Berita Internasional
TRAGIS! Presiden Tewas saat Perang Setelah Sehari Menang Pilpres, Sudah 30 Tahun Memimpin
Idris Deby Itno meninggal akibat pertempuran di medan konflik melawan kelompok pemberontak Front for Alternation and Concord in Chad (FACT).
Sebab musabab tewasnya Deby belum bisa dipastikan secara mandiri karena kendala lokasi yang terpencil.
Belum diketahui kenapa seorang presiden pergi ke wilayah tempur maupun berpartisipasi dalam pertemuran dengan pemberontak yang menantang kekuasaannya.
Pemberontak yang bermarkas di dalam wilayah Libya, Utara Chad, menyerang berbagai pos perbatasan pada hari pemungutan suara, lalu merangsek sejauh ratusan kilometer ke dalam wilayah Chad.
Idriss Deby naik ke tampuk kekuasaan setelah kubunya melakukan pemberontakan dan memenangkan perebutan kekuasaan di tahun 1990. Deby hingga kematiannya adalah pemimpin negara Afrika yang paling lama berkuasa.
Deby adalah mantan panglima AD Chad yang berkuasa setelah menggulingkan presiden saat itu, Hissene Habre yang oleh pengadilan internasional terbukti melakukan pelanggaran HAM.
Selama bertahun-tahun, Deby berhasil selamat dari berbagai pemberontakan dan tetap berkuasa, namun kali ini dia terbunuh di medan tempur saat kelompok yang menamakan dirinya Front untuk Perubahan dan Kerukunan Chad memberontak.
Kelompok pemberontak itu diyakini mempersenjatai diri dan berlatih di Libya sebelum merangsek masuk ke Chad Utara pada 11 April, hari yang sama saat pemungutan suara pemilu presiden Chad yang diboikot banyak kandidat presiden.
Kudeta di Chad Sepeninggal Presiden Idris Deby Itno yang Tewas di Pertempuran
Kelompok bersenjata itu sebelumnya bergerak cepat menuju ibu kota N’Djamena. Idris Deby turut ke garis depan, namun ia dilaporkan tertembak di tengah pertempuran.
Secara cepat, pemimpin militer Chad menunjuk Mahmud ibn Idriss Déby Itno, putra penguasa tujuh periode itu, sebagai pengganti Idris Deby.
Chad merupakan satu dari beberapa negara Afrika yang dikendalikan militer, tergantung diplomasi utang, dan kehadiran perusahaan multinasional dalam ekstraksi sumber daya.
Bangsa Sahel memainkan peran kunci dalam mempertahankan kehadiran militer Prancis di Negara Afrika Barat itu.
Para kritikus menyebut langkah penunjukan putra Idris Deby itu kudeta konstitusi Chad. Itu juga menjadi pesan politis ke Prancis, mantan penjajah Chad dan sekutu dekat mereka.
Juru bicara militer Chad, Azem Bermandoa Agouna, mengumumkan kematian Presiden Déby di saluran televise nasional.
Sebelum akhirnya tewas, Idris Deby baru saja memenangkan masa jabatan keenam sebagai presiden dalam pemilihan yang memberinya 79 % suara kemenangan.