News
Menlu AS Mike Pompeo Sebut Amerika Serikat Dukung ASEAN Soal Sengketa Laut China Selatan
Soal Laut China Selatan yang tengah menjadi konflik karena pihak Tiongkok mengklaim teritorial secara sepihak.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Soal Laut China Selatan yang tengah menjadi konflik karena pihak Tiongkok mengklaim teritorial secara sepihak.
Diketahui sampai saat ini Amerika Serikat dengan China tengah memanas terkait wilayah tersebut.
Hal itu tak hanya karena klaim sepihak China namun ada beberapa masalah seperti virus corona dan perdagangan.
• Intelijen Sebut Rusia Bayar Taliban untuk Bunuh Pasukan AS, Trump: Tak Ada yang Memberi Tahu Saya
• Kabar Duka, Direktur Utama PT Saka Energi Indonesia Nofriadi Meninggal Dunia
• Pantas China Berani Klaim Sana-sini, Ternyata Miliki Proyek Senjata Militer Super Canggih Ini
Beberapa waktu belakangan, kondisi di wilayah Laut China Selatan kian memanas.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo pada Sabtu (27/6/2020) mengatakan bahwa AS mendukung pernyataan bersama Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) tentang Laut China Selatan.
Dilansir Sputnik, Pompeo menyatakan bahwa China tidak boleh mengklaim Laut China Selatan di wilayah ASEAN sebagai kekaisaran maritimnya.

Persengketaan Laut China Selatan harus diselesaikan sejalan dengan undang-undang (UU) internasional.
"AS menyambut desakan para pemimpin ASEAN bahwa sengketa Laut China Selatan (SCS) dapat diselesaikan melalui UU Internasional, termasuk UNCLOS (Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa untuk Hukum Kelautan).
China tidak boleh memperlakukan SCS sebagai kekaisaran maritimnya.
Kami akan segera membahas topik ini," ujar Pompeo dalam kicauannya di Twitter.
Setelah KTT ASEAN ke-36 pada Jumat (26/6/2020) kemarin, sebuah pernyataan bersama dikeluarkan dengan menyatakan keprihatinan atas situasi rumit di Laut China Selatan.
Para pemimpin ASEAN menekankan 'pentingnya menjaga dan mempromosikan perdamaian, keamanan, stabilitas, keselamatan dan kebebasan navigasi serta penerbangan di atas Laut China Selatan, serta menegakkan hukum internasional termasuk UNCLOS 1982 di Laut China Selatan.'
Memang, mayoritas pulau di Laut China Selatan dikendalikan oleh Beijing.
Akan tetapi, wilayah itu juga diklaim oleh beberapa negara lain termasuk Vietnam, Kamboja, Brunei, Filipina dan semua anggota ASEAN lain.
Sebelumnya Menlu AS sebut ASEAN Akan Menjadi Arena Pertempuran Amerika Serikat dan China
Untuk pertama kalinya Amerika Serikat (AS) mengirimkan lebih dari 60 persen kekuatan kapal perangnya di wilayah Laut China Selatan.
Bahkan tiga kapal induk milik negara Paman Sam disiagakan tutup jalur masuk ke perairan tersebut.
Hal itu dinilai berbahaya oleh banyak pihak, sebab AS secara terang-terangan menantang China di depan muka mereka.
Menutip dari AFP, Presiden Institut Nasional Studi Laut China Selatan, Wu Schicun, mengungkap kemungkinan terburuk situasi ini.
Menurut pemimpin lembaga tink tank China tersebut bersar kemungkinan perang akan pecah di laut yang membentang dari China sampai ke Indonesia tersebut.
Pandangan tersebut dilihat dari banyaknya tentara AS yang mencapai 375.000 prajurit telah bersiaga dan tidak menutup kemungkinan tembakan yang tak disengaja memicu pecah perang.
"Jika krisis meletus, dampak pada hubungan bilateral akan menjadi bencana besar," ucapnya.
Dan yang terbaru adalah medan pertempuran kedua cermin kekuatan militer dunia itu akan terjadi di kawasan Asia Tenggara (ASEAN).

Dua pejabat dari kedua negara bahkan secara terang-terangan memperebutkan perhatian negara-negara di ASEAN termasuk Indonesia.
Silang pendapat ini muncul di saat persaingan strategis antara Amerika Serikat dan China di kawasan ini kian meningkat.
Dilansir dari South China Morning Post, Duta Besar China untuk Singapura Hong Xiaoyong menyampaikan serangan terbaru dengan menuduh Menteri Pertahanan AS Mark Esper telah memicu ketegangan dengan menyebut China sebagai ancaman.
Dia membuat pernyataan di The Straits Times sebagai tanggapan atas opini yang ditulis oleh Esper di koran Singapura tersebut pada minggu lalu.
Dimana Esper telah menyerukan hubungan keamanan yang lebih dekat dengan sekutu regional di Asia Tenggara di tengah tantangan yang ditimbulkan oleh Covid-19 dan Partai Komunis China.
Menurut Hong, ini adalah upaya lain untuk menjual strategi Indo-Pasifik Amerika Serikat setelah tawaran pendahulunya pada dialog di Shangri-La tahun lalu.
Dia merujuk pada KTT keamanan regional tahunan di Singapura, yang dibatalkan tahun ini karena pandemi Covid-19.
Ini merupakan babak terakhir dalam permainan saling menyalahkan yang kian panas antara Beijing dan Washington, ketika kedua negara berhadapan di berbagai bidang - mulai perdagangan dan teknologi, hingga ideologi dan asal-usul virus corona.
Kondisi ini meningkatkan kekhawatiran Perang Dingin yang baru.
Aksi saling tuding ini juga datang ketika para pemimpin 10 negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara, atau ASEAN, akan bertemu untuk pertemuan puncak tahunan mereka pada hari Jumat melalui tautan video, di mana sengketa Laut China Selatan dan pandemi Covid-19 menjadi dua agenda yang akan dibahas.
Indikasi wilayah Asia Tenggara akan dijadikan medan perang dan penghimpun kekuatan sangat kentara terlihat.
Hal itu harus disikapi dengan baik oleh negara-negara ASEAN termasuk Indonesia karena, Indonesia menjadi salah satu negara dengan kekuatan militer terbesar di kawasan tersebut. (*)
• Intelijen Sebut Rusia Bayar Taliban untuk Bunuh Pasukan AS, Trump: Tak Ada yang Memberi Tahu Saya
• Kabar Duka, Direktur Utama PT Saka Energi Indonesia Nofriadi Meninggal Dunia
• Pantas China Berani Klaim Sana-sini, Ternyata Miliki Proyek Senjata Militer Super Canggih Ini
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Soal Sengketa Laut China Selatan, Ini Kata Menlu AS" dan di sosok.grid.id dengan judul " Kemungkinan Pecah Perang Dinilai Cukup Tinggi, Menteri AS Ungkap ASEAN Akan Jadi Medan Pertempuran China vs Amerika Serikat, Pejabat Asia Tenggara Marah Besar! "