Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Internasional

Sosok Edward Colston di Bristol, Patungnya Dirobohkan saat Demo, Ternyata Bagian dari Sejarah

Patungnya yang berbahan dasar perunggu dengan tinggi 5,5 meter ini, berdiri di Colston Avenue sejak 1895 sebagai peringatan.

Editor:
Tangkapan Layar YouTube Evening Standard
Inilah sosok Edward Colston, seorang pedagang budak yang patungnya dirobohkan saat demo kematian George Floyd di Inggris. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Hingga saat ini Inggris tengah ramai dengan peristiwa perobohan patung.

Patung tersebut merupakan sosok Edward Colston di Bristol.

Menurut informasi yang ada, perobohan patung Edward Colston ini menyusul dengan aksi protes terhadap kematian pria kulit hitam George Floyd.

Lalu, siapa sebenarnya sosok Edwar Colston yang patungnya dirobohkan dan dibuang ke sungai oleh pengunjuk rasa?

Dikutip dari The Guardian, Edward Colston merupakan seorang pedagang budak terkenal di Inggris.

Patungnya yang berbahan dasar perunggu dengan tinggi 5,5 meter ini, berdiri di Colston Avenue sejak 1895 sebagai peringatan untuk karya-karya filantropisnya.

Meskipun lahir di Bristol pada 1636, Edwar Colston tidak pernah tinggal di sana sebagai orang dewasa.

Semua perdagangan budaknya dilakukan di luar Kota London.

Colston tumbuh dalam keluarga pedagang kaya di Bristol dan setelah pergi ke sekolah di London, ia membuktikan dirinya sebagai pedagang yang sukses di bidang tekstil dan wol.

Pada 1680, ia bergabung dengan perusahaan Royal African Company (RAC) yang memonopoli perdagangan budak Afrika barat.

Secara resmi dipimpin oleh saudara Raja Charles II yang kemudian naik takhta sebagai James II.

Perusahaan mencap budak - termasuk wanita dan anak-anak - dengan inisial RAC di dada mereka.

Dipercaya, Colston telah menjual sekitar 100.000 orang Afrika barat di Karibia dan Amerika antara tahun 1672 dan 1689.

Melalui perusahaan RAC inilah, Colston menghasilkan sebagian besar kekayaannya, menggunakan keuntungan untuk beralih ke peminjaman uang.

Dia menjual sahamnya di perusahaan kepada William, Prince of Orange, pada 1689.

Colston kemudian mulai mengembangkan reputasi sebagai filantropis yang menyumbang untuk kegiatan amal seperti sekolah dan rumah sakit di Bristol dan London.

Tampak sejumlah demonstran melakukan aksi unjuk rasa atas kematian George Floyd, di Detroit, Michigan, Amerika Serikat, Minggu (31/5/2020) waktu setempat. Meninggalnya George Floyd, seorang pria keturunan Afrika-Amerika, saat ditangkap oleh polisi di Minneapolis beberapa waktu lalu memicu gelombang aksi unjuk rasa dan kerusuhan di kota-kota besar di hampir seantero Amerika Serikat.
Tampak sejumlah demonstran melakukan aksi unjuk rasa atas kematian George Floyd, di Detroit, Michigan, Amerika Serikat, Minggu (31/5/2020) waktu setempat. Meninggalnya George Floyd, seorang pria keturunan Afrika-Amerika, saat ditangkap oleh polisi di Minneapolis beberapa waktu lalu memicu gelombang aksi unjuk rasa dan kerusuhan di kota-kota besar di hampir seantero Amerika Serikat. (AFP/Seth Herald)
Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved