Sosok Tokoh
Sosok Indra Darmawan, Sarjana MIPA yang Jadi Pemulung, Sempat Mengecewakan Ibu Sampai Raih Kalpataru
Yayasan yang didirikan dan dipimpinnya, Bening Saguling Foundation meraih Kalpataru untuk kategori penyelamat lingkungan.
Saat itu, Indra yang baru lulus dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Padjadjaran (Unpad) memutuskan pulang ke kampung halaman.
Sama seperti lulusan lainnya, ia mencoba untuk melamar pekerjaan ke beberapa tempat.
Namun, lokasinya yang jauh dari kota, membuat jawaban surat lamaran Indra yang dikirim via pos baru sampai 2-3 bulan setelahnya.
Di sisi lain, Indra melihat kerusakan lingkungan yang luar biasa setelah sungai dibendung menjadi Waduk Saguling, di daerah tempat tinggalnya.
Mulai dari sampah, eceng gondok, hingga perubahan struktur masyarakat.
Dari awalnya bertani di lahan sendiri, banyak yang menjual lahan dan menjadi transmigran.
Begitu pulang ke kampung, mereka jadi buruh tani, karena lahan sudah habis dijual.
Ada juga yang menjadi tukang becak.
Pergolakan batin pun terjadi. Indra bertanya pada diri sendiri mengenai bagaimana tanggung jawabnya pada lingkungan sekitar.
Ia akhirnya nekat membuat keputusan ekstrem. Ia menjadi pemulung sampah di Saguling dan pinggir aliran Sungai Citarum.
Karena tak memiliki perahu, ia memulainya dengan mengambil sampah dari pinggir sungai.
“Keputusan saya ditentang oleh Ibu. Bisa dibilang, saya mengecewakan Ibu. Beliau sampai menangis, masak sarjana jadi pemulung?” ungkap Indra.
Dengan pelan-pelan, Indra memberikan pengertian kepada sang Ibu.
Ia mengatakan, jika menjadi pekerja, maka yang merasakan manfaat hanya keluarga.
Tetapi, jika mengabdikan diri pada masyarakat, maka yang merasakan manfaatnya adalah banyak orang.