News
Ingat Al Qaeda Osama bin Laden? Kini Kembali untuk Balas Dendam ke AS, Biden Ikut Pembunuhan
Al-Qaeda rupanya merencanakan melanjutkan perang dengan AS. Aksi balas dendam atas pembunuhan Osama Bin Laden.
Kami harus menyiapkan Plan B, Plan C, dst.
Heli berguncang-guncang membanting penumpang ke segala arah. Ini terbilang biasa. Bahkan tadi kami sempat berkelakar,
kalaupun heli jatuh, itu pasti yang mengangkut Chalk Two, bukan kami, karena sebagian besar dari kami sudah kenyang dengan kecelakaan helikopter.
Tapi upaya pendaratan benar-benar sulit. Dengan susah payah saya melepaskan lilitan tali yang tadi batal kami gunakan.
Saya mendekat ke pintu, namun tiba-tiba heli berguncang lagi sampai rotor belakangnya menghantam atap bangunan.
Heli kehilangan keseimbangan dan meluncur ke tanah dalam posisi miring. Pandangan saya memudar, tapi saya siap dengan benturan besar.
"Kita akan menangkap UBL”
Sejak Tragedi 11 September, satuan-satuan tempur di luar negeri diintensifkan untuk memerangi terorisme. Kami tak hanya menggempur kekuatan-kekuatan Taliban di Afghanistan dan sebagian Pakistan, intelijen pun meningkatkan pelacakan terhadap Osama bin Laden.
Sampai tahun 2007, saya sudah menjalani lima misi di Timur Tengah dan Afrika Utara.
Misi keenam adalah Provinsi Khost di Afghanistan yang berbatasan dengan Pakistan untuk memburu anggota Al Qaeda dan Taliban. Juga Osama.
Sebuah serangan pada tahun itu gagal, karena informasi intelijen yang katanya “100%” ternyata tidak tepat. Kami harus bekerja lebih keras.
Memasuki tahun 2011, Tanduk Afrika bergolak. Mesir ganti pemerintahan, Libya dilanda revolusi.
Di Asia, Suriah juga menjadi titik panas, sementara Afghanistan juga tak bisa dilepaskan.
Irak pun tetap bergejolak, banyak kepentingan Amerika terancam.
Saya mestinya libur musim semi ketika sebuah panggilan dari Mabes AL di Virginia Beach membatalkannya.
Di sebuah ruangan yang disebut Sensitive Compartmented Information Facility, atau SCIF (diucapkan “skif ”),
saya bertemu beberapa teman lama seperti Walt, Charlie, dan Tom, instruktur saya di Green Team dulu.
Hampir 30 orang semuanya. Sedikit penjelasan dari pimpinan, kemudian diakhiri dengan perintah agar kami segera memulai latihan di sebuah tempat di Karolina Utara.
Sebagian besar dari kami terbiasa dengan tugas mendadak.
Tapi latihan dengan ketidakjelasan, rasanya baru kali itu. Tak ada bahan persiapan – senjata, peralatan, bahan peledak.
“Berapa lama latihan nanti?” seseorang bertanya.
“Tidak jelas. Yang pasti dimulai hari Senin,” jawab orang lain.
Saya baru mau bertanya ketika Tom melihat saya dan menggelengkan kepala. Saya pun membatalkan niat. “Kita akan sama-sama tahu hari Senin,” kata Tom.
Setiap orang memiliki dugaannya. Ada yang mengira akan ke Libya, ke Suriah, bahkan ke Iran.
“Kita akan menangkap UBL,” kata Charlie. Ia pun menduga-duga.
Karena tak ada standar internasional untuk terjemahan bahasa Arab ke Inggris, kami menggunakan ejaan ala FBI dan CIA
untuk Osama, yaitu Usama bin Laden, disingkat UBL. Dan pada kesempatan kumpul pertama di hari Senin, dugaan Charlie terbukti.
“Di mana intelijen menemukannya?” saya bertanya.
“Pakistan.”
Di ruangan sepi, kecuali beberapa orang sipil anggota CIA yang bekerja tanpa suara, kami berkumpul menghadap peta Pakistan.
Di sebelahnya ada peta kota bernama Abbottabad, juga beberapa foto sebuah area perumahan yang setiap bagiannya sudah diberi kode-kode huruf.
Banyak pula cetakan dan transkrip pembicaraan telepon serta peralatan pembantu.
Proyektor, laptop yang menampilkan banyak data tambahan, juga tumpukan data intelijen.
Saya masih belum yakin bahwa keberadaan Bin Laden bisa diketahui Amerika.
Sebagai anggota satuan berkualifikasi khusus, kami semua berharap dilibatkan dalam operasi pengejaran UBL.
Tapi ketika kesempatan itu tiba, saya tetap tak percaya.
Mike menunjukkan susunan anggota tim. Ada 28 nama di sana, termasuk seorang teknisi bom,
seorang penerjemah bernama Ali yang menguasai bahasa Arab dan Pashtun, dan seekor anjing pemburu bernama Cairo.
“Kamu akan berada di Chalk One, sebagian anggota bertanggung jawab menangani wisma tamu C1 di selatan,” kata Mike kepada saya. “dan sebagian menyerang ke A1.”
Kadang-kadang Osama tinggal di C1, bangunan terpisah, kadang pula tidur di bangunan utama yang merupakan bagian yang kami beri kode A1.
Di sana terdapat dua istri Osama, anak-anak, sejumlah pengawal, dan mungkin kurir beserta keluarganya.
Perempuan dan anak-anak memang sering dijadikan perisai perlindungan, dan kami cukup terbiasa dengan cara itu.
Di Chalk One saya bersama Charlie dan Walt, juga Pelatih Mike yang di darat bertugas mengatur alur serangan dan mengendalikan waktu.
Di tim kami juga ada Will, anggota yang bisa berbahasa Arab, yang sekarang masih di Jalalabad (J-bad).
Tim lain, Chalk Two, akan turun di sisi utara untuk mengamankan bagian luar.
Lima pasukan berjaga, dua penembak dan anjing pelacak akan mengejar siapa pun yang mungkin melarikan diri.
Dua anggota lagi dan penerjemah Ali berjaga di bagian timur laut untuk mencegat kalau ada orang mau mendekat.
Tak lupa kami juga memiliki dua orang penembak tepat yang berjaga di pintu heli Chalk One.
Kami berlatih berdasarkan mockup kompleks yang terletak di Jalan Kakul, perumahan di dekat akademi militer Pakistan di Abbottabad, utara Islamabad, itu.
Nama kota itu diambil dari pendirinya, seorang mayor berkebangsaan Inggris James Abbott.
Dalam brifing intelijen dijelaskan, Osama memiliki dua orang kurir yang rutin datang ke kompleks itu.
Sebuah area seluas 4.000-an meter persegi yang dikelilingi tembok setinggi 3-5 m.
Tembok bagian selatan dibuat lebih tinggi untuk menghalangi orang luar melongok ke halaman.
Bangunan lain juga sengaja dibuat untuk menutupi jendela atau pintu bangunan utama.
Yang mengundang kecurigaan, properti buatan tahun 2005 seharga AS$1 juta itu tak memiliki jaringan telepon atau sambungan internet.
Penghuninya selalu membakar sampah dan jarang berinteraksi dengan tetangga.
Mereka tahu ada beberapa orang di dalamnya, tapi satu-satunya nama yang dikenal adalah Ahmed al-Kuwaiti.
Hasil pengembangan kasus 11 September dan interogasi terhadap orang-orang
yang dicurigai menunjukkan bahwa Al-Kuwaiti adalah kurir Bin Laden meski bukan anggota Al-Qaeda.
(*)
(INTISARI.GRID)