Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tribun Wiki

Desa Mopuya, Utopia Dunia Yang Terwujud di Pedalaman Bolmong

Desa Mopuya dikenal sebagai laboratorium kerukunan umat beragama di Indonesia. Di sana, umat Islam, Kristen dan Hindu, hidup berdampingan dengan damai

Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
Istimewa
Mesjid, Gereja dan Pura di Mopuya. 

Ia bercerita, sebuah sungai harus dilewati dengan berenang. Tiba di Mopuya, Made sekeluarga mendapati lahan yang dijanjikan masih hutan belantara. 

"Masih hutan rimba, kami ditampung sementara di rumah seorang jawa yang lebih dulu bermukim di sana," kata dia. 

Made menjelaskan, lahan untuk rumah maupun lahan pertanian yang diberikan pada warga sudah ditandai. 

Persoalannya tak mudah mencarinya di tengah hutan belantara.

"Kami harus naik pohon yang tingginya puluhan meter untuk melihat di mana lahan kami," kata dia. 

Melewati deretan pohon berdiameter hampir dua meter, menyusuri rawa, Made sekeluarga mencari lahan mereka dengan tekun. Kadang sampai berhari hari lamanya. 

Sebuah rumah gubuk pun berdiri di tengah hutan. Namun masalah tak berhenti.

"Kini jadi masalah bagaimana kami makan, makanan tak ada, pasokan beras sering tersendat, uang pun tak ada," kata dia. 

Made bercerita, sang ayah kerap berjalan kaki hingga belasan kilometer hanya untuk mengambil ubi. Setiap hari mereka makan ubi.

"Hidup kami sangat sulit, waktu itu banyak yang ingin kembali ke Bali tapi tak sanggup karena tak punya uang, kami berpikir entah sampai kapan hidup seperti ini," kata dia. 

Made memulai usaha pertaniannya dengan menanam kedelai. Kemudian jagung. Tahun 1990, mulailah ia menanam padi sawah.

Ekonomi keluarga pun terkatrol. Kini ia punya sebuah rumah yang besar, tempat usaha, mobil serta tempat pemujaan keluarga di dalam halaman rumah. Ia membeber, kerja keras adalah kuncinya.

"Kami datang di sini hanya fokus bekerja, tak ada hal lain yang dipikirkan, hanya bekerja dan fokus, ulet, hemat dan pantang menyerah, itulah kuncinya," kata dia.

Ia mengaku sudah betah di Bolmong. Tanah Bali hanya enam kali diinjaknya setelah ia bermukim di Bolmong.

Indahnya Kerukunan

Halaman
1234
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved