News
Hewan Berhibernasi untuk Bertahan Hidup, Peneliti Beberkan Kemungkinan Diterapkan pada Manusia
Hibernasi dapat terjadi selama beberapa hari atau minggu, tergantung dari spesies, suhu sekitar, dan waktu.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Hibernasi atau rahat adalah kondisi ketakaktifan dan penurunan metabolisme pada hewan yang ditandai dengan suhu tubuh yang lebih rendah, pernapasan yang lebih perlahan, serta kecepatan metabolisme yang lebih rendah.
Hibernasi atau periode tidur panjang adalah hal yang umum terjadi pada hewan, seperti tupai dan beruang kutub. Aktivitas ini membuat metabolisme mereka turun secara drastis.
Hewan yang melakukan hibernasi berusaha menghemat energi, terutama selama musim dingin sewaktu terjadi kelangkaan makanan, membakar cadangan energi, lemak tubuh, dengan perlahan.
• Besaran Gaji Polisi, Tamtama Mulai Rp 1,6 Juta hingga Jenderal Rp 5,9 Juta
Hibernasi dapat terjadi selama beberapa hari atau minggu, tergantung dari spesies, suhu sekitar, dan waktu.
Hewan yang terkenal suka melakukan hibernasi adalah Beruang.
Tujuannya, untuk menghemat energi tubuh dan bertahan hidup selama musim dingin ketika makanan langka.
Akan tetapi, apakah mungkin manusia melakukan hibernasi dan apa manfaatnya?
Melansir South China Morning Post, Senin (15/6/2020), peneliti dari Universitas Tsukuba di Jepang melakukan studi mengenai kemungkinan hibernasi pada makhluk hidup yang tidak memiliki kebiasaan tersebut.
Penelitian yang telah dipublikasikan dalam jurnal Nature tersebut, dilakukan pada tikus yang tidak memiliki kebiasaan hibernasi, tapi kondisi mereka diciptakan seperti mirip hibernasi.
Studi sebelumnya menunjukkan sistem saraf pusat terlibat dalam termoregulasi, proses yang menjaga keseimbangan antara pembentukan panas dan kehilangan panas pada tubuh.
Tapi belum jelas bagaimana mekanismenya bekerja.
Pada penelitian kali ini, tim memodifikasi tikus secara genetika, di mana mereka mengaktifkan sel saraf (neuron) tikus yang disebut Q neurons, yang terletak di bagian otak hipotalamus.
Modifikasi dilakukan dengan menggunakan bahan kimia atau cahaya.
• RINCIAN Jumlah Kasus Positif Covid-19 di Seluruh Indonesia, Senin 15 Juni 2020, Jakarta hingga Sulut

Tikus pun berubah menjadi kurang aktif, suhu tubuhnya turun 10-30 derajat celsius, nadi melambat, laju metabolisme berkurang, dan pernapasannya menjadi melambat.
Kondisi yang terlihat mirip dengan mati suri atau hibernasi tersebut berlangsung selama lebih dari 48 jam. Setelah itu, perilaku tikus kembali normal tanpa ada tanda-tanda kerusakan fisik.
"Kemampuan untuk menginduksi keadaan seperti itu pada mamalia yang tidak berhibernasi adalah langkah maju dalam pemahaman kita tentang mekanisme neuronal dari hipometabolisme (penurunan metabolisme) yang diatur,” tulis peneliti.

Manfaat hibernasi pada manusia
Peneliti menilai, bila kemampuan untuk membuat kondisi hibernasi ini diterapkan pada manusia, maka akan bermanfaat bagi dunia medis.
Seperti dapat diaplikasikan untuk mengurangi kerusakan jaringan setelah mengalami serangan jantung atau stroke, serta pengawetan organ untuk transplantasi.
Di sisi lain, bisa bermanfaat bagi bidang eksplorasi ruang angkasa di masa depan, yang membutuhkan penerbangan panjang dengan kadar oksigen yang terbatas.
• Hamil Setelah 7 Tahun Menikah, Asmirandah Unggah Perjalanan Cintanya Dengan Jonas Rivanno
Studi lainnya yang juga dipublikasikan dalam Nature, para peneliti dari Harvard Medical School mengidentifikasi sel saraf dalam otak bagian hipotalamus yang mengatur mati suri pada tikus.
Peneliti menemukan, dengan menghalangi aktivitas neuron-neuron ini, mereka dapat mencegah mati suri alami sejak awal.
Dalam komentar di Nature, Clifford Saper dan Natalia Machado dari Harvard Medical School menyatakan, jika kelompok neuron yang serupa ditemukan pada manusia, maka dapat membuka jalan bagi terapi hipotermia untuk diinduksi pada manusia.
"Misalnya, setelah serangan jantung atau stroke, (hibernasi) memperlambat proses metabolisme untuk membantu membatasi kerusakan jaringan," tulis mereka.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Hibernasi Hewan untuk Bertahan Hidup, Mungkinkah Manusia Melakukannya?