Virus Corona
Bayu Krisnamurthi Mantan Anak Buah SBY: Dibanding dengan Covid-19, Flu Burung Tidak Ada Apa-apanya
Virus corona yang awalnya muncul dari kota China, kini telah melanda dunia, sampai saat ini belum ada kejelasan soal vaksinnya.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Virus corona yang awalnya muncul dari kota China, kini telah melanda dunia.
Sampai saat ini belum ada kejelasan soal vaksinnya.
Diketahui sampai kini Indonesia masih terus berjuang mengatasi Covid-19, bahkan kasus baru Covid-19 mencapai 2 ribuan lebih dalam sehari.
• 7 Manfaat Minum Air Bagi Kesehatan Tubuh, Diantaranya Bisa Bantu Turunkan Berat Badan
• Dinda Hauw Sempat Tak Percaya Taaruf, Hanya 3 Kali Bertemu Reynaldi Mbayang, Lalu Mantap Menikah
• BMKG Perkiraan Cuaca 33 Kota, Sabtu 11 Juli 2020: 17 Kota Diperkirakan Turun Hujan

Indonesia bukan baru kali ini menghadapi pandemi.
Sekitar 15 tahun lalu, penyakit flu burung dari virus H1N1 pernah melanda Indonesia.
Bayu Krisnamurthi tidak mau buru-buru membandingkan antara flu burung dan Covid-19.
Namun, Ketua Harian Komisi Nasional Flu Burung dan Pandemi Influenza (Komnas FPBI) 2006-2010 sekaligus Wakil Menteri Pertanian dan Wakil Menteri Perdagangan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu menilai, flu burung tak ada apa-apanya jika dibanding Covid-19.
"Terus terang saja saya katakan, kalau dibandingkan dengan Covid-19, flu burung itu tak ada apa-apanya."
"Di seluruh dunia case-nya kurang dari seribu sampai dengan 2019 kemarin."
"Indonesia kira-kira 200 yang kena," kata Bayu dalam Dialog Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Graha BNPB, Jumat (10/7/2020).
Namun, fatality rate atau risiko kematian akibat flu burung, Bayu mengatakan, lebih tinggi ketimbang Covid-19.
"Di dunia kira-kira 60 persen. Di Indonesia itu 80 persen. Jadi kalau ada yang kena, 80 persen peluangnya meninggal," kata Bayu.
Guru Besar Madya Departemen Agribisnis IPB itu pun menjelaskan, penanganan yang dilakukan saat menghadapi flu burung mencakup tiga hal, yakni aspek penyakit, aspek dampak sosial-ekonomi, dan aspek komunikasi publik.
Dalam hal sains, semua ilmuwan diajak bekerja sama.
Bahkan, beberapa nama seperti Prof Wiku Adisasmito yang saat ini menjabat Ketua Tim Pakar Gugas, merupakan salah satu tim ahli saat Indonesia menghadapi flu burung.
"Kapasitas pengembangan sains yang kita lakukan saat itu bekerja dengan baik dan kemudian membawa akumulatif knowledge sampai sekarang," kata Bayu.