Bea Cukai Manado Jajaki Direct Call ke Tiongkok
Lewat perannya, BC membantu pelaku usaha bisa melakukan ekspor dengan biaya lebih efisien serta waktu lebih singkat
Penulis: Fernando_Lumowa | Editor: Charles Komaling
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea dan Cukai (KPP BC) Manado menatap pasar Tiongkok sebagai tujuan ekspor produk perikanan dan pertanian dari Sulut.
Optimistisme ini muncul setelah sebelumnya direct call Manado-Jepang sukses digagas. Ekspor yang menghubungkan Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado ke Bandara Narita, Tokyo itu berlangsung sejak 23 September 2020.
Kepala BC Manado, Dr M. Anshar mengatakan, peluang itu sangat terbuka. Posisi Manado yang berada di Indonesia sangat menguntungkan.
"Waktu tempuh dan efisiensi biayanya kira-kira sama seperti Jepang. Manado itu lebih dekat ke Tiongkok dibanding Jakarta, Surabaya atau Bali," katanya.
Katanya, ekspor langsung ke Tiongkok sangat memungkinkan. Apalagi, negara itu konsumen ikan terbesar di dunia selain AS dan Jepang.
Katanya, BC Manado berkomitmen mendorong kesejahteraan masyarakat Sulut melalui perannya sebagai fasilitator perdagangan.
Lewat perannya, BC membantu pelaku usaha bisa melakukan ekspor dengan biaya lebih efisien serta waktu lebih singkat.
Anshar menyebut, kedepan perlu didorong ekspor lewat udara ditingkatkan. Sejauh ini, kata Anshar, volume ekspor masih dominan melalui Pelabuhan Bitung.
Adanya direct call ke Jepang mengatasi persoalan yang terjadi sebelumnya, yakni tingginya biaya logistik, ketidakpastian slot kargo, waktu yang lama serta tidak terjaganya kualitas produk.
"Sebelumnya ada eksportir yang mengeluh, biaya hingga Rp 62 ribuan per kilogram," kata Anshar.
Kini, pelaku ekspor bisa hemat biaya hingga 50 persen. Sementara waktu pengiriman hanya 5-6 jam. Sebelumnya, bisa mencapai 24-30 jam. "Dan yang utama, kualitas produk perikanan lebih bagus karena waktu singkat. Kualitas bagus, harganya bagus," ujar dia.
Anshar bilang, pihaknya punya misi agar Bandara Sam Ratulangi bisa menjadi super hub di Indonesia timur. "Semakin banyak direct call, semakin baik karena pasti mendorong investasi dan perputaran ekonomi di daerah," jelasnya.