Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Bank Dunia Sebut Ekonomi Global Krisis Serius

Bank Dunia menyebut pandemi virus covid-19 dan kebijakan penguncian (lockdown) yang diberlakukan banyak negara

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
KONTAN
Presiden Bank Dunia, David Malpass. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Bank Dunia menyebut pandemi virus covid-19 dan kebijakan penguncian (lockdown) yang diberlakukan banyak negara telah mengacaukan perekonomian global. Produk Domestik Bruto (PDB) global pun diproyeksikan berkontraksi 5,2 persen pada tahun 2020.

Satu Dokter Paru Layani 130 Ribu Warga

Proyeksi penurunan ini diperkirakan akan menjadi yang terburuk sejak Perang Dunia II. Selain itu, penurunannya bahkan hampir tiga kali lipat lebih curam dari resesi global yang terjadi pada 2009 lalu.

Dikutip dari laman Russia Today, dalam laporan Prospek Ekonomi Global, Bank Dunia memperkirakan bahwa pada tahun ini, pandemi ini akan mendorong sebagian besar negara ke dalam resesi. Namun ekonomi maju seperti Amerika Serikat (AS) diproyeksikan akan mengalami penyusutan hingga tujuh persen.

Bank Dunia telah menyatakan keprihatinan khusus atas situasi pasar yang sedang berkembang namun dengan sistem kesehatan masyarakat yang lebih lemah. Karena lebih dari 60 juta orang diperkirakan akan berada dalam kemiskinan ekstrem.

Seperti yang disampaikan Wakil Presiden Bank Dunia untuk Pertumbuhan, Keuangan dan Lembaga yang Berkeadilan Ceyla Pazarbasioglu. "Ini sangat serius, dengan krisis yang cenderung meninggalkan dampak jangka panjang dan menimbulkan tantangan global yang besar," kata Pazarbasioglu.

Menurut laporan Prospek Ekonomi Global, dalam waktu dekat ini investasi diprediksi akan tetap lebih rendah dan perdagangan global serta rantai pasokan akan terkikis sampai batas tertentu. Bank Dunia memang telah menurunkan prakiraan pertumbuhan ekonomi untuk semua wilayah, namun secara khusus menandai Amerika Latin, Eropa dan Asia Tengah.

Hal itu karena dipicu tingginya angka pandemi di sana dan adanya risiko bahwa negara-negara di kawasan itu akan terdampak besar lantaran sangat bergantung pada sektor perdagangan, pariwisata, dan komoditas. Laporan tersebut memperkirakan terjadinya penurunan sebesar 9,1 persen dalam PDB riil untuk Wilayah Euro (negara-negara Eropa).

Sedangkan untuk AS dan Jepang akan berkontraksi 6,1 persen. Di AS, Bank Dunia pun mengharapkan terjadi rebound 4 persen pada 2021, dengan asumsi pemulihan kepercayaan konsumen dan investor yang mungkin saja didukung kebijakan 'skala besar', baik dari Federal Reserve maupun Kongres AS.

Sektor Pendidikan Paling Terakhir Dibuka

Sementara ekonomi terbesar kedua di dunia, China diproyeksikan akan tumbuh satu persen tahun ini, turun dari 6,1 persen pada 2019, sebelum akhirnya bangkit kembali. Sebelumnya, Bank Dunia memproyeksikan rebound ekonomi global sebesar 4,2 persen pada tahun 2021 dan memperingatkan bahwa skenario yang lebih buruk mungkin akan terjadi jika krisis kesehatan berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengaku sempat membahas mengenai Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) dengan Bank Dunia (World Bank). Ia menjelaskan bahwa dampak pandemi virus corona (Covid-19) membuat PDB suatu negara diprediksi kembali pulih setelah 5 tahun.

"Saya bicara dengan World Bank (mengenai) dampak dari pandemi corona ini bisa sampai 5 tahun baru bisa pulih kembali income, ataupun GDP suatu negara," ujar Luhut.

Menurutnya, dampak corona mengakibatkan kelesuan perekonomian secara global. Banyak negara yang telah mengalami perlambatan ekonomi, termasuk Indonesia. Luhut menyebut di kuartal I 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 2,9 persen."Kalau kita lihat perlambatan ekonomi secara global, bagaimana China turun, Indonesia juga sampai sekarang masih bersyukur di 2,9 persen di kuartal pertama," jelas Luhut.

Namun ia pun memberikan peringatan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa terus mengalami penurunan selama masa pandemi ini. Kendati demikian, ia berharap agar penurunan itu tidak sampai di bawah angka 0.

"Tetapi kita harus hati-hati juga, jangan sampai turun lagi di bawah 0. Sedangkan Singapura juga sudah turun -2,2 persen, jadi semua negara kena dampak Covid," kata Luhut.

Ekonom Senior Indef Faisal Basri menyetujui pernyataan Luhut tersebut. Menurutnya, kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dari pemerintah jumlahnya masih sedikit dibanding PDB Indonesia, sehingga tidak bisa pulih secara cepat.

Virus Corona Jadi Mimpi Buruk Pakar Penyakit Menular AS

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved