Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kapal Selam Nanggala Hilang Kontak

3 Faktor Penyebab KRI Nanggala 402 Hilang Kontak Menurut Peneliti dan Pengamat, Sudah Lanjut Usia

Satu di antaranya alat utama sistem persenjataan (Alutsista) ini Sudah Lanjut Usia.

Editor: Alexander Pattyranie
https://lavozsantacrucena.com/nota/ara-san-juan-audiencia-en-comodoro-para-reactivar-la-causa
Ilustrasi kapal selam hancur. 

MEF merupakan kekuatan pokok minimal yang harus dimiliki untuk pertahanan suatu negara.

"Ini perlu benar-benar dievaluasi, agar dapat meminimalisir timbulnya permasalahan pada mesin atau peralatan pada alutsista yang bisa berakibat fatal terhadap prajurit yang bertugas," komentarnya.

Ia juga menekankan evaluasi perkembangan MEF tersebut tidak hanya untuk kapal selam, namun juga alutsista matra lainnya seperti TNI Angkatan Darat dan TNI Angkatan Udara.

2. Minim Anggaran dan Birokrasi Rumit

Pengamat militer lainnya, Asri Hadi, menuding panjangnya birokrasi yang membuat upaya pengadaan alutsista jalan di tempat.

“Panjangnya birokrasi yang harus dilalui apabila ingin membeli alutsista, baik dari kesatuan masing-masing, mulai dari tingkat kepala staf angkatan, lanjut ke Mabes TNI dan Kemenhan, maupun persetujuan dari kementerian terkait seperti Departemen Keuangan dan DPR, sangat panjang.

Apalagi di setiap sektor ada kepentingan yang berbeda dan punya “jagoan” penyedia pengadaan alutsista yang berbeda pula,” ujarnya secara blak-blakan.

Hal ini diperumit dengan kecilnya anggaran untuk TNI,

“terutama TNI Angkatan Udara dan TNI Angkatan Laut, sementara alutsista kita sudah usia lanjut sehingga tidak dapat dioperasikan secara optimal,” tambah Asri Hadi.

3. Analisis Pakar Kelautan ITS

Musibah kapal selam KRI Nanggala 402 yang hilang kontak di laut Bali juga ditanggapi Pakar Kelautan ITS, Wisnu Wardhana MSc PhD. 

Pakar Kelautan ITS ini menganalisis penyebab KRI Nanggala 402 yang hilang kontak serta adanya ceceran minyak di laut. 

Pakar Kelautan ITS Wisnu Wardhana MSc PhD menjelaskan, sistem komunikasi dalam kapal selam ada 2, yaitu saat kapal di permukaan dan kapal di bawah permukaan air. 

Jika berada di permukaan air, sebagian badan kapal selam muncul di permukaan komunikasi lewat radar yang relatif lebih stabil. 

Kalau saat kapal di bawah permukaan (di air penuh) komunikasi melewati sonar (ada mekanisme bergetar)  frekuensi ini yang dirambatkan melalui air.  

Halaman
1234
Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved