Hari Pendidikan Nasional
Pentingnya Peran Media Sosial Sebagai Sarana Pembelajaran Pendidikan di Tengah Pandemi Covid-19
Menyambut Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) menjadi momentum bagi para guru dan tenaga pendidik untuk melakukan berbagai inovasi
Penulis: Mejer Lumantow | Editor: David_Kusuma
Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Menyambut Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) menjadi momentum bagi para guru dan tenaga pendidik untuk melakukan berbagai inovasi di tengah pandemi covid-19.
Pemanfaatan teknologi sebagai sarana belajar menjadi kebutuhan saat ini. Sebab, perkembangan teknologi sekarang melaju sangat cepat.
Salah satu wujud perkembangan teknologi adalah adanya media sosial.
Sebagian besar orang memiliki akun media sosial.
Bahkan ada yang memiliki akun media sosial lebih dari satu.
Baca juga: Status Gunung Karangetang di Sitaro Waspada, Ini Rekomendasi PVMBG
Baca juga: Ratusan Warga Tertipu Investasi Bodong 212 Mart, Pengurusnya Kabur
Baca juga: Wow, Viral Pasukan Siluman Denjaka Dikirim Basmi KKB Papua? Berikut Penjelasan TNI AL dan Marinir
Demikian dikatakan, Pengamat Pendidikan Sulut Arianto Batara MPd bahwa peran media sosial sangat penting disituasi pandemi covid-19 saat ini, khususnya sebagai sarana mengkomunikasikan pembelajaran kepada siswa.
Menurutnya, Media sosial sebelum masa pandemi memang lebih banyak berkonotasi negatif. Penggunaanya sekadar hiburan terutama bagi anak usia remaja.
Pada masa pandemi guru dan siswa dituntut untuk memanfaatkan segenap sumber daya yang tersedia untuk pembelajaran.
Baca juga: Nama Irian Barat Berubah Jadi Irian Jaya Hingga Papua, Ternyata Kisahnya Berawal Obrolan di Toilet
Baca juga: Joune Ganda Tos Bersama Tiga Mantan Bupati, Dikukuhkan Sebagai Tonaas Wangko Minaesa Amian
Hal ini sebagai konsekuensi pembelajaran dalam jaringan (daring). Termasuk sumber daya yang dimaksud adalah pemanfaatan media sosial dalam pembelajaran.
"Nah, beberapa media sosial yang sering digunakan dan sudah ramah dengan masyarakat termasuk guru dan siswa antara lain Youtube, WhatsApp, Facebook, instagram dan Telegram," jelas Batara kepada Tribun Manado.
Lanjutnya, Aplikasi WhatsApp dan Telegram lebih banyak dikenal sebagai aplikasi chat/ pengiriman pesan.
Dirinya mengatakan ada 3 (tiga) permasalahan mendasar atau kerumitan dalam pembelajaran.
Baca juga: Seorang Ibu Mengaku Kesal Karena Anak Balitanya Nangis dan Rewel, Terjadi Penganiayaan Hingga Tewas
Baca juga: Nama Irian Barat Berubah Jadi Irian Jaya Hingga Papua, Ternyata Kisahnya Berawal Obrolan di Toilet
"Permasalahan mendasar atau kerumitan yang dimaksud adalah pertama; kerumitan siswa yang diajar, kedua; kerumitan bahan atau materi yang diajarkan, dan ketiga; kerumitan pribadi guru yang mengajar," ujarnya.
Tingkat kerumitan di atas, kata Batara, semakin tinggi pada masa pandemi ini. Oleh karena itu, perlu memikirkan untuk mengurangi tingkat kerumitan yang dimaksud.
Kerumitan pertama dan ketiga yaitu kerumitan pribadi yang terlibat dalam pendidikan, dapat didekati dengan perubahan paradigma.
Baca juga: Eks Danjen Kopassus Malah Tunjukkan Sikap Mengejutkan setelah KKB Papua Dicap Teroris, Sebut Saudara
Baca juga: Presiden Disindir Buruh, Dipernikahan Atta-Aurel Jokowi Datang Tapi pada May Day Tak Temui Buruh
"Perubahan paradigma yang dimaksud antara lain cara pandang guru tentang siswa bahwa setiap siswa unik, guru meyakini bahwa profesinya adalah panggilan jiwa sesuai dengan Undang-undang No. 14 tahun 2005, orang tua adalah pendidik utama dan lain sebagainya.
Sedangkan kerumitan kedua, yaitu bahan atau materi yang diajarkan salah satunya dapat dikurangi tingkat kerumitannya dengan menggunakan teknologi," terang Batara.
Pengembang Teknologi Pembelajaran (PTP) di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Sulut ini juga menjelaskan, bahwa dalam pemilihan teknologi untuk pembelajaran perlu mempertimbangkan beberapa hal, antara lain : (1) efektifitas dan efisiensi, (2) sesuai dengan usia pembelajar, (3) ketersediaan teknologi, (4) kemudahan pemanfaatan bagi pengguna, (5) keamanan teknologi.
"Berdasarkan hal di atas, maka media sosial dapat menjadi pilihan dalam pembelajaran.
Media sosial efektif digunakan dalam pembelajaran di masa pandemi," ujar Batara
Baca juga: Gempa Bumi Minggu (02/05/21) Jam 11, Info Terbaru BMKG, Warga Waspada, Ini Lokasi & Magnitudo Gempa
Baca juga: Wow, Viral Pasukan Siluman Denjaka Dikirim Basmi KKB Papua? Berikut Penjelasan TNI AL dan Marinir
"Media sosial juga dapat menjadi solusi bagi kendala tidak dapatnya bertatap muka antara guru dan murid secara langsung. Situasi pembelajaran jarak jauh juga efisien dengan menggunakan media sosial," jelas Batara.
Dirinya mengatakan, sengan menggunakan media sosial membantu guru dan siswa dapat melaksanakan pembelajaran bersama-sama sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan (sinkronus).
Penggunaan media sosial dalam pembelajaran merupakan salah satu pilihan yang tepat karena media sosial sudah akrab dengan semua usia termasuk usia sekolah.
Rasa ingin tahu siswa akan memudahkan beradaptasi dalam penggunaan teknologi informasi termasuk menggunakan aplikasi media sosial.
Lebih lanjut, kata dia, Hal penting lainnya yang tidak boleh diabaikan dalam menggunakan media sosial termasuk dalam pembelajaran adalah keamanan. Pengguna media sosial (guru dan siswa termasuk orang tua) harus memahami kebijakan privasi dari setiap platform media sosial.
Baca juga: Lagi Tren di Mesin Penelusuran, Siapa Yoo Ah In?
Baca juga: Peringatan Dini Besok Senin 3 Mei 2021, BMKG: Ini Wilayah yang Patut Waspada Hujan Lebat dan Angin
Hal ini untuk melindungi pengguna dari hal-hal yang tidak diinginkan. Beberapa platform media sosial telah memiliki kebijakan untuk meningkatkan keamanan bagi penggunanya. Salah satu contoh, usia untuk dapat memiliki akun media sosial Line adalah 12 tahun, Facebook, Instagram, Whatsapp, Youtube dan Twitter batas minimalnya 13 tahun untuk Tiktok 14 tahun.
"Karena yang dapat dilakukan oleh pengguna media sosial untuk menjaga keamanan adalah menggunakan kata sandi yang kuat, rutin mengganti kata sandi, dan melaporkan konten berbahaya ke pihak yang berwajib bila ditemukan," ujarnya.
Selanjutnya, bagi siswa yang belum mencapai usia minimal yang ditentukan platform media sosial untuk memiliki akun pribadi dapat log in menggunakan akun orang tuanya saat pembelajaran.
Masih terkait dengan keamanan, kata Batara, siswa juga diharapkan tidak memberikan informasi palsu terkait usia saat mendaftar untuk mendapatkan akun pribadi media sosial.
Untuk itu, dirinya memaparkan, Media sosial dalam pembelajaran dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) kelompok disesuaikan dengan fasilitas dan daya dukungnya.
Baca juga: Marc Marquez Hilang Ingatan, Kecelakaan dalam Kecepatan Tinggi pada Sesi Latihan
Baca juga: KISAH Tentara Indonesia Merebut Irian Barat, Sampai Rebus Sepatu untuk Dimakan, Kekurangan Logistik
Pertama, Kelas maya (virtual classroom), adalah lingkungan belajar yang diciptakan tanpa tatap muka secara langsung antara guru dengan siswa.
Guru menyiapkan bahan ajar dalam konten digital yang bisa diakses, disimpan, dan dibagikan melalui internet yang bisa diakses kapan saja dan dimana saja oleh siswa.
Media sosial yang dapat digunakan sebagai kelas maya adalah Facebook. Meskipun tidak selengkap dan secanggih dengan platform kelas maya yang sesungguhnya Facebook mendekati fungsi kelas maya dengan menggunakan grup Facebook.
Kedua, Konferensi Video (Video Conference), merupakan teknologi komunikasi yang digunakan beberapa orang di dua lokasi berbeda atau lebih yang terlihat (visual) dan terdengar (audio) secara bersamaan pada waktu yang sama. Video call pada messeger rooms Facebook, Video call pada whatsapp dapat digunakan sebagai konferensi video.
Baca juga: Battle of Colours Chapter 2 di Manado Siap Digelar, Panitia Targetkan 600 Entri
"Aplikasi pengiriman pesan instan dalam pembelajaran adalah seperangkat teknologi informasi dan komunikasi yang digunakan untuk komunikasi berbasis teks antara guru dan siswa, siswa dan siswa, serta guru dan orang tua siswa melalui Internet atau jenis jaringan lainnya," bebernya.
Dan Ketiga, adalah Platform Whatsapp, Line, Facebook messenger, serta telegram merupakan media sosial yang juga dapat menjadi alternatif untuk pengiriman pesan instan dalam pembelajaran.
"Intinya, media sosial yang dipandang sebagian orang sebagai teknologi yang kurang bermanfaat dan selama ini digunakan sekedar hiburan dapat menjadi solusi alternatif dalam pembelajaran jarak jauh pada masa pandemi, Bapak dan Ibu Guru serta Orang Tua dapat mencobanya," pungkas Pengajar dan Pembina Guru di Yayasan Perkantas Sulawesi Utara ini. (Mjr).
Baca juga: Fitnah Tetangganya, Bu Wati Jadi Sorotan Lagi saat Minta Maaf Ekspresinya Seperti Tidak Berdosa
YOUTUBE TRIBUN MANADO;