Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Bolsel

Pemda Bolsel dan WCS Indonesia Program Jaga Sumber Penghidupan dan Nilai Budaya

Seringkali kajian kawasan ber-Nilai Konservasi Tinggi (NKT) disalahartikan dengan pelarangan penggunaan atau pemanfaatan.

Penulis: Nielton Durado | Editor: Alexander Pattyranie
Istimewa/Dokumentasi WCS
Pemda Bolsel dan WCS Indonesia Program Jaga Sumber Penghidupan dan Nilai Budaya. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, BOLAANG UKI - Seringkali kajian kawasan ber-Nilai Konservasi Tinggi (NKT) disalahartikan

dengan pelarangan penggunaan atau pemanfaatan kawasan sebagai

bentuk kegiatan dari konservasi.

BERITA PILIHAN EDITOR :

Baca juga: Ayah Pacari Anak Tiri, Dilayani Bertahun-tahun Tanpa Ketahuan Istri, Cinta Terlarang Berakhir Pilu

Baca juga: Kecelakaan Maut Tadi Pagi Pukul 07.45, Seorang Wanita Tewas Tertabrak Mobil hingga Kakinya Terlindas

Baca juga: Jemput Istri yang Selingkuh, Suami Sah: Prianya Ancam Saya Pakai Pisau Tak Boleh Bawa Istri Saya

TONTON JUGA :

Namun sejatinya kajian kawasan ber-NKT ini adalah sebagai salah satu upaya bentuk kehati-hatian

dalam pengelolaan kawasan demi keberlanjutan manfaatnya.

Termasuk didalamnya adalah menjaga keberlanjutan manfaat penghidupan masyakarat dan nilai budayanya.

Menurut Kaban Bappelitbangda Harifin Matulu melalui Kabid Penelitian dan Pengembangan Bappelitbangda

Bolsel Wawan Gobel, hal ini dipahami dengan benar oleh Pemkab Bolsel yang bekerja sama dengan

Wildlife Conservation Society (WCS) – Indonesia Program.

Kedua instansi ini menyelenggarakan kajian lapangan identifikasi kawasan ber-NKT pada tingkat

Lanskap Kabupaten Bolsel.

"Hal ini tidak lain adalah sebagai upaya pengelolaan kawasan untuk menjaga sumber penghidupan

masyarakat Bolsel dan nilai budayanya," papar Wawan ketika dihubungi Tribunmanado.co.id, Kamis (15/10/2020).

Sementara itu, Wahyu F. Riva, MP Tim Ahli dan Praktisi NKT Sosial Budaya dari Ideas – Bogor menyampaikan,

yang menarik dari pendekatan kajian NKT ini adalah sifatnya yang terintegrasi dan menyeluruh.

Tidak hanya dari aspek lingkungannya saja namun juga aspek sosial dan budaya yang masuk dalam

kelompok NKT 5 dan NKT 6.

NKT 5 dan NKT 6 (HCV Toolkit, 2008) mengidentifikasikan kawasan penting yang mempunyai

fungsi penting, untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat lokal (NKT 5) dan yang mempunyai

identitas budaya tradisional masyarakat lokal (NKT 6).

Dengan mengidentifikasi NKT 5 dan 6, akan membantu pemkab Bolsel dalam menentukan rencana

pengelolaan dan pengembangan kawasan-kawasan yang menyangkut penghidupan masyarakat.

Baik yang sifatnya subsisten maupun komersial dan menjaga keberlanjutannya.

“Satu hal yang penting dalam kajian ini adalah prosesnya yang partisipatif, melibatkan masukan-masukan

informasi masyarakat melalui diskusi-diskusi khusus yang dilaksanakan di lapangan, meliputi tujuh

wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Bolsel," ungkapnya.

Kegiatan diskusi-diskusi khusus dan kunjungan lapangan ini diselenggarakan selama satu minggu ke depan.

Dengan melibatkan setidaknya 25 peserta dari perwakilan jajaran Pemkab Bolsel,

KPH II Bolsel-Boltim dan WCS.

Kajian lapangan NKT lanskap Bolsel dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu.

Selain kajian NKT 5 mengenai kebutuhan masyarakat dan NKT 6 mengenai nilai budaya,

kajian ini juga mencakup 4 nilai kajian yang lain.

Yaitu NKT 1: Keragaman Hayati, NKT 2: Ekosistem Tingkat Lanskap dan Mosaik, NKT 3: Ekosistem

dan Habitat, dan NKT 4: Jasa Ekosistem.

Beberapa wilayah yang teridentifikasi mempunyai NKT 5 misalnya sebagai daerah sumber

air seperti di mata air Tapakolintang, mata air bukit Panango, air terjun Botuliodu juga daerah-daerah

sebagai sumber bahan untuk rumah atau perahu.

Serta daerah-daerah sebagai sumber pendapatan tunai untuk pemenuhan kebutuhan dasar.

Misalnya untuk pemanfaatan gula nipah atau gula aren, madu, rotan dan lain-lain.

Sedangkan daerah yang masuk dalam NKT 6 di wilayah Bolsel, masuk dalam situs-situs

yang mepunyai nilai sejarah.

Seperti Situs Istana Peninggalan – Kerajaan Bolaang Uki di Molibagu serta situ negeri

lama di daerah Posigadan.

Terpisah, Iwan Hunowu Program Manager WCS Sulawesi Program menekankan, bahwa

utamanya melalui identifikasi NKT 5 merupakan salah satu kunci pengelolaan

kawasan yang berkelanjutan.

"Yakni dengan menjaga keseimbangan antara pemenuhan penghidupan masyarakat, dasar

pengembangan wilayah untuk ekonomi masyarakat dengan prinsip kehatian-hatian serta

kelestarian lingkungannya," ucapnya.

Tak lupa Iwan mengingatkan bahwa pengelolaan terpadu dari hulu ke hilir, dari gunung ke

laut pada bentang alam kompleks Bolsel ini menjadi hal yang sangat penting.

"Karena kegiatan-kegiatan pengembangan di bagian hulu akan berdampak pada bagian hilir juga,

termasuk pemenuhan sumber air bersih dari hulu ke hilir," ucapnya.

Kajian NKT ini diharapkan menjadi alat bantu dan dasar pengelolaan terpadu Pemkab Bolsel,

dalam kegiatan pembangunannya dengan prinsip kehati-hatian dan kelestarian manfaatnya.

Sekedar diketahui, Nilai Konservasi Tinggi menurut definisi HCVRN (2017) adalah nilai-nilai

biologis, ekologis, sosial dan/atau budaya yang memiliki arti (signifikansi) dan/atau peranan

yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia dan alam.

(Tribunmanado.co.id/Nielton Durdao)

BERITA TERPOPULER :

Baca juga: VIRAL Wanita Ini Bentak Anggota Polisi saat Terjaring Razia Masker Mengaku Istri Jaksa

Baca juga: Bayi Belum Lahir Dikeluarkan Paksa, Wanita Bunuh Teman yang Hamil Tua, Pelakunya Berakting di RS

Baca juga: PROMO Indomaret Terbaru, Diskon Minyak Goreng, Detergen hingga Produk Rumah Tangga Lainnya, Buruan!

TONTON JUGA :

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved