Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Internasional

Presiden Duterte Telpon Presiden Xi Setelah Perpanjangan Perjanjian Militer AS, Ada Apa?

Tapi, percakapan telepon Kamis malam antara Xi dan Duterte berfokus pada perang melawan virus corona baru.

Editor: Isvara Savitri
Handout / PPD / AFP
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, BEIJING - Pada Kamis (11/6/2020) malam, Presiden China Xi Jinping dan Presiden Filipina Rodrigo Duterte melakukan percakapan via telepon.

Hal tersebut mereka lakukan setelah Duterte memperpanjang pakta pertahanan dengan Amerika Serikat (AS).

Pengamat percaya, pendorong keputusan Duterte memperpanjang pakta pertahanan dengan AS adalah kekhawatiran domestik yang meningkat atas kegiatan China di Laut Cina Selatan. 

Tapi, percakapan telepon Kamis malam antara Xi dan Duterte berfokus pada perang melawan virus corona baru.

Keduanya berjanji untuk bekerjasama memerangi penyakit Covid-19. 

Melansir South China Morning Post, Istana Kepresidenan Filipina, Jumat (12/6/2020), mengatakan, China berjanji untuk menjadikan Filipina penerima prioritas dari vaksin apa pun yang mereka kembangkan.

Selain itu, menurut Istana Kepresidenan Filipina, Duterte akan menerima "dukungan penuh" Xi dalam menyelesaikan proyek infrastruktur prioritas.

Kedua belah pihak mencatat peningkatan kerjasama bilateral.

Sementara Kementerian Luar Legeri China menyatakan, Duterte berjanji "untuk menjadi teman abadi Tiongkok dan tidak akan membiarkan siapa pun mengeksploitasi Filipina untuk kegiatan anti-China".

Percakapan telepon itu mengikuti putaran balik Duterte yang mengejutkan minggu lalu ketika ia membalikkan sebuah keputusan, yang dia umumkan pada Februari, untuk mengakhiri perjanjian militer dengan AS.

Sejak berkuasa pada 2016, Duterte telah berusaha untuk memindahkan Filipina dari aliansi lama dengan AS dan lebih dekat ke China.

Baik China maupun Filipina tidak mengatakan, apakah Xi dan Duterte membahas keputusan Manila memperpanjang perjanjian militer dengan AS.

Kementerian Luar Negeri Filipina menyatakan pekan lalu, keputusan untuk mempertahankan Perjanjian Kunjungan Pasukan Filipina-AS lahir karena "perkembangan politik dan lainnya di kawasan".

Menurut Richard Heydarian, akademisi yang berspesialisasi dalam kebijakan luar negeri Filipina, meskipun Manila tidak jelas mengenai alasannya, itu "sangat jelas" bahwa ketegasan China di Laut Cina Selatan berada di belakang keputusan tersebut.

"Saya pikir Duterte telah mencoba yang terbaik untuk mengkalibrasi ulang hubungan Filipina dengan tidak hanya AS tetapi China," katanya kepada South China Morning Post.

Sumber: Kontan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved