabinet RI Serikat (1949-1950)
2. Kabinet Sukiman Suwirjo (1951-1952)
3. Kabinet Wilopo (1952-1953).
Ia salah satu toko yang hadir pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda 1949, dalam dalam kapasitasnya sebagai Wakil Ketua Parlemen Negara Indonesia Timur (NIT).
Selepas menjabat Menteri Penerangan, Arnold Mononut dipercaya menjadi Duta Besar RI yang pertama untuk RRT (1953-1955).
Pada 1960-1965, Arnold Mononutu diangkat menjadi Rektor Universitas Hasanuddin yang pertama.
Setahun kemudian, lelaki yang juga dijuluki Ayam Jantan dari Indonesia Timur itu mendapatkan Bintang Mahaputra Utama.
Atas jasa-jasanya itulah Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional.
Arnold Mononutu meninggal di Jakarta pada 5 September 1983 dalam usia 86 tahun.
Ia dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/manado/foto/bank/originals/rsud-provinsi-sulut-fhgf.jpg)