Berita Bolmong
Kisah Para Pembawa Injil di Tanah Totabuan, Dunnibier Menyalin Alkitab ke Bahasa Mongondow
Gereja Masehi Injili di Bolaang Mongondow (GMIBM) merayakan Hut ke-70 dan Hari pekabaran injil GMIBM ke-116.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: David_Kusuma
Pimpinan NZG di Belanda pada 21 Maret 1904 memutuskan untuk mengirimkan pendeta utusan ke Bolaang Mongondow agar secara tetap melaksanakan pekabaran injil.
Realisasi keputusan tersebut nyata pada saat pendeta W. Dunnebier tiba di Bolaang Mongondow (Poopo) bersama seorang muridnya Hendriek Lolombulan. Sesudah mengadakan percakapan dengan raja Cornelis Manoppo dan mengunjungi beberapa tempat lainnya serta mempersiapkan tempat tinggal, maka pendeta Dunnebier menjemput keluarganya yang telah berada di Kolongan Atas Sonder.
Tanggal 5 Juni 1905 seorang pendeta mulai tinggal menetap di Bolaang Mongondow. Karena pertimbangan khusus dan atas seisin raja serta penerimaan yang ramah dari masyarakat desa Passi, maka pada tahun 1906 pendeta Dunnebier membeli sebidang tanah seluas 1 Ha di desa Passi untuk dijadikan tempat tinggal.
Pembangunan rumah dipersiapkan dengan mendatangkan tukang tamatan sekolah pertukangan di Wasian Kakas. Para tukang dipimpin Kawuwung mengerjakan pembangunan tersebut lebih dari setahun. Tahun 1907 pembangunan selesai dan sejak waktu tersebut pendeta W. Dunnebier tinggal secara menetap di Passi sampai kembali pulang ke Belanda pada tahun 1938.
Selama 33 tahun pelayanannya, ia telah berbuat banyak bukan saja bagi gereja tetapi juga bagi masyarakat. Pendeta Dunnebier antara lain mengumpulkan dan menulis cerita-cerita yang menjadi cerita rakyat, menulis sejarah raja-raja di Bolaang Mongondow, menulis kamus bahasa Belanda-Mongondow serta menyalin cerita Alkitab kedalam bahasa Mongondow. Ia juga menulis tentang Budaya masyarakat Bolaang Mongondow. Banyak tulisannya menjadi acuan dalam penulisan tentang Bolaang Mongondow di masa lalu.
Ada satu hal yang perlu dikemukakan disini yaitu mengenai rencana pekabaran injil di Bolaang Mongondow. Tahun 1875 dilakukan lagi kunjungan oleh NZG di Minahasa ke Bolaang Mongondow. Raja Bolaang Abram Sugeha (1880 - 1892) telah menyetujui adanya pembukaan sekolah Zending di Bolaang Mongondow. Niat baik NZG yang telah mempertimbangkan pembukaan sekolah di Bolaang Mongondow tidak dapat diterima oleh Gouvernement dalam hal ini Residen di Manado.
Residen Manado berpendapat bahwa sebelum ditempatkan seorang Controleur , maka penempatan seorang pendeta disana belum dapat diijinkan. Tahun 1901 diakhir pemerintahan raja Riedel Manuel Manoppo pusat kerajaan Bolaang Mongondow dipindahkan lagi dari Bolaang ke Kotobangon.
Bersamaan dengan itu Residen di Manado menempatkan seorang Controleur yaitu Tuan A.c. Veenhuysen di Bolaang Mongondow. Controleur bersama beberapa staf dan tentara Belanda tinggal tidak jauh dari desa Poopo ditempat yang bernama Sinsakan dan berencana untuk membangun suatu tempat pemukiman baru di tempat bernama Sia. Rencana ini ditentang oleh penduduk desa Pontodon sebagai pemilik tanah di lokasi tersebut dan karena itu rencana pembangunan pemukiman baru di batalkan dan dialihkan ke dekat Kotobangun.
Tahun 1910 pembukaan suatu pemukiman baru selesai dilakukan terletak 1 Km dari Komalig di Kotobangon. Tahun 1911 Controleur memesan ke Batavia seekor kuda tunggang untuk mempermudah pekerjaan kunjungan ke desa-desa. Sesudah menanti cukup lama kuda pesanan tersebut tidak kunjung tiba. Ternyata kuda tersebut telah dikirim ke Kota Baru di Kalimantan. Peristiwa tersebut meyebabkan nama Kotabaru diganti nama menjadi Kotamobagu. (Mobagu artinya baru).
Pekabaran injil juga bertujuan untuk mencerdaskan masyarakat. Alkitab tidak mungkin dapat dipahami bilamana manusia tidak membacanya. Itulah sebabnya Raja Cornelis Manoppo sangat mendukung rencana pembukaan sekolah.
Di antara raja dan Pendeta Dunnebier disepakati untuk pembukaan sekolah dimana masyarakat akan menyediakan bangunan dan peralatan sekolah sedangkan pihak Zendeling menyiapkan tenaga guru. Sementara masyarakat mempersiapkan gedung sekolah ditempat-tempat yang telah disepakati maka pendeta W. Dunnebier membuat pengumuman di majalah Cahaya Siang yang terbit di Manado tentang dibutuhkannya tenaga guru untuk sekolah-sekolah di Bolaang Mongondow. Atas pengumuman tersebut banyak orang menyambutnya sambil menyampaikan permohonan untuk bekerja di Bolaang Mongondow. (art)