Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Cerita Alkitab

Perumpamaan Tentang Domba yang Hilang, Apakah Arti Itu Sesungguhnya?

Perumpamaan tentang domba yang hilang adalah sebuah perumpamaan yang diajarkan oleh Yesus kepada murid-muridnya.

(radionz.co.nz)
Ilustrasi Domba di Selandia Baru 

Lantas rakyat Indoneisa bersukacita? Para hakim dan jaksa serta petugas keamanan akan membebaskannya? Apakah kita rela memaafkannya? Dan tidak memenjarakannya lagi sampai hukumannya selesai?

Tentu hal-hal ini tidak mudah. Tentu hal ini bertentangan dengan kaidah-kaidah hukum kita. Dan tentu kita akan kaget dengan kata-kata Tuhan Yesus ini dan tentu saja akan protes.

Jadi memang perumpaman Yesus sederhana sekali, tetapi mempunyai makna yang dalam dan tidak mudah untuk dilaksanakan.

Kemungkinan yang ketiga bahwa Tuhan Yesus ingin membuka perspektif kita bahwa domba yang hilang itu bukan saja menunjuk kepada orang lain, tetapi juga kepada diri kita sendiri.

Kita kadang sibuk menunjuk orang lain sebagai domba yang sesat, padahal mungkin kitalah domba yang sesat itu.

Tuhan Yesus bukan hanya mengajak setiap orang yang dia hadapi saat itu untuk bertobat tetapi mengajak kita juga saat ini untuk bertobat.

Si Gembala yang dimaksud Yesus adalah Allah sendiri yang mencari kembali kita-kita yang tersesat, yang sudah lari jauh dari jalannya.

Adalah sukacita besar bagi Allah kalau anak-anaknya yang bagaikan domba yang tersesat itu bertobat dan kembali kepadaNya.

Pesan Moral dari perumpamaan ini adalah hendaknya kita lebih melihat kepada diri kita sendiri sebagai domba yang tersesat, yang dicari Allah: Mencari domba yang tersesat dalam diri kita sendiri.

Banyak orang muda yang setelah tamat kuliahnya bingung dan tidak mau mengamalkan ilmunya karena disesatkan dengan berbagai hal, kadang karena takut bayangan, tidak mau susah dan ragu menghadapi tantangan.

Juga karena selalu kuatir dan terlalu banyak pertimbangan untuk mengambil keputusan yang tepat.

Banyak yang sekolah hukum tapi tidak mau jadi ahli hukum, banyak yang sekolah guru, tetapi tidak mau jadi guru, banyak yang sekolah pendeta tetapi tidak mau jadi pendeta, banyak yang sekolah pertanian tetapi tidak mau jadi petani atau sekolah ekonomi tetapi tidak mau berusaha, dan masih banyak lagi.

Saya sering kaget, para mantan mahasiswa saya yang sudah tamat pendidikan guru, atau sekolah pendeta justru menjadi pelayan toko atau kasir.

Sebetulnya baik juga dari pada menganggur, tetapi seakan percuma semua ilmu yang dipelajari tidak diamalkan sesuai dengan peruntukannya.

Baik kemungkinan pertama, kedua maupun ketiga dari pesan Tuhan Yesus yang revolusioner dan mengagetkan ini mempunyai pesan moral kepada kita semua.

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved