Hulu Ledak Nuklir
9 Negara Ini Miliki 13.400 Hulu Ledak Nuklir, China dan Korut Menambah, Kestabilan Dunia Terancam
Rusia adalah pemilik hulu ledak nuklir terbesar, menurut angka SIPRI, dengan total 6.735 dan 1.570 dalam posisi siaga tempur.
AS memiliki 1.750 hulu ledak aktif yang dipasang di rudal atau terletak di pangkalan militer serta 4.050 hulu ledak cadangan atau hulu ledak non aktif.
Sementara Rusia memiliki 1.570 hulu ledak yang aktif dan 4.805 hulu ledak cadangan.
Pada awal tahun 2020, sembilan negara yang terdiri dari AS, Rusia, Inggris, Prancis, Cina, India, Pakistan, Israel dan Korea Utara diperkirakan memiliki total 13.400 senjata nuklir.
Dari jumlah ini, 3.720 hulu ledak dikerahkan dengan pasukan operasional.
Lalu sekitar 1.800 di antaranya disimpan dalam kondisi siaga operasional tinggi.
Meskipun enam negara telah menambah stok mereka, jumlah hulu ledak nuklir gabungan mereka hanya mencapai sekitar 2.000 hulu ledak atau kurang dari sepertiga dari total hulu ledak cadangan milik Rusia.
Di luar persenjataan nuklir, ancaman baru seperti senjata kimia dan biologi juga terus bermunculan.
Hal ini membuat kestabilan dunia jadi terancam.
Laporan itu juga memperingatkan perlombaan senjata di luar angkasa.
Sejak 2017, AS secara khusus menyatakan ruang tersebut sebagai domain perang atau area untuk operasi militer ofensif dan defensif.
Sedangkan Perancis, India dan Jepang telah mengikuti jejak Amerika dengan mengumumkan unit ruang militer yang didedikasikan untuk hal tersebut.
Zhou Chenming, seorang pakar militer yang berbasis di Beijing mengatakan perubahan dalam pembangunan militer dunia menandakan keseimbangan perdamaian yang semakin genting.
"Banyak negara sekarang mengembangkan sistem anti-rudal mereka sendiri yang melindungi negara-negara dari serangan hulu ledak nuklir, tetapi begitu sistem itu dikembangkan, hal itu akan mengarah pada petualangan militer," katanya.
"beberapa negara mungkin mengambil inisiatif untuk menyerang negara lain dan membuat dunia lebih berbahaya," papar Zhou.