Angelina Sondakh: Tak Mau Lagi Jadi Politisi Setelah Bebas
Keceriaan terpancar dari Angelina Sondakh (42), mantan Putri Indonesia dan bekas politisi Partai Demokrat.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID - Keceriaan terpancar dari Angelina Sondakh (42), mantan Putri Indonesia dan bekas politisi Partai Demokrat, ketika ditemui tim Tribun Network pada Jumat (17/7) pagi. Terpidana 12 tahun penjara kasus korupsi Wisma Atlet, Palembang, itu tercatat sebagai warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Pondok Bambu, Jakarta Timur.
• Mega Sahkan Calon di 4 Pilkada Sulut: Wongkar Cs Kantongi SK PDIP
“Hai, inilah kegiatan sehari-hari saya di tempat ini. Berkebun serta merawat taman edukasi-rekreasi bersama warga binaan yang lain,” ujar mantan anggota DPR tersebut. Pagi itu Angie, panggilan akran Angleina Sondakh, pengenakan kaus lengan panjang warna pink, bermasker, dan memakai face shield.
Didampingi Kepala Lapas Herlin Candrawati, Angie tampak bersemangat menceritakan bagaimana membangun taman itu, merawat, serta memanfaatkannya. “Kami, warga binaan di sini yang semua perempuan, mengerjakan sendiri taman ini secara bertahap. Perlu waktu satu tahun hingga jadi seperti ini,” ujar perempuan kelahiran Australia itu.
Taman itu semula brandgang yang dipakai untuk membuang puing-puing dan barang-barang bekas. Namun kini lokasi itu menjadi hijau dan asri. Ada tanaman anggrek, bunga-bunga, hidroponik, taman bacaan, dan gazebo yang terbuat dari bambu bekas.
“Saya sengaja memilih kegiatan di out door supaya badan saya terkena sinar matahari dan mengeluarkan keringat,” kata Angie. Meski taman tersebut rindang, Angelina Sondakh harus sering menghapus keringat yang membasahi wajahnya.
• Ashanty Syok Pembeli Rumah Cinere Ternyata Penipu: Mereka Maksa Minta Surat
Menurut Angie, bermula dari program kemandirian yang diluncurkan Kementerian Hukum dan HAM, kemudian direkrut warga bianaan yang mau membuat konstruksi pemula dari taman tersebut.
“Belajar lah kami membuat gazebo, bagaimana cara ngebor, masang atap dan sebagainya. Jadi kalau kelihatan kurang rapi, ya maklum karena yang kerja perempuan semua,” katanya.
Termasuk diajari masang keramik, membuat adonan semen dan pasir. “Jadi semua yang ada di sini memanfaatkan barang-barang bekas. Termasuk wastafel itu, kami bikin dari bambu bekas dan ember bekas,” katanya.
Setelah pandemi Covid-19, para warga binaan tidak bisa menerima kunjungan keluarga sesuai protokol kesehatan sehingga mempengaruhi kondisi psikologis mereka. “Lalu Ibu Kalapas punya ide membuat perpustakaan out door. Jadi ketika warga binaan ke sini (perpustakaan out door) rasanya seperti tidak dipenjara. Kebahagiaan mereka itu kan bertemu keluarga,” ujarnya.
Untuk merawat dan membersihkan teman tersebut ada 11 orang warga binaan yang berbagi tugas. Menurutnya para narapidana bisa memanfaatkan lokasi tersebut untuk curhat kepada alam. “Kami ingin para warga binaan tidak terlalu merasa tertekan oleh pandemi Covid-19, sehingga perlu ada tempat seperti ini, tambah Angie.
• Dua Permainan Masa Kecil Ditampilkan dalam HUT Bolsel, Iskandar: Bernostalgia Lagi
Lapas Pondok Bambu memang memberikan ketrampilan bagi para warga binaan, di antaranya menjahit, menyulam, melukis, salon kecantikan, termasuk beternak ikan Lele. Ada dua tempat beternak lele di Lapas Perempuan Pondok Bambu, yang telah dipanen untuk pertama kalinya.
Selain berkebun, membaca buku juga merupakan kegiatan rutin Angie. “Membaca buku membuat saya saya bisa melihat dunia tanpa harus keluar dari penjara ini," katanya sambal tersenyum.
Ibu satu orang anak tersebut mengaku pada 2022 bisa menghirup udara bebas di luar tembok lapas. Apakah akan kembali terjun ke dunia politik setelah bebas? Sambil tertawa kecil ia tegas menjawab tak mau lagi bersentuhan dengan politik praktis. "Saya ingin bertani setelah bebas dari sini,” ujarnya. (dennis)