Panti Asuhan Amazia
Berkebun, Ikan Sepotong Dibagi Berdua, Kisah Panti Asuhan Amazia Bertahan di Masa Resesi Covid-19
Panti Asuhan Amazia di Desa Sauk, Kecamatan Lolak, Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) harus berjuang keras untuk bertahan di masa pendemi Covid-19
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: David_Kusuma
TRIBUNMANADO.CO.ID, LOLAK - Tanpa bantuan pemerintah, minim donasi dari donatur, Panti Asuhan Amazia di Desa Sauk, Kecamatan Lolak, Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) harus berjuang keras untuk bertahan di masa pendemi Covid 19.
Pada sebuah hari di pertengahan tahun 2020, di hadapan anak - anak panti asuhan Amazia tersaji makanan.
Nasi dengan lauknya berupa ikan. Ini menu darurat, sepotong ikan dibagi untuk dua anak.
Toh para anak anak tak protes, mereka tetap bersukacita. Makan didahului doa syukur.
"Ya Tuhan Yesus berkati makanan dan minuman kami,".
"Itu salah satu cara kami untuk tetap surcive," kata Ketua Panti Asuhan Amazia Gembala Frangky Pakasi kepada Tribun Manado, Jumat (18/12/2020) di ruang depan panti asuhan tersebut.
Baca juga: Christmas Sparkle Ibis Manado Center, Ibadah Natal Cuma Rp 90 Ribu per Orang
Baca juga: Wahyudin Kadullah Minta Pelaku Usaha Pariwisata Tegas Perhatikan Protokol Kesehatan
Baca juga: Jelang Akhir Tahun Anggaran 2020, Serapan Anggaran Pemkot Manado Hampir 100 Persen
Pandemi Covid-19 membuat Panti Asuhan Amazia terseok-seok membiayai puluhan anak yang ditampungnya.
Bantuan pemerintah yang rutin turun tiap tahun absen sementara karena Covid.
Para donatur memilih menahan uang mereka untuk memulihkan usaha yang oleng diterpa badai Covid-19.
"Bahkan ada anjuran agar kami mengurangi anak yang ditampung. Lepaskan saja mereka ke saudara atau orang tua jika masih punya," kata dia.
Frangky pun putar otak. Sembari itu berdoa agar Tuhan memberikan jalan.
Baca juga: SSM-Oppo Menang di 5 Kecamatan di Boltim
"Setiap hari kami berdoa dengan khusyuk agar Tuhan melepaskan kami dari kegelapan ini," kata dia.
Jawaban Tuhan datang melalui sebuah ide untuk berkebun. Maka berkebunlah seisi anak panti.
"Kami tanam jagung, hasilnya kami jual untuk biaya hidup sehariohari," kata dia.
Usaha kecil kecilan juga dijalani. Sebuah kios kecil dibuka. Penjaganya anak anak panti.
"Mereka jualan supermi dan makanan kecil lainnya," ujarnya.
Frangky membeber, dirinya mengatur ketat stok makanan di panti.
Bersyukur di sana ada freezer. "Jadi ikan bisa dibekukan agar tahan lama," kata dia.
Baca juga: Misteri Belasan Kambing Mati, Organ Penting Hilang
Dalam keadaan serba kekurangan, herannya, mereka tak pernah kelaparan.
Itu disebutnya mujizat dari Tuhan Yesus. "Kadang kami berpikir besok akan makan apa. Tapi herannya esok kami bisa makan. Inilah mujizat tersebut," kata dia.
Untuk Natal tahun ini, kemungkinan besar anak anak tersebut tak akan beroleh hadiah
Natal karena keterbatasan dana panti asuhan.
Namun mereka tak putus untuk berdoa agar keajaiban Natal itu muncul.
Tapi jika keajaiban itu tak muncul, anak - anak itu tetap akan memanjatkan syukur pada
Tuhan Yesus atas penyertaannya selama setahun hingga mereka bisa lolos dari bencana Covid 19.
Baca juga: PROFIL Tania Ayu, Selebgram Cantik yang Berhenti Jadi DJ dan Terjun ke Dunia Televisi
Rindu Papa Mama
Grace Sanggelorang, anak panti lainnya sudah yatim piatu.
Ayah dan ibunya meninggal karena sakit.
"Sewaktu pertama berada di panti asuhan saya merasa sedih, selalu teringat
ibu yang kala itu masih sakit sakitan," kata dia.
Awalnya Natal terasa pedih baginya.
Baca juga: Gubernur Olly Dondokambey Panen Penghargaan di 2020, Berikut Daftar Koleksi 5 Awards Bergengsi
Ia membayangkan teman temannya yang lebih beruntung, punya ayah dan ibu, bisa berkumpul bersama sama di hari Natal.
Lambat laun Grace bisa menerima kenyataan hidup.
Lewat bimbingan pengurus panti asuhan ia bisa memahami arti kehidupan sesungguhnya.
"Yesus saja lahir di kandang hina. Saya ada di dunia ini karena ada maksud Tuhan dari keberadaan saya. Ini hal yang harus disyukuri. Dalam penderitaan kita lebih dekat dengan kasih Tuhan Yesus," beber dia.
Baca juga: Kini Nikita Willy dan Keluarga Indra Priawan Ternyata Rutin Gelar Kajian Setiap Pekan bersama Habib
Kesadaran akan cinta Tuhan yang besar membuatnya berani bermimpi.
"Saya ingin jadi astronot," kata dia.
Setiap malam natal ia berdoa agar Tuhan menyampaikan cita cita tersebut pada ayah ibunya di surga.
"Selamat natal untuk ayah dan ibu di surga," beber dia.
Rani Antahari anak panti lainnya masih punya ibu. Ia terpisah dari ibunya karena masalah ekonomi.
"Papa sudah tidak ada kemudian saya dititip di sini karena kami sangat miskin, ibu sekarang bekerja di Dumoga," kata dia.
Baca juga: DLH Bolsel Minta Semua Perencanaan Pembangunan Mengacu Kepada D3TLH
Setiap hari natal, ia bertemu ibunya. Dalam suasana prihatin, keduanya bertemu. Tak lama. Tapi bermakna. "Saya senang sekali," kata dia.
Dari pengalaman hidupnya yang papah dan menderita, bangkit perasaan untuk menunjukkan jalan bahagia kepada dunia.
Baginya bahagia adalah menerima yang pahit dengan mengucap syukur dan memberi yang manis dengan sukacita.
"Saya ingin jadi Gembala," kata dia. (art)
Baca juga: Unggah Foto Tanpa Caption, Lesti Kejora Pamer Cincin di Jari Manis Tangan Kiri, Ada Rizky Billar
SUBSCRIBE YOUTUBE TRIBUN MANADO: