Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Virus Corona

Orang-orang di Empat Lokasi Ini Tidak Tahu Info Adanya Covid-19 Sedang Merebak di Dunia

Tetapi ada sejumlah kelompok orang yang tak tahu adanya pandemi corona, meski mereka sendiri sangat rentan tertular.

Editor: Frandi Piring
AP/HAMZA OSMAN
Tempat orang-orang tak tahu keberadaan virus corona yanf ada di dunia saat ini. Wanita penduduk migran di Somalia (kanan) saat menerima penyuluhan petugas tentang cara melindungi diri dari virus corona di kamp Weydow IDP, Mogadishu, Somalia. Foto diambil pada 10 Juni 2020. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Penyebaran Virus corona (Covid-19) sudah merebak hampir di seluruh belahan bumi.

Kini telah menulari lebih dari 12 juta orang dan merenggut 540.000 jiwa lebih di dunia.

Namun, nyatanya ada beberapa tempat yang masih tidak mengetahui informasi soal Covid-19.

VIRAL, Foto Disebut Mayat Korban Virus Corona Bergelimpangan di Jalan, Ini Fakta Sebenarnya
VIRAL, Foto Disebut Mayat Korban Virus Corona Bergelimpangan di Jalan, Ini Fakta Sebenarnya (Istimewa)

Covid-19 yang telah mengubah dunia selama enam bulan terakhir, membuat perjalanan internasional terhenti dan menjerumuskan ekonomi dunia ke jurang resesi.

Tetapi ada sejumlah kelompok orang yang tak tahu adanya pandemi corona, meski mereka sendiri sangat rentan tertular.

1. Banyak migran Ethiopia belum pernah mendengar

Di Afrika, banyak migran Ethiopia melakukan perjalanan berbahaya melintasi bentang alam.

Somalia merupakan perhentian pertama sebelum mereka sampai ke Yaman, kemudian ke Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya untuk mencari pekerjaan.

Demikian penuturan dari Carlotta Panchetti, pekerja dari Organisasi Migrasi Internasional (IOM) PBB di Mogadishu.

"Yang kami bicarakan di sini adalah migran muda, dengan jumlah persentase tinggi anak-anak tanpa pendamping atau perempuan yang bepergian sendiri yang benar-benar putus asa mencari peluang yang lebih baik," katanya.

"Mereka bermigrasi dalam kondisi yang sangat mengerikan, jadi mereka hanya berjalan melalui padang pasir tanpa barang, hanya ditemani sebotol air bersama mereka."

Tempat yang tak tahu dunia telah ada virus corona - Sepasang migran Ethiopia berjalan di Lac Assal, sebuah danau air asin sekitar 120 km barat ibu kota Djibouti, dalam perjalanan mereka ke kota pelabuhan Obock di mana mereka berharap untuk naik perahu menyeberangi Teluk Aden. Somalia 2017.
Tempat yang tak tahu dunia telah ada virus corona - Sepasang migran Ethiopia berjalan di Lac Assal, sebuah danau air asin sekitar 120 km barat ibu kota Djibouti, dalam perjalanan mereka ke kota pelabuhan Obock di mana mereka berharap untuk naik perahu menyeberangi Teluk Aden. Somalia 2017. (MUSE MOHAMMED/IOM via ABC INDONESIA)

Dia mengatakan ketika IOM mulai mensurvei migran yang mereka temui untuk mengetahui apakah mereka tahu tentang virus corona, dan jumlahnya mengejutkan.

Pada Maret, ketika virus corona mulai menyebar melalui Somalia dan dinyatakan sebagai pandemi,

88 persen migran yang disurvei IOM belum pernah mendengar tentang virus ini.

Pada akhir Juni, kesadaran soal pandemi mulai ada, tetapi 49 persen masih tetap tidak menyadari jika virus corona sudah menjadi pandemi dunia.

"Hampir setengah dari populasi yang kami jangkau dan survei masih belum pernah mendengar Covid-19," katanya.

"Ini karena kurangnya akses ke internet, ke informasi yang dapat diandalkan, dan dapat dihambat oleh hambatan bahasa."

Ketika para migran diberi tahu tentang virus mematikan yang sangat menular ini,

respons yang diterima Carlotta dari mereka rata-rata tidak percaya, terkejut, skeptis, takut, dan merasa tidak pasti.

"Sekarang ada stigma tambahan bahwa (mereka) mungkin pembawa virus," katanya.

Tempat orang-orang tak tahu keberadaan virus corona sedan merebak di dunia - Sekelompok migran Ethiopia berjalan menuju Kota Burao di Somaliland. Migran yang datang dari Ethiopia biasanya transit Kota Burao dalam perjalanan mereka ke kota pelabuhan Bossaso di mana mereka berharap bisa masuk ke salah satu perahu karet/kayu untuk menyeberangi Teluk Aden. Somalia 2020.
Tempat orang-orang tak tahu keberadaan virus corona sedan merebak di dunia - Sekelompok migran Ethiopia berjalan menuju Kota Burao di Somaliland. Migran yang datang dari Ethiopia biasanya transit Kota Burao dalam perjalanan mereka ke kota pelabuhan Bossaso di mana mereka berharap bisa masuk ke salah satu perahu karet/kayu untuk menyeberangi Teluk Aden. Somalia 2020. (MUSE MOHAMMED/IOM via ABC INDONESIA)

Berbicara dari sebuah kamp pengungsi internal, sebuah video yang dirilis IOM menampilkan seorang ibu dari enam anak asal Somalia, Halima Ibrahim Hassan.

Halima mengatakan IOM memberitahunya tentang virus corona pada akhir Maret dan menasihatinya tentang social distancing dan kebersihan tangan.

"Kami sangat menghargai ini. Sesuai dengan nasihat itu, saya jadi sering mencuci tangan," katanya.

Dalam video lain, seorang pekerja IOM terlihat berjalan sambil berbagi nasihat kesehatan melalui megafon di kamp dan tempat penampungan sementara.

"Virus ini tidak hanya menyerang orang non-Muslim, virus ini bisa menular ke semua manusia," katanya.

"Penyakit ini hanya bisa dicegah melalui kebersihan."

Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengingatkan infeksi Covid-19 telah menyebar di Afrika dengan jumlah orang yang tertular lebih dari 500.000 kasus dan 11.000 orang meninggal.

Di Ethiopia sendiri tercatat 6.000 kasus dan 100 kematian karena virus corona, sementara Somalia mencatat lebih dari 3.000 kasus dan setidaknya 90 orang telah meninggal dunia.

Juru bicara IOM Afrika Yvonne Ndege menambahkan, kebanyakan dari mereka rentan terhadap virus tersebut karena sering tidur saling berdekatan satu sama lain

dan rute migrasi yang mereka lalui memiliki keterbatasan fasilitas kesehatan dan sanitasi.

"Kenyataannya adalah sebagian dari masyarakat yang paling rentan di dunia, yang cenderung tertular penyakit yang mematikan ini, malah tidak mengetahui bahwa virus ini eksis. Ini mengerikan," katanya.

Tempat orang-orang tak tahu keberadaan virus corona sedan merebak di dunia - Penduduk migran Somalia mendapat penyuluhan untuk melindungi diri dari virus corona. Foto ini diambil di Bosaso, Somalia, pada 20 Mei 2020.
Tempat orang-orang tak tahu keberadaan virus corona sedan merebak di dunia - Penduduk migran Somalia mendapat penyuluhan untuk melindungi diri dari virus corona. Foto ini diambil di Bosaso, Somalia, pada 20 Mei 2020. (INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR MIGRATION (IOM) SOMALIA via AP)

2. Myanmar: warga "buta dan tuli" terhadap virus corona

Beberapa pekerja kemanusiaan mengatakan kepada Human Rights Watch (HRW) dan Amnesty International,

pemadaman internet terlama di dunia di sejumlah kawasan Myanmar telah memutus akses ke informasi penting, termasuk tentang virus corona.

Sembilan kota di negara bagian Rakhine dan Chin telah terputus dari akses seluler sehingga berdampak pada sekitar 1 juta orang yang tinggal di zona konflik.

"Myanmar telah mengalami pemadaman internet selama setahun. Beberapa warganya masih tidak tahu ada pandemi," kata wakil direktur HRW Asia, Phil Robertson di akun Twitter-nya.

Ia mengatakan kepada ABC, mustahil mengetahui berapa banyak orang di desa-desa di wilayah pemadaman internet itu yang tahu tentang virus corona,

tapi ia memperkirakan ada puluhan ribu orang berada di kamp-kamp pengungsian yang sering kali merupakan inkubator ideal untuk penyebaran cepat penyakit.

"Hanya beberapa orang saja di kamp pengungsian yang mengetahui tentang Covid-19 ini," kata seorang pekerja kepada Amnesty International yang mengestimasi hanya 5 persen saja yang tahu jika virus ini berbahaya.

Seorang warga dari Minbya menyampaikan kepada Amnesty International, bahwa mereka tahu tentang Covid-19 dari TV, koran,

dan siaran parabola ilegal, tetapi tidak memiliki akses yang termutakhir dari internet.

"Saya khawatir karena di saat perang kami masih dapat bersembunyi di hutan, tapi kami jelas tidak bisa lari dan bersembunyi dari virus," katanya.
"Rasanya kami seperti buta dan tuli, dan tidak ada seorang pun yang melaporkan apa yang terjadi di Minbya."

Phil Robertson mengatakan, pemadaman internet telah didesain untuk membuat orang-orang di Rakhine dan komunitas internasional buta informasi tentang konflik yang terjadi di sana.

"Pemerintah sudah berlaku tidak adil dengan memutus orang-orang ini dari informasi tentang wabah Covid-19."

Juru bicara pemerintah, Zaw Htay, mengatakan tidak bisa menerima pertanyaan dari media melalui sambungan telepon sebelum menutupnya.

Ia juga tidak merespons lagi panggilan telepon maupun pesan yang dikirimkan kepadanya,

Angka penularan Covid-19 di Myanmar tercatat sangat rendah, dengan hanya 316 kasus dan 6 kematian.

Tetapi ini menimbulkan banyak pertanyaan, termasuk soal pengetesan dan kualitas sistem kesehatan.

3. Komunitas adat di Amazon, Brasil

Brasil telah menjadi salah satu negara yang paling terpukul di dunia akibat virus ini, di peringkat kedua setelah Amerika Serikat.

Brasil mencatat lebih dari 1,6 juta kasus, termasuk Presiden Jair Bolsonaro yang kerap menyepelekan virus ini dan kini dinyatakan tertular virus corona.

Lebih dari 66.000 orang telah meninggal, dengan tingkat kematian masyarakat adat terpencil lebih tinggi diperkirakan jumlahnya lebih dari 400 kematian dan 12.000 kasus penularan.

Tiago Amaral penasehat internasional untuk Artikulasi Masyarakat Adat di Brasil (APIB) mengatakan,

di saat mayoritas dari 300 masyarakat adat Brasil terhubung ke media dan mengetahui wabah virus corona,

ada sekitar 107 kelompok masyarakat adat yang tidak memiliki kontak dengan dunia luar.

Kelompok-kelompok dengan kontak yang sangat terbatas atau nol itu tidak akan menyadari bahwa virus itu ada, katanya.

"Mungkin beberapa dari mereka bahkan tidak tahu ... dan itu hal yang baik, karena mereka terisolasi," katanya.

Tiago mengatakan, beberapa kelompok "berhak merasa takut" melakukan kontak dan tinggal jauh di Amazon.

Brasil sebenarnya memiliki undang-undang yang membantu melindungi cara hidup masyarakat adat,

tetapi meningkatnya jumlah perampas tanah dan penebang di bawah pemerintah sayap kanan membuat Amazon dalam risiko.

Dia menambahkan fokus utama kesehatan masyarakat adat adalah mencegah penyebaran penyakit ke wilayah adat.

"Sudah jelas, sejak awal, bahwa Pemerintah Federal tidak akan menjadi sekutu untuk memerangi pandemi ini," katanya.

"Sangat jelas masyarakat adat harus menciptakan sarana bagi diri mereka sendiri untuk melindungi diri mereka sendiri."

Dia mengatakan, kelompok-kelompok pejuang hak-hak masyarakat adat telah bersatu dan memetakan sebuah rencana untuk membangun pangkalan kesehatan darurat sederhana di zona-zona yang paling parah,

selain juga melakukan kampanye dan mengumpulkan uang untuk peralatan. 

Sumber: Kompas.com

Tautan: https://www.kompas.com/global/read/2020/07/13/154800270/warga-di-lokasi-lokasi-ini-tak-terjamah-info-virus-corona-berikut?page=all#page2

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved