Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Update Virus Corona Bolsel

Curhatan Para Guru di Madrasah Ibtidaiah Negeri 1 Bolsel, Saat Mengajar di Tengah Pandemi Covid-19

Sebagai pengemban amanah pendidikan, sudah seharusnya guru mampu mengajar dalam situasi dan kondisi apapun.

Penulis: Nielton Durado | Editor: Maickel Karundeng
Istimewa
Semenjak virus corona atau covid -19 mulai merebak dan semakin meningkat resiko penularannya. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, BOLAANG UKI - Semenjak virus corona atau covid -19 mulai merebak dan semakin meningkat resiko penularannya.

Siswa-siswi di MIN 1 Bolsel harus melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di rumah masing-masing yang dimulai dari tanggal 16 Maret 2020.

Hal ini menjadi sebuah hal yang sangat menyita banyak perhatian, dan memerlukan tindakan preventif untuk tetap mengupayakan kegiatan KBM yang dikenal dengan pembelajaran jarak jauh tetap terlaksana dengan baik.

Sebagai pengemban amanah pendidikan, sudah seharusnya guru mampu mengajar dalam situasi dan kondisi apapun.

Tak terkecuali di masa pandemi seperti ini.

Justru dengan adanya kebijakan ini, maka guru bisa mengupgrade kemampuan dan kreativitas dalam mengajar, khususnya dengan pembelajaran jarak jauh.

Namun, ternyata banyak kisah yang hadir setelah pelaksanaan pembelajaran jarak jauh ini di dua bulan terakhir.

Para guru di MIN 1 Bolsel diminta untuk melaksanakan pembelajaran sesuai dengan keadaan siswa, dan sembari tetap mengikuti himbauan pemerintah untuk di rumah saja.

Sehingga para guru memilih melakukan pembelajaran berbasis daring dengan memanfaatkan media sosial facebook dan whatsapp.

Menurut Sulastri Mashanafi salah satu guru mengatakan jika dirinya memilih Facebook sebaagai media belajar siswa.

“Saya memilih facebook sebagai alat komunikasi dengan siswa, karena facebook ini paling sering digunakan dalam berinteraksi di dunia maya," ujarnya ketika dihubungi Tribun Manado, Senin (29/6/2020).

Meski demikian, kekecewaan kadang hadir ketika ada sebagian siswa melalaikan tugas yang diberikan.

"Tapi kadang masig ada pengobat ketika mendengar semangat siswa kami yang harus meminjam handpone untuk bisa belajar bersama di kelas virtual," tegasnya.

Sementara itu, Irawaty Ahmad guru lainnya juga mengungkap hal yang sama.

Ia menuturkan pandemi ini membuat dirinya harus putar otak untuk melaksanakan pembelajaran secara online dan offline, agar siswa kelas VI yang menjadi perwaliannya tetap dapat melaksanakan pengayaan (tambahan belajar).

Hal ini untuk menghadapai Ujian Madrasah seperti yang telah direncanakan sebelumnya.

Kisah serupa dirasakan Siti Hanipa Gonibala, Farida Ali, Yulfita Hasan, dan guru-guru lainnya yang bercerita tentang kegalauan yang dihadapi saat belajar secara offline.

Disaat melakukan kunjungan ke rumah siswa untuk menyampaikan materi dan tugas belajar karena siswa yang dihadapi tidak bisa dijangkau dengan menggunakan internet.

Mereka banyak mendapat keluhan dari siswa dan orang tua bahwa belajar di rumah itu membosankan.

Sebab mereka harus mengerjakan tugas yang banyak dan tak sedikit siswa yang melamunkan dan merindukan suasana belajar bersama teman-teman mereka di sekolah.

Hal ini menjadikan guru semakin termotivasi, untuk mencari dan terus menggali kreativitas dalam pemenuhan kebutuhan siswa akan pendidikan.

Setelah melewati masa-masa habituasi pelaksanaan pembelajaran jarak jauh, siswa dan para guru pun kini mulai terbiasa dengan keadaan ini.

“Saya seringkali harus menjelaskan materi di jalan raya ketika melaksanakan kunjungan dan siswa yang dituju tak berada di rumah," ujar Halifah Liwan.

Hal ini harus membuat guru berupaya agar siswa mendapat materi dan siap untuk melaksanakan penialan akhir semester.

Ini tentunya sebagai wujud tanggung jawab pendidik.

Namun disela pelaksanaan tugas ini, salah satu guru Misrawati Amiri seorang guru pada tingkat 3 mendapati hal-hal yang begitu menyayat hati ketika menemui siswa di rumah.

Ia mengaku mendapati siswa yang tinggal di rumah tak layak.

Saat itu, dia hanya menunggu saudaranya yang sedang mencari makanan untuk mereka sebab mereka belum makan sejak pagi.

"Jangankan untuk mengajar justru tak sanggup rasanya saya harus memberikan beban tugas lagi kepada siswa terebut," ungkapnya.

Sekelumit cerita ini menggambarkan kondisi kami di MIN 1 Bolsel.

Bahwa meski guru terus mengupayakan agar pelaksanaan pembelajaran ini tepat sasaran.

Namun terkadang, ada kondisi dimana guru harus menelan ludah ketika ekspektasinya tak sesuai dengan kenyataan.

Hal ini perlu mendapat perhatian, bahwa penyampaian model dan metode mengajar utamanya sekolah yang ada di pedesaan ini tidaklah bisa digeneralisasi, dengan upaya-upaya pemerintah yang umum untuk diterapkan di wilayah perkotaan.

Terima kasih untuk para guru yang tetap berdedikasi tinggi mempersembahkan yang terbaik untuk anak didiknya.

Dengan sedikit keluar dari zona nyaman dan berfikir sedikit keras, maka perwujudan merdeka belajar bagi seluruh rakyat Indonesia tetap akan bisa diwujudkan. (Nie)

BERITA TERPOPULER :

 Tokoh Pemuda Maluku Sebut John Kei Cuma Cari Muka, Anak Buahnya Ternyata Tinggal Sedikit

 Dirut RSUD Soetomo Tak Paham dengan Pernyatan Tri Rismaharini: Apa yang Dimaksud

TONTON JUGA :

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved