Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

OPINI

Bencana Alam Membangun Kewaspadaan bukan Kepanikan

Ditulis Prof Dr Eng Ir Syafaruddin ST MEng IPU, Dosen Departemen Teknik Elektro Universitas Hasanuddin.

Dokumen Prof. Dr. Eng. Ir. Syafaruddin, S.T, M.Eng, IPU
Prof. Dr. Eng. Ir. Syafaruddin, S.T, M.Eng, IPU 

Pada elemen yang lain, masyarakat mesti diedukasi secara terstruktur dan berkelanjutan terhadap kemungkinan terjadinya bencana alam, apalagi pada masyarakat yang daerahnya berpotensi bencana.

Mata pelajaran bencana semestinya sudah ada dalam kurikulum sekolah, pendidikan tentang penyelamatan diri awal pada saat awal bencana perlu diajarkan, sosialisasi terhadap jalur evakuasi pada saat terjadi kondisi darurat mesti ada.

Demikian juga informasi reguler terhadap antisipasi kejadian bencana terus secara kontinyu diberikan ke masyarakat.

Hanya saja, sering kita mendengar di media massa bahwa alat pendeteksi tsunami yang terpasang di laut tidak berfungsi normal karena ada orang-orang jahil yang mengambil komponen-komponennya.

Sangat disayangkan dan menyedihkan kalau kejadian serupa terjadi di tempat lain.

Perlu ada kesadaran yang tinggi pada masyarakat demi keselamatan bersama untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak terpuji seperti pengrusakan sistem deteksi awal bencana.

Edukasi bencana

Kalau kita ingin melakukan edukasi bencana pada masyarakat, tentu bisa mencontoh Jepang sebagai negara dengan tingkat resiko bencana yang besar namun juga punya kesadaran antisipasi bencana terhadap warganya yang besar.

Informasi yang akurat ke masyarakat jika terjadi bencana di Jepang tidak terlepas dari laporan satelit cuaca yang secara komprehensif bisa melaporkan dan mengprediksi beberapa hari sebelumnya tentang kemungkinan terjadinya hujan keras dan badai.

Walaupun gempa bumi tidak bisa diprediksi kejadiannya tetapi hasil pengukuran gempa bumi sebagai sistem deteksi awal dapat memberikan peringatan dini kepada masyarakat untuk waspada akan terjadinya gempa-gempa susulan yang bisa berpotensi merusak.

Informasi perubahan cuaca yang ekstrim di Jepang terhubung secara cepat ke media massa utamanya TV dan internet.

Kejadian hujan keras yang berpotensi tanah longsor pada suatu tempat, maka dengan cepatnya ada informasi berupa alarm suara atau pesan yang berwarna merah berkedip-kedip di layar TV bahwa warga jangan tidur pulas karena terjadi hujan keras di suatu tempat dan berpotensi tanah longsor.

Demikian juga, jika badai akan tiba maka media massa menginformasikan bahwa segala hal yang berpotensi merusak, misalnya pipa jemuran di balkon rumah sebaiknya dipindahkan ke dalam rumah.

Hal lain yang secara reguler mereka lakukan terkait dengan penanganan bencana gempa bumi dan kebakaran adalah melakukan pengetesan sirine di gedung-gedung dan melakukan simulasi jika gempa bumi atau kebakaran terjadi.

Biasanya, simulasi gempa bumi dan kebakaran ini dilakukan setiap semester di kampus.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved