Berita Duka
Berita Duka, Mantan Menpora Abdul Gafur Meninggal Dunia Karena Covid-19
Kabar meninggalnya Abdul Gafur dibagikan oleh Wantimpres Agung Laksono. Meninggal dunia di RSPAD Gatot Subroto Jumat September di ruang ICU.
Pernah menjalani sekolah dasar perwira pada tahun 1970 dan menjadi dokter AURI di Kalimantan.
Dalam buku berjudul, 'Abdul Gafur Zamrud Halmahera'. Buku autobiografi mengisahkan tentang perjalanan hidup Abdul Gofur.
Dia adalah tokoh aktifis angkatan 66 juga mantan perwira tinggi (Marsekal Muda TNI AU) Angkatan Udara Republik Indonesia. Sejak SMP di Ternate, Gafur aktif berorganisasi.

Pada tahun 1966, Abdul Gafur tampil sebagai pemimpin dalam organisasi Panitia Pengganyangan Gestapu PKI UI dan bergabung dengan KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) melancarkan aksi-aksi Tritura (Tiga Tuntutan Rakyat) untuk mengganyang PKI.
Di era Orde Baru, Abdul Gafur diangkat sebagai anggota DPR/MPR Fraksi ABRI (1972-1978); Menteri Muda Urusan Pemuda dalam kabinet III (1978-1983); Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (1983-1988); Anggota DPA RI (19881997); Wakil Ketua MPR RI (1997-1999).
"Ketika masih di HIS (setingkat Sekolah Dasar) saya pertama kali melihat Bung Karno menggelorakan motivasi dan mimpi-mimpi untuk berjuang demi republik. Eh, saat mahasiswa saya bersama kawan-kawan menjadi kurang respek karena beliau menolak untuk bubarkan PKI," tutur Gafur kala itu.
Di salah satu bab bukunya, Gafur antara lain memaparkan perjalanan hidupnya yang melewati enam zaman, yakni era penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang, Demokrasi Liberal (remaja di Ternate), Demokrasi Terpimpin (Orde Lama), Demokrasi Pancasila (Orde Baru), dan Reformasi.
Di masa Orde Baru, di usia 38 tahun dia dilantik Presiden Soeharto menjadi Menteri Muda urusan Pemuda, 1978-1983.
Lima tahun berselang di tetap di kabinet dengan jabatan Menteri Pemuda dan Olah Raga atau disingkat Menpora.
"Itu sebutan Menpora saya yang ciptakan dan terpakai sampai sekarang," ujarnya.
Ada satu hal menarik di balik penunjukan sebagai menteri di periode pertama.
Karena pangkatnya kala itu masih Mayor (dokter Gafur menjadi Perwira Kesehatan di Angkatan Udara), Menhankam/Pangab Jenderal M. Panggabean rupanya keberatan Gafur ditunjuk menjadi menteri karena akan merepotkan para pejabat di daerah.
"Bila berkunjung ke daerah dan ada pimpinan militernya kan berpangkat Brigjen, masak harus memberi hormat kepada Mayor," begitu Gafur mengutip keberatan Panggabean.
Presiden Soeharto memahami keberatan tersebut.
Tapi kemudian dijelaskan bahwa yang diberi hormat seharusnya bukan Gafur sebagai Mayor tapi sebagai menteri yang merupakan pembantu langsung Presdien.