Update Virus Corona Dunia
WHO Dianggap Keliru, Ratusan Ilmuwan Temukan Virus Corona Bisa Menyebar lewat Udara seperti Asap
Sejak lama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) beranggapan bahwa virus SARS-CoV-2 atau Covid-19, hanya menyebar lewat droplet atau percikan.
Agensi dengan cepat merespons permintaan ini. Mereka memanggil Lidia Morawska, pemimpin kelompok dan konsultan WHO untuk mengatur pertemuan diskusi.
Namun diskusi tersebut tidak mengubah saran komite terkait penularan virus corona melalui udara.
Dr Morawska dan lainnya menunjukkan beberapa insiden yang mengindikasikan penularan virus melalui udara, terutama di ruang tertutup dengan ventilasi buruk.
Mereka mengatakan, WHO membuat perbedaan antara aerosol kecil dan percikan yang lebih besar.
Padahal yang ditemukan ahli, seseorang dapat terinfeksi corona karena keduanya.
"Sejak 1946, kami tahu bahwa batuk dan berbicara menghasilkan aerosol," kata Linsey Marr, ahli penularan virus melalui udara dari Virginia Tech.
Para ilmuwan belum dapat menumbuhkan virus corona baru dari aerosol di laboratorium. Namun itu tidak berarti aerosol tidak infektif.
"Sebagian besar sampel dalam percobaan tersebut berasal dari kamar rumah sakit dnegan aliran udara yang baik yang akan melemahkan tingkat virus," kata Dr Marr.
Namun sebagian besar gedung tidak dilengkapi ventilasi udara yang baik, sehingga pertukaran udara tidak terjadi.
"Ini yang menimbulkan virus menumpuk di udara dan menimbulkan risiko lebih besar," imbuhnya.
Menurut Dr. Marr, WHO hanya memiliki definisi tunggal dari transmisi udara. WHO meyakini, patogen di udara seperti virus campak, harus sangat menular dan virus bisa menempuh jarak jauh.
Bill Hanage, seorang ahli epidemiologi di Harvard T.H Chan School of Public Health menambahkan, banyak orang menganggap remeh penularan virus melalui udara.
Ratusan ahli sepakat bahwa virus corona SARS-CoV-2 adalah patogen pembawa penyakit paling menular ketika orang melakukan kontak berkepanjangan dalam jarak dekat, terutama di dalam ruangan, dan terlebih dalam peristiwa superspreader.
Prinsip kehati-hatian
Selama pandemi, WHO tampak berselisih dengan kelompok ilmuwan lain.
WHO lambat dalam mendukung pemakaian masker untuk publik.
Padahal, organisasi kesehatan lain termasuk Centers for Disease COntrol and Prevention (CDC) AS sejak lama mengakui bahayanya penularan oleh orang tanpa gejala (OTG).
Di saat yang sama, WHO masih berpendapat bahwa transmisi asimptomatik jarang terjadi.
Banyak ahli mengatakan WHO harus memisahkan prinsip kehati-hatian dan prioritas kebutuhan.
Gagasan bahwa bahkan tanpa bukti definitif, WHO harus memiliki asumsi terburuk dari virus, menerapkan akal sehat, dan merekomendasikan perlindungan terbaik untuk umat manusia.
"Tak ada bukti yang tidak dapat dibantah bahwa SARS-CoV-2 ditransmisikan secara signifikan oleh aerosol," kata Dr. Trish Greenhalgh, seorang dokter perawatan primer di Universitas Oxford di Inggris.
"Jadi saat ini kita harus membuat keputusan dalam menghadapi ketidakpastian, dan itu akan menjadi keputusan yang membawa malapetaka jika kita salah," katanya.
(tribun-medan.com/Abdi Tumanggor)
BERITA TERPOPULER :
• Viral Wanita Cantik Asal Rusia Nangis karena Dijambret, HP Seharga Rp 20 Juta Raib, Ini Videonya
• BREAKING NEWS: Tetty Paruntu-Sehan Landjar Resmi Dipasangkan di Pilkada Sulut
• Kapal China Tertangkap di Perairan Riau, Muat Mayat ABK WNI yang Disimpan dalam Freezer
TONTON JUGA :
Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Kenapa WHO Sungkan Merekomendasikan Temuan Ratusan Ahli Jika Covid-19 Bisa Menyebar Melalui Udara?