Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Psikologi

Termasuk Membuat Karyawan Merasa Takut dan Cemas, Berikut Ciri Lingkungan Kerja yang Toxic

Ada beberapa tempat kerja yang cenderung toxic dan berdampak buruk jika kita terus-menerus berada di sana.

Editor: Rizali Posumah
grinvalds/Thinkstock
Ilustrasi pekerja yang selalu menjadi sasaran atasan dan rekan kerja. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Lingkungna kerja yang tidak sehat bisa berdampak cukup besar pada kesehatan mental dan fisik. 

Untuk itu sangat penting untuk memastikan bahwa kita tidak hanya senang dengan pekerjaan kita, tetapi juga tahu bahwa kita dihargai di tempat kita bekerja.

Tapi ada beberapa tempat kerja yang cenderung toxic dan berdampak buruk jika kita terus-menerus berada di sana.

Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut ini ciri-ciri bahwa tempat kerja kita tidak ideal dan justru menjadi toxic.

1. Beban kerja tidak realistis

Jika kita selalu kesulitan menyelesaikan pekerjaan, meski sudah melakukan berbagai upaya, kita mungkin sedang menghadapi beban kerja yang tidak realistis dalam lingkungan kerja yang toxic.

Hal ini dapat menyebabkan kecemasan tingkat tinggi dan perasaan depresi.

"Efek jangka panjangnya termasuk semangat kerja yang rendah, tingkat turnover yang tinggi, dan karyawan yang mengalami kelelahan," kata psikoterapis Mayra Mendez, PhD, LMFT.

Jika menghadapi beban kerja yang tak kunjung bisa dirampungkan, ia merekomendasikan kita agar memprioritaskan pekerjaan dalam satu hari atau minggu, menjadwalkan waktu istirahat, dan mengambil waktu liburan yang sudah dialokasikan.

Cobalah juga beristirahat dan lakukan latihan yang menenangkan. Apabila keluar dari kantor tersebut adalah pilihan terbaik, pastikan kita sudah mendapatkan pekerjaan pengganti.

2. Bekerja lebih dari delapan jam sehari

Normalnya orang bekerja delapan jam sehari, kecuali sebelumnya sudah tercantum dalam persyaratan pekerjaan yang disetujui, atau untuk pekerjaan tertentu.

Tetapi menurut Mendez, banyak penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang bekerja selama berjam-jam lebih berisiko mengalami depresi.

"Cara untuk mengelola ekspektasi kerja 24/7 yang toxic adalah melakukan perawatan diri dengan istirahat dari pekerjaan," ujarnya.

"Kita perlu membuka peluang untuk pemikiran baru, berkreasi, dan pemecahan masalah yang efektif," sambung dia.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved