Cerita Alkitab
Perumpamaan Tentang Domba yang Hilang, Apakah Arti Itu Sesungguhnya?
Perumpamaan tentang domba yang hilang adalah sebuah perumpamaan yang diajarkan oleh Yesus kepada murid-muridnya.
Misteri kasih Allah hanya bisa kita pahami dalam iman dan bukan dengan akal budi kita. Karena Allah mencintai dunia dan isinya Ia justru mengorbankan anakNya yang tunggal (Yoh 3:16).
Untuk menhapus dosa dunia, Yesus justru mati, ini tentu di luar akal budi dan pemikiran manusia (1 Kor 1:23: , 23 tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan,").
Kembali pada perumpamaan tadi. Tuhan Yesus bilang ada seorang gembala mempuyai 100 ekor domba, yang satu hilang.
Ia tinggalkan 99 dan pergi mencari yang hilang itu. Ini tidak masuk akal dan berbahaya. Betapa besar risikonya, bagaimana kalau setelah pulang mendapatkan yang satu itu, ia mendapati yang 99 itu hanya tinggal 40 saja.
Terlalu riskan, gembala mana yang nekat melakukannya?
Kemungkinan kedua adalah pemikiran theologi pastoral yang mendalam yang hendak ditekankan oleh Tuhan Yesus.
Perumpamaan ini membuka perspektif untuk kita tidak hanya pikir tentang keselamatan diri sendiri, tetapi juga keselamatan orang lain.
Kita diajak peduli pada orang lain yang tersesat dan hilang dari lingkungan kehidupan kita.
Ini kritik Tuhan Yesus pada orang-orang Farisi yang sok suci dan saleh yang menutup mata pada orang lain yang dianggap berdosa.
Sekaligus juga kritik Tuhan Yesus kepada kita yang menganggap diri paling benar dan jago dibandingkan orang lain.
Inti kesaksian adalah ada sukacita besar di sorga karena pertobatan seorang berdosa lebih dari pada 99 orang benar.
Tuhan Yesus menunjuk perumpamaanya untuk orang-orang yang tak dipercaya dalam masyarakat yakni para pemungut pajak/cukai dan orang-orang berdosa.
Tetapi orang-orang Farisi menolak pandangan Yesus ini. Karena ajaran Yesus ini bertentangan dengan ajaran moral yang selama itu mereka yakini.
Mungkin kalau kita hubungkan dengan situasi politik bangsa Indonesia, kita bisa melihat posisi kita berada dimana mendukung pendapat orang Farisi atau mendukung pendapat Yesus.
Misalnya para koruptor e-KTP yang terlibat perkara korupsi besar-besaran yang heboh waktu lalu itu tiba-tiba mengaku bertobat dari segala perbuatannya dan berjanji menjual semua aset pribadi berupa mobil rumah mewah, hotel dan lain-lain dan menyerahkan kepada orang miskin di perbatasan RI dan Timor Leste.