Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tribun Travel

Doa Shinto di Penjara Tua Kema, Jejak Berdarah Puluhan Abad di Penjara Peninggalan Portugis 

Sekelompok warga Jepang melakukan sembahyang di objek wisata Penjara Tua di Desa Kema II, Kecamatan Kema

Penulis: Arthur_Rompis | Editor: David_Kusuma
Tribun manado / Arthur Rompis
Penjara Tua di Desa Kema Dua 

"Waktu itu, ada rivalitas antara Spanyol dan Portugis, benteng  itu dibangun untuk mencegah ekspansi Spanyol," kata dia.

Benteng  itu dibuat menurut model benteng  yang umum saat itu, di mana penjara  berada di bagian belakang, sedang di depan terdapat meriam. Ismet menunjuk bagian depan penjara  yang kini jadi pemukiman penduduk sebagai bekas benteng.

"Bekas fondasinya masih ada," kata dia.

Diceritakannya, benteng  itu luluh lantak oleh meriam dari kapal perang Belanda. Namun penjara  itu tak ikut hancur karena berada di bagian belakang benteng . Pemboman besar - besaran itu mengakhiri era Portugis, kemudian Belanda berkuasa hingga 300 tahun kemudian.

Penjara  itu sudah jadi momok bagi setiap penjahat perang di zaman Portugis. Terlebih di zaman Belanda, yang punya banyak musuh, baik dari negara asing maupun warga sekitar. 

"Penjara  itu jadi tempat tahanan terakhir sebelum dieksekusi, yang ditahan di sini adalah tokoh politik serta pemberontak, jika masuk ke sini hampir bisa dipastikan nyawanya tak bisa selamat," cerita dia

Bentuk penjara  yang sempit, ruang yang kaku ditambah sikap kejam penjaga penjara melemahkan semangat tahanan, hingga mereka seolah - olah sudah mati dulu sebelum benar - benar dieksekusi.

Salah satu pejuang yang pernah merasakan kerasnya penjara  Tua Kema adalah Imam Bonjol. Pejuang dalam Perang Padri ini ditahan bersama 10 pengikutnya, dan tak lama kemudian dibawa ke Pineleng.

"Di sinilah ia ditawan," kata dia sambil menunjuk sel kanan yang pintunya dicat aspal ter.

Kengerian penjara  tua Kema berlanjut di zaman perang dunia 2, ketika banyak orang Belanda dijebloskan ke sana oleh Jepang lantas dibunuh. 

Karim Ombinggo penjaga penjara  sejak tahun 1960 mengaku mengalami kejadian aneh sewaktu pertama menjaga penjara  itu.

"Ada suara orang menjerit kesakitan seperti dipukul, lalu suara kera ," ujarnya.

Malam berikutnya, kembali ia mendengar suara itu. Mulanya ia takut, namun lama kelamaan terbiasa.

"Saya sudah sering mendengar itu," kata pria yang sudah menjadi PNS ini.

Menurut Karim, tempat itu sudah jadi objek wisata, yang banyak dikunjungi wisatawan.

"Banyak turis yang kagum dengan penjara  ini, mereka tahan berlama - lama di sini, meski yang ada hanya ruang kosong,"  ucapnya.

Penjara  itu sudah dua kali dipugar, terakhir beberapa tahun lalu. (art)

SUBSCRIBE YOUTUBE TRIBUN MANADO:

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved