Bigman Sirait
Kisah Bigman Sirait, Pendeta Gereja Reformasi Indonesia, Tekun Jaga Keselarasan Kata & Perbuatan
Pendeta Bigman Sirait adalah seorang pendeta dan gembala sidang Gereja Reformasi Indonesia.
Penulis: Rhendi Umar | Editor: Rhendi Umar
Tahun 2000 : Mendirikan Yayasan PAMA (Pelayanan Media Antiokhia) yang bergerak dalam pembentukan Teologi, khususnya Christian Mindset.
Menjangkau penduduk kota.
Sekarang pelayanan ini dilakukan melalui siaran khotbah secara rutin, sekali seminggu di 42 Radio diberbagai kota, dan 4 TV, yaitu di Indovision (Life Ch.70), Kabelvision (Hi TV Ch.303), MNC TV (Bimbingan Rohani Kristen), dan TV Satelit Pijar .
Secara berkala siaran Live di TVRI. PAMA juga telah menerbitkan Tabloid Kristen REFORMATA (sebulan sekali). Berita harian, REFORMATA On Line (www.reformata.com), dan REFORMATA Audio Streaming (reformata.com/radio)
Tahun 2001: Mendirikan GPPB (Gerakan Pengabdian Pemuda Bangsa) sebuah LSM bersifat umum dan terbuka untuk pemberian Bimbingan Belajar, peningkatan gizi, dan pendanaan biaya sekolah.
Merekrut dan menggerakkan para pemuda gereja sebagai gerakan sosial diwilayah perkotaan sebagai wujud kepedulian sosial kepada sesama anak bangsa. Gereja mana saja boleh menjalankannya program ini.
Tahun 2007 : Sebagai seorang Pendeta, mendirikan dan menggembalakan jemaat Gereja Reformasi Indonesia (sister church Indonesian Reformed Church di Sydney, yang berada dibawah asosiasi Christian Reformed Church of Ausralia).
GRI hadir di Jakarta dan Kalimantan.
Bersama Yayasan MIKA mendirikan STT Makedonia di Kompleks Persekolahan Sekolah Kristen Makedonia, Kalimantan.
Mencoblos Dalam Keadaan Sakit
Pendeta Bigman Sirait sempat membuat heboh saat pemilu 2019.
Sakit keras dan terbaring saat menjalani perawatan di rumah sakit Mount Elizabeth Novena di Singapura, tetap membuatnya ingin memberikan hak suaranya.
Pendeta Bigman Sirait akhirnya diantar dengan sebuah ambulan yang memiliki perlengkapan medis lengkap sampai di KBRI Singapura setelah mendapat kabar bahwa surat suara tidak bisa dikirimkan ke rumah sakit tempatnya dirawat.
"Saya memang sedang sakit, namun saya terus bertempur. Apalah artinya saya mengaku seorang Indonesia jika saya diam di rumah sakit tidak mencoblos," ujarnya
"Jika saya tidak mencoblos, saya sama saja dengan seorang pengecut," demikian tegas Bigman.