Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

News

Kisah Cinta Bu Tien & Pak Harto, Dari Berkenalan Sampai Mereka Berjodoh

Bu Tien yang dikenal dari keluarga Ningrat sempat membuat Soeharto minder tak percaya diri.

Editor: Fistel Mukuan
Instagram @titiksoeharto
Ibu Tien dan Seoharto semasa muda. Menikah karena dijodohkan. Soeharto sempat tak percaya diri awalnya. Akhirnya jadi pasangan 'Semanis Tebu yang Menyentuh Kalbu'. 

Itulah yang membuat gambaran Soeharto berbeda di depan mata calon mertuanya, selain tentu saja karena hubungan dekat keluarga pamannya dengan orangtua Hartinah.

“Perkawinan kami tidak didahului dengan cinta-cintaan seperti yang dialami oleh anak muda di tahun delapan puluhan sekarang ini.

Kami berpegang pada pepatah, ‘witing tresna jalaran saka kulina,” kata Soeharto kepada Ramadhan KH, dalam 'Ucapan, Pikiran dan Tindakan Saya'.

Tak ada bulan madu bagi mereka karena tiga hari setelah pernikahan, Soeharto harus kembali ke Yogyakarta untuk berdinas. Mereka pun tinggal di Jalan Merbabu Nomor 2.

Seminggu setelah itu, Soeharto harus meninggalkan sang istri karena ditugaskan ke Ambarawa untuk menghadapi serangan Belanda dari Semarang.

Menjadi istri tentara di zaman Perang kemerdekaan memang berat.

Bahkan, saat harus melahirkan anak pertamanya, Hartinah terpaksa tak bisa ditemani Soeharto yang sedang bertempur. Meski begitu, dia tetap tegar dan setia.

Pernah suatu hari, Soeharto terlihat penat karena tugas militer dan hampir menyerah.

Hartinah dengan lembut berkata, “Aku dulu menikah dengan tentara, bukan dengan sopir. Jadilah tentara yang bermartabat.”

Dalam otobiografinya, Soeharto menulis ia dan sang istri selalu menjaga ketentraman rumah tangga dengan cinta dan pengertian.

Tak bisa dipungkiri, cinta kasih dan dukungan yang diberikan Hartinah menjadi pendorong karir Soeharto sebagai presiden.

Layaknya seperti pasangan lain, cemburu dan cekcok suami istri karena juga dialami Soeharto dan Ibu Tien.

Bahkan, Pak Harto menyinggung takkan ada orang ketiga, hanyalah Ibu Tien yang akan menjadi Nyonya Soeharto.

Namun semuat itu, baik Soeharto maupun Siti Hartinah bisa menempatkan kecemburuan secara bijak.

"Hanya ada satu Nyonya Soeharto dan tidak ada lagi yang lainnya. Jika ada, akan timbul pemberontakan yang terbuka di dalam rumah tangga Soeharto," demikian tulis kata Pak Harto.

Selama 49 tahun mereka hidup berdampingan. Sampai Hartinah berpulang pada 1996.

Dan, 12 tahun kemudian, Soeharto menyusul wanita terkasihnya untuk kembali bersama.

Baca juga: Peringatan Dini Gelombang Tinggi 4-6 Meter dari BMKG: Diminta Kewaspadaan Masyarakat, Ini Lokasinya

Baca juga: Moeldoko: Saya Dapat Informasi Setiap Tahun Yayasan Harapan Kita Mensubsidi Rp 40-50 Miliar

Baca juga: Kasus Covid 19 di Kabupaten Kepulauan Talaud Menurun

Isu Setelah Ibu Tien Meninggal Dunia

Setelah Bu Tien wafat, sempat beredar isu yang menyebut penyebab meninggalnya istri Soeharto itu adalah gara-gara baku tembak antara Tommy Soeharto dan Bambang Trihatmodjo

Isu tersebut menyebutkan kalau Tommy dan Bambang saling berebut proyek mobil nasional, sehingga terjadi aksi baku tembak yang kemudian menewaskan Bu Tien

Namun, isu tersebut dibantah dengan tegas oleh mantan Kapolri Jenderal Polisi Purnawirawan Sutanto dalam buku "Pak Harto, The Untold Stories"

"Itu adalah rumor dan cerita yang sangat kejam dan tidak benar sama sekali.

Saya saksi hidup yang menyaksikan Ibu Tien terkena serangan jantung mendadak, membawanya ke mobil,

dan terus menunggu di luar ruangan saat tim dokter RSPAD melakukan upaya medis.

Oleh karena itu, Sutanto pun berharap agar masyarakat tidak termakan rumor tersebut.

"Saya harap jangan sampai rumor tidak benar itu tetap dipercaya oleh sebagian orang yang hingga kini terus menganggapnya benar,"ujar Sutanto.

Di samping itu, Sutanto juga menceritakan momen terakhir Bu Tien menjelang wafat

Sutanto memang pernah menjadi ajudan Soeharto dari tahun 1995 hingga 1998.

Satu di antara kenangan yang masih diingat oleh Sutanto adalah saat dia menjadi saksi detik-detik wafatnya Bu Tien Soeharto.

Saat itu, dia baru saja menemani Soeharto memancing di Anyer, pada Jumat, 26 April 1996.

Ketika Soeharto sedang memancing, rupanya Bu Tien sedang berada di sentra pembibitan buah Mekarsari.

Menurut Sutanto, saat itu Bu Tien terlalu asyik, dan bergembira melihat sejumlah tanaman yang sedang berbuah di tempat itu.

Sehingga, dia pun kurang memperhatikan kesehatannya.

Padahal, sebenarnya Bu Tien tidak boleh berjalan terlalu jauh dan lama.

Alasannya, Bu Tien memang sedang mengidap penyakit gangguan jantung.

Saat Soeharto kembali ke rumah, dan bertemu sang istri pada sore harinya, menurut Sutanto, suasana berlangsung seperti biasanya.

Meski demikian, kala itu Bu Tien tetap harus terus beristirahat karena kelelahan.

Namun, sesuatu tiba-tiba terjadi pada Minggu (28/4/1996) dini hari.

Tepatnya, sekitar pukul 04.00 WIB.

"Baru pada Minggu dini hari sebelum subuh, sekitar pukul 04.00, Ibu Tien mendapat serangan jantung mendadak," kata Sutanto, seperti dikutip dalam buku "Pak Harto, The Untold Stories".

Saat itu, sang Ibu Negara terlihat sulit bernapas.

Oleh karena itu, Bu Tien kemudian dibawa ke RSPAD Gatot Subroto.

"Saya melihat dokter Kepresidenan, Hari Sabardi, memberi bantuan awal pernapasan dengan tabung oksigen.

Saya sendiri turut membawa Ibu Negara dari rumah ke mobil dan selanjutnya ke RSPAD.

Saat itu, selain Pak Harto, Mas Tommy dan Mas Sigit ikut mendampingi," sambung Sutanto.

Sejumlah upaya medis untuk menyelamatkan Bu Tien pun dilakukan oleh tim dokter, meski pada akhirnya Bu Tien wafat.

"Sekitar pukul 05.10, Ibu Tien menghembuskan napas terakhir dan meninggalkan berbagai kenangan kepada seluruh rakyat Indonesia," kata Sutanto.

Sutanto juga menjadi saksi kesedihan Soeharto saat itu

"Saya menyaksikan langsung bagaimana Pak Harto mengalami kesedihan yang amat mendalam,"kata Sutanto

Menurutnya, bagaimanapun seseorang pasti akan sedih saat kehilangan pendamping hidupnya selama puluhan tahun.

"Ibu Tien telah banyak berkorban dan menemani Pak Harto dalam suka dan duka.

Namun, dalam keadaan itu Pak Harto tetap nampak tegar, tenang, dan tabah,"ujar Sutanto.

Artikel ini telah tayang di tribunbatam.id dengan judul Kisah Cinta Bu Tien & Pak Harto yang Jarang Diketahui, Bertemu gara-gara Dijodohkan, https://batam.tribunnews.com/2021/04/09/kisah-cinta-bu-tien-pak-harto-yang-jarang-diketahui-bertemu-gara-gara-dijodohkan?page=all

Berita lain Bu Tien & Pak Harto

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved