Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Internasional

TRAGIS! Presiden Tewas saat Perang Setelah Sehari Menang Pilpres, Sudah 30 Tahun Memimpin

Idris Deby Itno meninggal akibat pertempuran di medan konflik melawan kelompok pemberontak Front for Alternation and Concord in Chad (FACT).

Editor: Aldi Ponge
AFP
Presiden Chad Idriss Deby tewas tertembak 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Presiden Chad, Idriss Deby Itno tewas di medan perang saat dirinya memimpin pertempuran melawan pemberontak, Selasa (20/4/2021)

Idriss Deby Itno baru saja menang dalam pemilihan Presiden Chad pada sehari sebelumnya, pada Senin (19/4/2021)

Sehingga dia akan menjabat periode keenam selama 6 tahun ke depan. Saat ini sudah memimpin Chad selama 30 tahun sejak 1990

Idris Deby Itno meninggal akibat pertempuran di medan konflik melawan kelompok pemberontak Front for Alternation and Concord in Chad (FACT).

Belum diketahui penyebab pasti kematiannya

"Presiden Deby baru saja mengembuskan nafas terakhir, membela negara yang berdaulat, di medan perang," kata juru bicara militer Chad Jenderal Azem Bermandoa Agouna dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Channel News Asia.


(FOTO: Presiden Chad Idris Deby Itno meninjau pasukan di garis depan. Tentara Chad dikenal pemberani dan banyak bertempur di berbagai front bersama pasukan Prancis, bekas penjajah negara itu. (Africa Feeds)

Deby sendiri merupakan tokoh dalam melawan pemberontak jihadis Barat di wilayah Sahel.

Kini dewan militer yang dipimpin oleh putra Deby berusia 37 tahun, Mahamat Idriss Deby Itno, jenderal bintang empat menggantikan posisi ayahnya sebagai presiden.

Militer Chad mengklaim "kemenangan besar" dalam pertempurannya melawan pemberontak dari negara tetangga Libya pada 19 April

Mereka mengklaim 300 milisi musuh tewas ditangan militer Chad. Sedangkan di pihak Chad 5 tentaranya gugur.

Dilansir AFP, Selasa (20/4/2021, Deby (68) telah berkuasa dalam pemberontakan tahun 1990 dan merupakan salah satu pemimpin terlama di Afrika.

Tim Kampanyenya pada Senin (19/4/2021) mengatakan dia bergabung dengan pasukan untuk memerangi apa yang dia sebut ekstremis.

Setelah pemberontak yang bermarkas di perbatasan utara di Libya maju ratusan km ke selatan menuju ibu kota N'Djamena.

Tetapi penyebab kematiannya secara pasti masih belum jelas.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved