TNI AD
Kisah Hakroni Tukang Kebun Mabes TNI AD, Diapresiasi Jenderal Andika Perkasa Hingga Bisa Naik Haji
Sebelumnya, Jenderal Andika Perkasa pernah mengapresiasi kinerja tukang kebun di Markas Besar TNI Angkatan Darat (MABESAD) bernama Hakroni
TRIBUNMANADO.CO.ID - Aksi humanis KSAD Jenderal Andika Perkasa selalu membuat publik kagum.
Baru-baru ini ia mengajak makan seorang kuli bangunan penyandang disabilitas bernama Sandi Rihata.
Banyak netizen memuji kerendahan hati Jenderal Andika Perkasa, menurut pantauan SURYA.co.id dari instagram @tni_angkatan_darat.
Jenderal Andika Perkasa justru kagum dan bangga dengan kegigihan Sandi Rihata, penyandang disabilitas dan cuma bekerja kuli bangunan.
Ternyata, Jenderal Andika Perkasa bukan sekali ini menunjukkan perhatiannya kepada orang yang memiliki kekurangan.
Sebelumnya, Jenderal Andika Perkasa pernah mengapresiasi kinerja tukang kebun di Markas Besar TNI Angkatan Darat (MABESAD) bernama Hakroni.
Melansir dari tayangan di channel youtube TNI AD edisi 13 April 2020, Hakroni atau biasa disapa Pak Roni, telah menjalani pekerjaan sebagai tukang kebun di Mabes AD sejak beberapa tahun lalu.
“Awalnya saya berjualan tanaman hias keliling dengan gerobak, lalu ada yang menawari saya mengelola taman di Mabesad, sehingga sampai saat ini, saya menekuni bidang pertamanan dan mengelola kios tanaman hias di Kelapa Gading,” ujarnya.
Ia bercerita, sebelum menggeluti pekerjaannya sekarang, anak kedua dari tiga bersaudara ini pernah menjalani pekerjaan mencuci botol minyak wangi dan mengumpulkan barang bekas yang ditukar dengan bawang merah.
Kini, ia memiliki tiga karyawan aktif yang dipekerjakannya di Mabesad untuk merawat taman disana.
Berasal dari keluarga yang kurang mampu, Roni kecil telah menjadi tulang punggung keluarga sejak usia 9 tahun, saat ayahnya meninggal dunia.
Ia menghabiskan masa SD dengan membantu ibunya berjualan sayur kangkung di pasar.
“Saya tiga bersaudara. Namun kakak dan adik saya tidak bisa berjalan, sehingga saya yang membantu ibu saya untuk mencari nafkah.
Waktu saya kelas 3 hingga 6 SD, setiap pulang sekolah, saya memotong kangkung di pinggir kali, kemudian dibawa pulang dan dijual oleh ibu saya,” kenang Hakroni.
Ia juga mengenang kerusakan yang terjadi pada indera penglihatannya.