Tragedi Ledakan di Beirut
Meluluhlantakkan Setengah Bangunan Ibu Kota, Kenapa Amonium Nitrat Dibiarkan 6 Tahun di Beirut?
Dilansir dari CNN Kamis (6/8/2020), sebuah dokumen mengungkap bahwa 2.750 metrik ton amonium nitrat tiba di Beirut dari kapal Rusia pada 2013.
"Saat itu di atas kapal kargo kering terdapat barang-barang yang sangat berbahaya - amonium nitrat yang tidak diizinkan otoritas pelabuhan Beirut untuk diturunkan atau dipindahkan ke kapal lain," tambah mereka.
Kemudian pada 2014 Mikhail Voytenko yang melacak aktivitas maritim, menggambarkan kapal itu sebagai "bom mengambang".
Peringatan yang dihiraukan
Menurut balasan surel dari Prokoshev dan pengacara Charbel Dagher yang berbasis di Beirut yang mewakili kru kapal di Lebanon, amonium nitrat sempat dibongkar di pelabuhan Beirut pada November 2014 dam disimpan di hanggar.
Zat itu disimpan di sana selama 6 tahun, meski sudah ada peringatan berulang kali dari Direktur Bea Cukai Lebanon, Badri Daher, tentang "bahaya besar" yang dapat ditimbulkan muatan tersebut.
Namun dokumen pengadilan publik yang didapat CNN melalui aktivis HAM terkemuka di Lebanon, Wadih Al Asmar, mengungkap bahwa Daher dan pendahulunya, Merhi, sudah beberapa kali meminta bantuan pengadilan Beirut untuk membantu menyingkirkan barang-barang berbahaya itu pada 2014 dan seterusnya.
"Dalam memo kami 19320/2014 tertanggal 12/5/2014 dan 5/6/2015 (...) kami meminta Anda memerintahkan Otoritas Pelabuhan untuk mengekspor kembali Amonium Nitrat yang diambil dari kapal Rhosus dan ditempatkan di Hanggar bea cukai nomor 12 di pelabuhan Beirut," tulis Daher pada 2017.
Menurut dokumen pengadilan, suatu ketika dia juga menawarkan penjualan kargo berbahaya itu ke tentara Lebanon, tapi upayanya gagal.
Pada Rabu (5/8/2020) Daher mengonfirmasi ke CNN, kantornya sudah mengirim "total 6 surat ke otoritas hukum" tapi pihak berwenang tidak menggubrisnya.
"Otoritas Pelabuhan seharusnya tidak mengizinkan kapal menurunkan bahan kimia ke pelabuhan. Bahan kimia itu awalnya dikirm ke Mozambik, bukan Lebanon," katanya.
Di hari yang sama Direktur Jenderal Pelabuhan Beirut Hassan Kraytem berkata ke tv lokal OTV, "Kami menyimpan barang tersebut di gudang nomor 12 di pelabuhan Beirut sesuai dengan perintah pengadilan."
"Kami tahu itu bahan berbahaya, tapi tidak sampai sebesar ini (ledakannya)."
Kraytem melanjutkan, persoalan untuk menyingkirkan bahan peledak ini sudah diwacanakan oleh Badan Keamanan dan Bea Cukai Negara, tapi tak kunjung "diselesaikan".
"Bea Cukai dan Keamanan Negara mengirim surat (ke pihak-pihak berwenang) meminta untuk memindahkan atau mengekspor kembali bahan peledak itu 6 tahun lalu, dan kami sejak itu menunggu penyelesaian masalah ini, tapi tak ada hasilnya," ujar Kraytem.
Kabarnya, ada pengelasan di pintu gudang beberapa jam sebelum ledakan terjadi.