Info Menarik
Masjid Ini Dibangun Presiden Jokowi saat Masih Bekerja di PT KKA, Kini Digerogoti Semak
Masjid kecil atau dalam bahasa Gayo disebut mersah itu berada dalam semak dan sebagian dindingnya sudah lepas.
“Mau minum kopi? Kalau mau biar saya buatkan,” tawar Aman Tur.
Seiring dengan tawaran tersebut, Aman Tur beranjak menuju dapur untuk memasak air panas.
Sembari menunggu air mendidih, Aman Tur berupaya mengingat kembali memori 28 tahun silam, ketika Jokowi berada di Gayo.
“Dulu memang saya kenal sama dia. Tapi tunggu sebentar, ada teman seangkatannya yang sekarang menetap di sini. Coba saya hubungi dulu,” kata Aman Tur.
Meski berusia 73 tahun, Aman Tur piawai menggunakan hp.
Tanpa kacamata, ia mencari salah satu nama yang tersimpan di kontak hpnya.
“Ini dia nomornya. Namanya Sulis, ia teman seangkatan Jokowi ketika bekerja di sini dulu,” kata Aman Tur.
Ia minta Sulis datang ke kediamannya.
“Pak Sulis, bisa nggak ke rumah sebentar. Ini ada tamu, wartawan yang mau nanya-nanya cerita tentang Jokowi,” ucap Aman Tur memohon kehadiran Sulis.
Setelah menghubungi teman dekat Jokowi, Aman Tur beranjak ke dapurnya untuk menyiapkan beberapa gelas kopi tubruk.
Tak lama kemudian, Pak Sulis yang mengendarai sepeda motor, mengenakan topi, dan berpenampilan sederhana, tiba di depan rumah Aman Tur.
Kehadiran pria itu disambut ramah oleh Imam Kampung Bale Atu ini.
Tak lama kemudian, pria ini memperkenalkan diri.
“Saya Sulistiyo Tomo,” katanya saat bersalaman dengan Serambi.
Pertemuan itu berlangsung penuh keakraban.
Meski dibalut cuaca dingin karena hujan gerimis dan embusan angin yang masuk dari pintu yang terbuka, situasi pertemuan itu tetap hangat lantaran ditemani segelas kopi Gayo.
Kenangan 28 tahun silam, diceritakan secara rinci oleh dua orang kerabat Jokowi yang dilantik menggantikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Joko, begitu sapaan akrab Jokowi ketika bekerja di PT Kertas Kraft Aceh (KKA) yang berkantor pusat di Desa Jamuan, Kecamatan Nisam, Aceh Utara. Joko Widodo, insinyur kehutanan alumnus Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, memulai kariernya di PT KKA sebagai petugas survei jalan.
Tepat pada 15 Januari 1986, ia bersama sembilan sarjana kehutanan lulusan sejumlah perguruan tinggi di Indonesia, dikirim ke Aceh untuk bekerja di PT KKA.
Dari sembilan insinyur muda kala itu, tiga di antaranya ditempatkan di Lhokseumawe.
Sedangkan enam lainnya dikirim ke Aceh Tengah (sebelum mekar menjadi dua kabupaten).
Insinyur muda tersebut, di antaranya Joko Widodo dan Sulistiyo Tomo.
Keduanya, bersama empat orang insinyur lainnya, menetap dalam satu barak, di kaki Burni Telong.
Daerah tempat mereka tinggal ketika itu bernama Pondok Tengah (Saat ini Kecamatan Bukit, Bener Meriah).
Mereka ditempatkan di salah satu bangunan rumah panggung eks PNP yang dijadikan sebagai basecamp PT KKA.
Selama tiga tahun, Jokowi muda, menghabiskan waktunya di belantara hutan damar.
Bekerja sebagai tim survei, memaksa Joko Widodo harus ke luar-masuk hutan.
Risiko yang dialami Jokowi, lantaran ke luar-masuk hutan, pernah diserang malaria. Ketika itu, Jokowi sedang bertugas di kawasan hutan Gunung Salak, perbatasan Nisam, Aceh Utara, dengan Kabupaten Aceh Tengah.
“Joko dibawa ke rumah sakit oleh warga menggunakan sepeda. Ia sempat dirawat di rumah sakit Lhokseumawe selama beberapa hari,” kenang Sulistiyo yang diamini oleh Aman Tur.
Sulistiyo maupun H Nurdin mencoba mengingat kembali perjalanan hidup mereka selama tiga tahun bersama Joko Widodo di Gayo 28 tahun silam.
Menurut Sulistiyo, setelah Jokowi sembuh dari sakit malaria, ia pindah tugas di bidang prasarana dan sarana PT KKA.
“Karya Jokowi sampai sekarang masih ada di Kampung Bale Atu ini. Perumahan eks karyawan KKA itu dibangun oleh Jokowi dan sampai sekarang masih ada,” kata Sulistiyo.
Sembari menyeruput kopi tubruk dan sesekali tertawa, Sulistiyo maupun Aman Tur melanjutkan ceritanya tentang Jokowi.
Menurut mereka, Joko muda dan Jokowi sekarang tidak jauh berubah dengan 28 tahun silam.
Dari sisi postur, juga tidak banyak perubahan. Hanya saja, dulu tubuh presiden terpilih ini kurang berisi dibandingkan sekarang.
“Dulu Pak Jokowi agak kurusan, rambut sedikit gondrong dan mengenakan kacamata,” timpal Aman Tur.
Selama berada di Dataran Tinggi Gayo, Jokowi tidak hanya menghabiskan waktu untuk bekerja dan bekerja.
Di sela-sela waktu luang ia bersosialisasi.
Bahkan ketika hari libur, Jokowi menyempatkan diri bersama rekan kerjanya memancing ikan di Danau Laut Tawar, Takengon.
“Kalau pergi mancing, lebih sering nggak kenanya. Cuma, dulu kan nggak ada hiburan lain,” ungkap Sulistiyo.
Bukan hanya memancing ikan, lanjut Sulistiyo, untuk menghabiskan waktu malam di basecamp yang ketika itu berada di “pelukan” hutan damar, para penghuni rumah panggung bermain batu (domino).
“Ya, waktu itu, mau pergi nggak tahu ke mana. Pergi malam-malam, yang ada ketemu babi sama harimau. Mending main batu,” ucap Sulistiyo.
Masih tergambar jelas di ingatan Sulistiyo. Bila bermain batu, suara dentuman batu domino menghantam meja, membelah kesunyian malam.
Sesekali, terdengar gelak tawa, karena sanksi yang diberikan kepada tim yang kalah, berupa tulisan unik yang ditempelkan di helm proyek dan harus dikenakan sembari bermain.
“Kalau ingat itu, rasanya lucu. Tapi semua itu, sudah berlalu 28 tahun yang lalu,” ucapnya dengan nada suara sedikit merendah.
Hubungan Joko dengan masyarakat yang tinggal di seputaran kompleks PT KKA, terbilang cukup baik.
Termasuk di antaranya dengan H Nasir aman Tursina.
Jokowi kerap ikut mendampingi warga bila ada sejumlah even olahraga yang dilaksanakan di sejumlah tempat di Takengon.
“Dia juga hobi didong. Jika masyarakat ada yang bermain didong, Joko sering ikut. Paling tidak ikut nonton,” cerita Sulistiyo.
Bulan Madu
Jokowi yang ketika itu, masih berstatus pengantin baru sempat memboyong istrinya Iriana untuk tinggal di basecamp, Pondok Tengah.
Keduanya “berbulan madu” di tengah hutan damar di kaki gunung Burni Telong.
Seiring dengan berjalannya waktu, awal tahun 1989, Jokowi meninggalkan Gayo dan kembali ke Solo, untuk melanjutkan bisnis meubel milik orang tuanya.
“Semua itu, sudah kehendak Tuhan. Dulu bekerja di hutan, sekarang jadi Presiden,” kata Aman Tur.
Diakui Sulistiyo dan M Nurdin, sebelum menjadi Gubernur DKI Jakarta, ada beberapa kali mereka berkomunikasi dengan Jokowi.
Namun, setelah jadi gubernur, komunikasi agak sulit lantaran teman lamanya itu kini sudah menjadi pejabat tinggi. Bahkan menjadi orang nomor satu di Indonesia.
“Kita pahami beliau sibuk. Kami hanya berharap Pak Jokowi bisa menyejahterakan rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke tanpa pandang bulu,” harap Sulistiyo, kelahiran Solo Tigo, Jawa Tengah yang kini menetap di Panji Mulia, Bener Meriah.
Setelah bercerita hampir dua jam, Sulistiyo dan H Nasir aman Tursina, mengajak Serambi melihat bangunan perumahan KKA di Kampung Bale Atu yang merupakan karya Jokowi 28 tahun silam.
Bangunan berkonstruksi papan itu masih berjajar rapi, meskipun sebagian telah usang dimakan waktu.
Demikian juga rumah panggung tempat Jokowi menghabiskan waktu tiga tahun lebih, telah rusak terbakar saat konflik berkecamuk di Aceh.
(serambinews.com/Fikar W Eda)
BERITA PILIHAN EDITOR :
Baca juga: Masih Ingat Anak Viral Dianiaya dan Dibuang Orangtua? Jadi Anak Kapolres, Hidupnya Berubah Drastis
Baca juga: Polisi Bakal Kuras Rawa Tempat Bersembunyi Perampok Toko Emas yang Hilang Misterius
Baca juga: Tangis Histeris Ruliana Ibu 3 Balita Korban Kecelakaan Maut Simalungun: Semua Habis Mereka Hartaku
TONTON JUGA :
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Masjid yang Dibangun Jokowi di Bener Meriah Dibalut Semak, Sebagian Dinding Mulai Lepas
Penulis: Fikar W Eda
Editor: Taufik Hidayat