Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Virus Corona

KABAR BAIK Obat untuk Menghambat Perkembangan Covid-19 Berhasil Dibuat BIN dan Unair

Kabarnya dari penelitian BIN dan Unair berhasil membuat regimen atau kombinasi obat yang dapat menghambat perkembangan virus corona.

Editor: Glendi Manengal
Tribunnews.com
Ilustrasi 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Pendemi Covid-19 sampai saat ini makin meluas di Indonesia.

Terkait hal tersebut beberapa hari ini Kasus baru virus corona di Indonesia mencapai 1.000 dalam sehari.

Namun, kabarnya dari penelitian pemerintah sudah berhasi membuat obat yang dapat menghambat perkembangan Covid-19.

Adian Napitupulu Dipanggil Presiden Jokowi ke Istana Negara, karena Sering Kritik Erick Thohir?

575 Warga di Sangkub Terima BST Tahap 2

Tiap Hari Mencapai Puluhan Set, Limbah APD RSUD Anugerah Tomohon Dimusnahkan di Jawa

Ilustrasi peneliti
Ilustrasi peneliti ((THINKSTOCKPHOTOS))

Penelitian yang dilakukan Badan Intelejen Negara (BIN) dan Universitas Airlangga (Unair) berhasil membuat regimen atau kombinasi obat yang dapat menghambat perkembangan virus corona.

Ketua Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell Unair Purwati mengatakan, pihaknya melakukan penelitian terhadap 14 regimen.

Hasil penelitian menunjukkan lima kombinasi obat yang memiliki potensi dan efektivitas cukup baik untuk menghambat virus SARS-CoV-2 masuk ke dalam sel target.

Selain itu, kombinasi obat juga menurunkan perkembangbiakan virus di dalam sel.

"Hal ini kami ikuti bertahap, mulai dari 24 jam, 48 jam, dan 72 jam, virus tersebut dari yang jumlahnya ratusan ribu, di sini sudah jadi undetected (tidak terdeteksi)," ujar Purwati dalam konferensi pers di BNPB, Jumat (12/6/2020).

Adapun kelima kombinasi obat itu, pertama yakni kombinasi Lopinafir, Ritonavir, dan Azithromycin.

Kedua, kombinasi Lopinafir, Ritonavir, dan Doksisiklin. Ketiga, kombinasi Lopinafir, Ritonavir, Klaritromisin.

Keempat, kombinasi Hidroksiklorokuin dan Azithromycin. Kemudian kelima, kombinasi Hidroksiklorokuin dan Doksisiklin.

"Memang dari beberapa obat tersebut pernah dilakukan suatu penelitian tetapi dosisnya tunggal," kata dia.

Oleh karena itu, pihaknya pun memilih melakukan regimen kombinasi karena selain berpotensi dan mempunya efektivitas cukup bagus membunuh virus, dosis yang digunakan dalam kombinasi tersebut juga lebih kecil.

Ia mengatakan, dosis yang digunakan hanya seperlima hingga sepertiga dari dosis tunggal sehingga sangat mengurangi toksisitas obat tersebut di dalam sel tubuh yang sehat.

"Dengan menurunnya jumlah sampai tidak terdeteksinya virus setelah diberikan regimen obat ini, maka hal itu akan bisa memutus mata rantai penularan," kata dia.

Illustrasi
Illustrasi (Thibault Savary / AFP via Wartakotalive)

Kelima regimen obat yang diteliti sudah beredar di pasaran.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved